Chapter 15

174 11 0
                                    

"Untuk seseorang yang masih menanti, menantilah
dengan cinta. Cinta yang kelak akan membuatmu
menerima apapun kehendak-Nya."

••
"Mereka berdua cepet banget keluar nya? belum juga setengah jam. Kira-kira Sabila nemuin mereka ngga ya? gue jadi kepo gini sih," ujar Fathir dengan dahi yang mengernyit, sembari terus mengintai dari jarak yang cukup jauh.

"Kita permisi pulang dulu ya kak," Gya kembali berujar pada Rania yang tengah berdiri mematung di depan gerbang rumah nya.

"Iya,kalian hati-hati ya," ujar Rania.

"Iya kak, salam buat Sabila ya, asalamu'alaikum."

"Iya, in syaa Allah nanti kakak salamin. Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh."
••
Beberapa detik kemudian, Rania terlonjak ketika hendak berbalik menuju rumah nya, ia mengernyitkan dahi dengan mata yang sedikit menyipit, lalu di telaah nya sebuah objek yang ia dapat di ujung jalan.

"Lho, itu bukannya lelaki yang kemarin nganterin Sabila?," batin Rania, yang melihat Fathir dari kejauhan.

Fathir yang menyadari dirinya tengah di perhatikan, memilih untuk pergi dari tempat itu.

"Aduh, kakak nya ngelihatin gue lagi. Cabut aja deh," gumam Fathir.

Rania membuang napas dan melengos, masuk ke dalam rumah nya.

"Ah, mungkin cuma perasaan aku aja kali ya."
••
"De?" suara itu menginterupsi Sabila.

"Iya kak?"

Rania menghempaskan tubuh nya ke kasur empuk, tepat di samping adik nya, sembari berujar.

"Tadi siang pas kamu tidur, Gya sama Rian kesini lho."

Sabila mengernyit "Gya sama Rian kesini?"

"Iya, cuma kan kamu lagi tidur sama mamah, jadi kakak ngga tega kalau harus bangunin kamu."

"Emm, terus mereka bilang sesuatu ngga, kak?"

"Ngga sih, mereka kesini cuma mau mastiin keadaan kamu aja, soal nya kan hari ini kamu ngga masuk sekolah."

Manik mata Sabila bergerak ke wajah kakak nya.

"Ooh, mmm, kak, besok aku sekolah ya."

Dara berwajah ayu itu pun, mengulas senyum sembari membelai rambut Sabila.

"Ya ngga bisa dong de, kamu kan belum sembuh benar."

"Tapi aku bisa pakai tongkat kok kak."

"Jangan dulu ya, tunggu sampai kamu sembuh dulu. Kalau kaki kamu uda mendingan, nanti baru kamu sekolah lagi."

Dengan di iringi dengusan pasrah, gadis manis itu berujar "Ya udah deh."

"Berapa lama lagi aku harus nunggu buat ketemu sama laki-laki itu?," batin Sabila seolah ingin menjerit, sembari membuang mata nya ke pintu kamar.
••
Kini, lelaki itu hanya bisa terpegun menatap mega yang begitu pekat. Di atas balkon rumah, batin nya seakan menerobos sela-sela hati yang nampak begitu bimbang.

"Ya Allah, sampaikanlah angin kerinduan ini hingga bisa di rasai oleh Sabila," batin Fathir menyeruak, sembari menutup kelopak matanya rapat-rapat.

"Thir? kamu ngapain ngelamun malem-malem di balkon?," suara itu berhasil membuyarkan lamunan nya, ia terlonjak dan langsung menoleh.

"Kak Hamas? ngga kok kak, aku ngga ngelamun, aku cuma lagi mikir aja."

"Mikir apa?," ujar Hamas, mengedikan dagu nya.

Fathir terpegun, lagi-lagi batin nya berbicara.

"Kalau gue ngomong, kak Hamas pasti marah." gumam nya sembari membuang muka ke lampu jalan.

Seolah mengetahui apa yang ada di benak sang adik, Hamas kembali berujar.

"Kalau kamu ngga ngomong, gimana kakak bisa tau apa yang kamu rasain."

Manik mata Fathir bergerak menuju wajah kakak nya, sembari menghela nafas, ia berujar.

"Kak, sebenernya Fathir suka sama seseorang, tapi Fathir takut, Fathir takut kalau kakak marah."

Kini, Hamas yang terpegun sembari memandangi adik nya.

Hamas mencoba menghela napas perlahan, sembari mengulas senyum dan menepuk-nepukkan pelan pundak sang adik.

"Kamu suka sama seseorang?"

"Iya kak, Fathir minta maaf."

"Kenapa kamu harus minta maaf? fitrah cinta itu salah satu karunia dari Allah untuk hambanya. Semua manusia yang memiliki hati nurani pasti memiliki rasa cinta. Begitu pun kamu. Tapi, terkadang fitrah itu bisa berubah menjadi fitnah kalau kamu ngga tau cara menyikapinya."

"Maksudnya?"

Hamas menghela napas sembari medekap satu tangan nya, melingkari pundak sang adik.

"Thir, jangan pernah berfikir untuk menjalin hubungan dengan cara yang tidak Allah ridhai."

Fathir mengernyit, dengan ekor mata menyorot wajah Hamas.

"Tapi aku sayang sama dia kak."

Hamas membuang mata nya ke sisi jalan, sembari berujar.

"Kakak tau, kakak ngerti perasaan kamu. Tapi, kakak benar-benar ngga mau, kalau kamu mengajak seorang perempuan yang kata nya kamu sayangi untuk turut menabung dosa maksiat dengan kamu."

Fathir membuang napas kasar, ia menghadapkan badan nya ke arah Hamas, sambil berujar.

"Terus gimana sama perasaan aku kak? aku ngga bisa mencintai dia dalam diam, seperti kakak mencintai sahabat kakak dalam diam."

Hamas membuang napas pelan, lelaki itu terkekeh dengan senyum yang mengiasi wajah nya.

"Thir, mencintai seseorang dalam diam bukan berarti kita pengecut karna ngga punya keberanian untuk mengungkapkan rasa, tapi justru, ini cara yang paling terhormat dalam mencintai. Kita menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita tanpa harus menyentuhnya. Ini bukti cinta yang paling nyata Thir."

Fathir kembali menyela kakak nya.

"Gimana bisa kakak bilang, kakak mencintai dia sedangkan kakak tetap bertahan dalam diam? gimana dia bisa tau perasaan aku, kalau aku ngga nyatain perasaan aku ke dia kak?"

Hamas menepuk pelan pundak adik nya.

"Thir, kamu tau? Ali menyimpan rasa cintanya pada Fathimah selama bertahun-tahun. Begitupun Fathimah yang memendam rasa cintanya pada Ali selama bertahun-tahun. Mereka saling memendam rasa satu sama lain, tapi tidak ada diantara kedua nya yang berani mengutarakan perasaan. Bahkan hanya keikhlasan, hanya keikhlasan yang mengiringi Ali ketika putri rosullullah beberapa kali di lamar oleh orang yang jauh derajatnya di atas dia. Ali tetap ikhlas, Ali tetap membiarkan cinta itu diam. Namun Allah dengan segala takdir indahnya, berhasil menyatukan Ali dan Fathimah dalam ikatan yang di ridhai-Nya, melalui rosullullah, karna beliau tau bahwa Ali telah lama memendam rasa pada putri kesayangannya."

"Tapi aku takut kak, seandainya aku mencintai dia dalam diam, dia akan dimiliki sama orang lain."

"Thir, kamu harus percaya sama Allah, karna sekuat apapun kamu mengejar cinta orang yang kamu sayangi, kalau Allah berkata dia bukan jodoh kamu, tetap akan ada hal yang membuat kamu berpisah dengan dia."

Hamas menghela napas panjang dan membuang nya perlahan.

"Kamu harus bijak dalam menyikapi rasa, buktikan cinta kamu dengan menjauh demi menjaga kehormatan nya. Jangan dekati zina melalui pacaran, atau kamu dan dia akan sama-sama tersakiti nanti nya. Ya udah, kakak masuk dulu ya, kamu jangan galau lagi," ujar Hamas sembari mengulas senyum dan menepuk pelan pundak Fathir.
•••

Alsama' Lisabilana (Surga Untuk Sabila)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang