Chapter 9

185 15 0
                                    

"Allah menciptakan Cinta untuk menguatkan hamba nya, bukan untuk melemahkan hamba nya. Untuk Membahagiakan hamba nya, bukan untuk menyakiti hamba nya."

••
Sebuah ruang terbuka dengan 7 tiang pancang berwarna abu-abu menopang asbes di yang berada di atas nya.
Lahan parkir yang tidak begitu luas menjadi satu-satu nya tempat untuk menampung sepeda motor milik para siwa dan siswsi.

"Ri, aku turun disini aja. Oh iya, nanti teh kamu parkir nya di pojok aja ya. Kalau di tengah takut susah ngeluarin motor nya lagi," ujar Gya, sembari menepuk pelan pundak Rian yang hendak memarkir motor milik nya.

Rian pun menghentikan motor tepat di depan parkiran sekolah.

Gya beranjak bangkit dari motor yang di kendarai oleh sahabat nya itu, sembari membuka helm dan menyodorkan nya pada Rian.

"Ya udah, aku parkirin motor dulu ya."

Gya mengerjap cepat "Eh Ri, aku duluan ya, kebelet nih," ujar Gya sembari menggerakan kaki nya dengan cepat menuju toilet, meninggalkan Rian sendiri.

Rian terkekeh pelan melihat tingkah Gya, sembari berujar "Dasar, ada aja tingkah nya."
••
Di koridor sekolah, manik mata Rian menangkap sebuah objek yang telah membuat hari nya menjadi lebih berwarna. Ya, Sabila.

Rian menyelaraskan langkah nya dengan gadis itu, kini, wajah nya berubah ketika bola mata Rian menatap mata Sabila yang terlihat kosong.

"Bil?," tegur Rian sembari menatap ke arah Sabila yang tetap berjalan tanpa mengindahkan ucapan nya.

"Sabila?" tegur nya sekali lagi dengan tepukan lembut di bahu nya.

Sabila terlonjak dan langsung menoleh ke arah Rian.

"Rian?," ujar Sabila dengan mata yang terbelalak.

"Astagfirullah, kamu kenapa?," Rian menggerakan pelan kepala nya ke kiri dan ke kanan, sembari mengedikan dagu nya dengan senyum yang menggelayut di bibir nya.

Sabila tercenung sejenak, ada sedikit jeda sebelum ia berujar lagi.

"Aku, aku ngga apa-apa ko," ujar nya sembari membuang mata ke gundukan tanah dengan rerumputan hijau di atas nya.

Rian mengerjap, kini alis nya yang hampir menyatu kembali mengeryit, mencoba untuk menerka apa yang ada di pikiran gadis manis itu.

"Kamu jangan bohong bil, aku tau gimana kamu," ujar Rian yang berhasil mengalihkan pandangam Sabila dari gundukan tanah itu.

"Aku mau cerita, tapi aku rasa itu ngga penting."

Rian kembali menyela ucapan Sabila dengan cepat.

"Tapi se-enggak-nya itu bisa ngurangin beban kamu."

Sabila menghela napas dalam, manik mata gadis itu bergerak ke arah Rian.

Tangan nya tak berhenti memilin ujung dasi yang terjuntai hingga kebawah perut nya.

Lagi, ia mengambil ancang-ancang untuk mulai bercerita pada Rian.

"Ri, emm, salah nggak sih, kalau aku jatuh cinta?," ujar Sabila dengan raut wajah yang terlihat gugup.

Alsama' Lisabilana (Surga Untuk Sabila)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang