Chapter 6

216 21 0
                                    

"Bahagia itu, ketika aku memikirkan kamu yang tanpa sadar telah menancapkan luka, lalu aku iringi luka itu dengan kelapangan dada, ketika itulah aku tidak lagi mengenal dengan sebuah hal yang bernama 'Duka'."

••
Sebuah koridor dengan tiang pancang berbatu yang menambah asri lingkungan sekitarnya. Di tambah dengan washtofle yang berjejer di sepanjang lorong nya yang semakin membuat siswa dan siswi belajar untuk hidup sehat.

"Hey? Kamu kenapa?," suara itu, menginterupsi Sabila yang tengah mencuci tangan nya di washtofle sekolah.

Sudut mata gadis manis itu menoleh ke arah samping "Gya? Rian? kalian baru dateng?," ujar Sabila sembari mengambil tisu yang telah di letakkan nya di sisi kiri washtofle.

Gya dan Rian, adalah sahabat dekat Sabila, mereka di pertemukan ketika pertama kali Sabila pindah dan masuk di kelas yang sama dengan mereka. Hingga kini, persahabatan itu masih terjalin, bahkan semakin erat.

"Iya, kita baru aja sampe, terus ketemu kamu disini. Kamu, kenapa? aku lihat, kamu cuci tangan nya kok sambil bengong?," Gya kembali berujar.

"Aku, ngga apa-apa ko Gy," ucap Sabila sembari mengulas senyum manis nya.

"Terus, tadi kenapa ngelamun? kamu ada masalah ya?," tanya lembut Rian

Gadis manis itu kembali menarik tipis bibir nya "Aku ngga apa-apa kok, Ri. Oh, iya. Kalian udah dapet buku yang di suruh sama Bu Devi, belum?"

"Udah dong, Bil."

Seolah ingin mengalih kan pembicaraan nya, Sabila menanyakan hal yang lain pada sahabat nya. Gadis manis itu, merangkul tangan sahabat nya sembari berjalan menuju kelas nya di lantai dua.

Namun, Rian tetap berdiri mematung di tempat nya, ia tak bergeming sedikit pun.

"Bahagia itu, ketika aku memikirkan kamu yang tanpa sadar telah menancapkan luka, lalu aku iringi luka itu dengan kelapangan dada, maka ketika itulah aku tidak lagi mengenal dengan sebuah hal yang bernama 'Duka'," batin laki-laki itu sembari menarik berat bibir tebal nya.

"Sabila, aku janji, akan mengesampingkan perasaan aku ke kamu, aku nggak mau kehilangan kamu, cuma gara-gara maksain perasaan ini," ia kembali berujar, kini, bola mata nya menatap teduh ke arah Sabila yang telah beranjak dari tempat nya berdiri.
••
Di depan sebuah kelas berpintu abu-abu, dengan warna dinding yang satu tone lebih terang dari warna sebelum nya, seorang lelaki berkulit putih tengah menopang dagu dengan tangannya yang tersandar di badan pintu kelas.

"Woy, Thir? ngapain, lu?" suara seorang lelaki, menyeruak di gendang telinga nya, dibarengi dengan tepukan pelan yang mendarat di bahu nya.

Laki-laki berkulit putih itu mengerjap, ia menoleh dan berujar "Elu, ya Do, ngagetin orang aja, kerjaan nya."

Aldo, lelaki blasteran luar dan dalam negeri itu, adalah satu-satu nya sahabat dari lelaki berkulit putih berketurunan Arab dan Bali, Aldo adalah teman kecil nya sewaktu di Jakarta dulu, ya, kedua lelaki itu berasal dari kota Jakarta, mereka baru menetap di Kota Bandung selama dua tahun.

"Iya, sorry, lagian lu ngapain sih? tumben banget, seorang Fathir Mubarak pagi-pagi udah ngelamun," kata nya sembari menyimpulkan senyum sumringah.

Ya, dia adalah Fathir Mubarak, laki-laki yang di temui oleh Sabila kemarin.

"Iya, nih, gue lagi mikirin orang," celetuk Fathir.

"Orang?."

"Iya."

"Orang siapa," tanya Aldo, sembari mengedikkan dagu nya.

Alsama' Lisabilana (Surga Untuk Sabila)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang