"Menyukai, mencintai, menyayangi seseorang yang belum halal untuk kamu, hanya akan membuat kamu lalai dalam hal apapun."
••
Dari sebuah sofa berwarna marun, bola mata Rania kembali meneliti wajah Fathir, sembari sesekali mempertunjukan senyum di wajah nya."Makasih ya, karna kamu udah mau anterin Sabila sampai rumah. Oh iya, nama kamu siapa?," ujar Rania sembari menarik bibir nya.
Fathir menghela napas perlahan.
"Iya kak, sama-sama, aku juga senang bisa bantu adik nya kakak, Emm, nama aku Fathtir," kata nya sembari menyodorkan tangan ke arah Rania.
Rania hanya menarik pelan bibir nya sembari menyatukan ke dua telapak tangan nya ke depan dada.
"Aduuuhh, kenapa gue pake nyodorin tangan segala sih?," batin Fathir, sembari menyentuh kedua pelipis nya dengan satu tangan dan membuang pandangan nya ke samping, bawah sofa.
"Kamu teman nya Sabila ya?"
Fathir terlonjak dan menoleh ke arah Rania.
"Teman?," Fathir mengangkat kedua alis nya, lalu kembali berujar "Oh, iya kak, aku teman nya, emm, Sabila, iya, aku teman nya Sabila," ujar Fathir, lagi-lagi dengan rona wajah yang terlihat gugup.
"Kamu satu kelas sama Sabila?," Rania kembali mencecar Fathir dengan pertanyaan nya.
"Emm, engga sih kak, aku beda kelas sama Sabila."
"Beda kelas?," Rania mengernyit, menangkap sesuatu, lalu kembali berujar "Tunggu, tunggu. Kalau kamu ngga sekelas sama Sabila, terus kenapa kamu bisa anter Sabila sampai kesini? kamu ketemu di jalan atau gimana?," tanya Rania.
Fathir menghela napas, mencoba untuk tenang.
"Iya, jadi tadi pas aku mau pulang, tiba-tiba, aku ketemu sama Sabila di jalan Cihampelas, terus, aku ngelihat Sabila di serempet motor, jadi aku samperin, dan aku anterin Sabila pulang, kak," ujar Fathir, menjelaskan.
"Astagfirullahal'adziim," kata Rania sembari menggosok pelan wajah nya.
"Makasih ya karna kamu udah mau nolongin Sabila, dan bawa Sabila pulang," ujar Rania sembari menatap wajah Fathir.
"Iya kak, aku juga seneeng banget bisa bantu Sabila," ujar Fathir sembari menarik bibir nya, hingga terlihat kerutan di ujung mata nya.
Fathir terlonjak dan membuyarkan lamunan nya.
"Ya Allah, gue ngomong apaan barusan? Duh, nih mulut ngga bisa di jaga banget sih," gumam Fathir sembari menggigit bibir dalam nya dan menutupi mulut nya dengan satu tangan.
Rania mengerutkan dahi nya dan menatap wajah Fathir yang terlihat salah tingkah.
"Emm, kamu ngga suka kan sama Sabila?," tanya Rania, yang melihat ekspresi Fathir, begitu bahagia ketika mendengar nama Sabila.
"Eemm,-"
Rania menarik napas panjang dan membuang nya perlahan.
"Gini, kakak sangat-sangat berterimakasih sama kamu karna kamu udah mau tolongin Sabila, dan kakak juga bersyukur karna Sabila punya teman sebaik kamu. Tapi, pertemanan kamu dengan perempuan mana pun yang bukan mahram kamu, itu akan jauh lebih mudah menimbulkan fitnah," ujar Rania sembari menarik pelan bibir nya.
"Iya kak, aku tau, tapi-"
"Tapi apa?," potong Rania.
Fathir membuang napas perlahan dari hidung nya, sembari mengambil ancang-ancang untuk mengungkapkan sesuatu yang mengganjal dalam hati nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alsama' Lisabilana (Surga Untuk Sabila)
SpiritualSabila: "Aku nangis,karna Fathir bilang dia mau ke surga sama aku.Tapi aku tau bahwa surga ngga akan mau nerima perempuan yang ngga tertutup auratnya"