Chapter 18

120 9 0
                                    

"Mencinta jangan terlalu. Membenci jangan
terlalu. Atur rasa dalam hati agar selalu bersandar
pada-Nya."

••
"Mah, kak, Sabila berangkat dulu ya, takut nanti telat," suara itu menginterupsi Sekar dan Rania yang tengah berada di meja makan.

Sekar terlonjak dan langsung bangkit, berdiri menunggu anak bungsu nya yang baru saja turun dari anak tangga.

Sabila meraih tangan wanita paruh baya itu dan langsung mengecup punggung tangan nya.

Sekar berujar cepat "Nak, sayang, kamu ngga sarapan dulu?"

Gadis manis itu mendongakan kepala nya, menatap sang Ibu sembari menarik pelan bibir nya.

"Udah telat mah, takut nya nanti ngga keburu sampai sekolah."

Sekar tercenung sejenak, ada jeda beberapa detik untuk ia memandangi Sabila, lalu mengerjap cepat.

"Oh, ya udah, kalau gitu, tunggu di sini 5 menit, mamah siapin bekal untuk kamu."

"Aaaa mamah, makasih ya mah,Sabila sayaang banget sama mamah," ujar Sabila, sembari melingkarkan tangan nya ke perut Sekar, dengan kepala yang tersandar di tepian dada perempuan paruh baya itu.

Sembari menunggu bekal sarapan selesai di buat, manik mata Sabila sesekali mengarah ke kakak nya yang tengah melahap sepotong roti.

"Enak ya kak?," tanya Sabila yang menyorot bola mata nya ke arah roti yang di lahap sang kakak.

Rania menaik-turunkan pelan kepala nya sembari terus melahap roti itu.

Sekar melangkahkan kaki nya menuju meja makan, sembari mengulas senyum, ia berujar.

"Nih, kamu jangan lupa sarapan ya nak," kata Sekar sembari mengangsurkan sebuah kotak makan berwarna putih transparan.

"Iya mah, siap," gadis manis itu menarik pelan bibir nya dan langsung meraih kotak makan yang di berikan ibu nya, lalu di masukkannya ke dalam tas.

Sabila meraih tangan Sekar dan Rania, lalu mencium punggung tangan kedua nya.

"Hati-hati ya Dek," ujar Rania sembari mengusap lembut pundak adik nya.

Gadis manis itu mengulas senyum pada Sekar dan Rania, lalu berujar.

"Ya udah, aku duluan ya mah, kak, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh."
••
Sabila berhenti di tepi jalan sembari menggerakan kepala nya ke kanan dan ke kiri.
Tangan nya terus memilin ujung dasi yang menggantung di leher nya.

"Yaah telat deh nih, angkot kemana lagi," gerutu Sabila.

"Cari apa?" suara itu menginterupsi nya.

Sabila yang terkejut mendengar suara itu, langsung menoleh cepat.

"Astagfirullah," ujar Sabila sembari mengernyitkan dahi nya, dan terus menelaah siapa yang berada di balik kaca helm tersebut.

"Nungguin angkot?," kata lelaki itu sembari membuka kaca helm nya.

Kini, Sabila mengernyitkan dahi nya  sembari berujar.

"Fathir?," ujar Sabila.

Ada jeda beberapa detik untuk Sabila mengarahkan manik mata nya ke sepeda motor dan helm yang di kenakan oleh lelaki blasteran Arab-Bali ini.

"Kamu ganti motor sama helm?," ujar Sabila sembari menaikan kedua alis nya.

Fathir mengulas senyum sembari memandangi gadis itu.

Alsama' Lisabilana (Surga Untuk Sabila)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang