Chapter 20

191 11 0
                                    

"Lelaki yang mudah bermaksiat sebelum menikah akan jauh lebih
mudah bermaksiat setelah menikah."

••
"Thir, kamu mau kemana subuh-subuh gini?," kata Hamas sembari melangkahkan kaki nya menuju sebuah sofa berwarna dongker.

Fathir mengerjap, tepian mata nya berputar ke segala arah.

"Eh kak? emm, aku ada perlu sama Aldo."

"Perlu apa jam segini? ini baru jam lima pagi lho Thir?," Hamas kembali berujar sembari melihat jam dinding yang menempel di dinding rumah nya.

"Lagi pula nanti pagi kamu masih bisa ketemu sama Aldo di sekolah," Lagi, Hamas mencecar adik nya sembari mengernyitkan dahi, menatap sang adik.

Fathir menggaruk pelan pelipis mata nya.

"Tapi ini penting kak," ujar Fathir, lalu lelaki itu merenggangkan tubuh nya, dan bangkit, berdiri sembari meraih punggung tangan Hamas dan mencium nya.

"Ya udah ya, aku berangkat dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh," ucap Hamas, lalu mengerjap cepat "Eh, kamu belum sarapan lho Thir."

"Nanti aku sarapan di luar kak."

"Astagfirullahal'adziim, itu anak kenapa lagi sih," gumam Hamas sembari menggerakkan pelan kepala nya ke kiri dan ke kanan.
••
"Emm, haruum, nasi goreng nya pasti enak," ujar Sabila, sembari memutari meja makan dan duduk di samping kakak nya, Rania.

"Iya dong Dek, nasi goreng nya pasti enak, sebab, kakak juga ikut bantuin," kata Rania sembari terkikih pelan.

Sabila mengernyit.

"Ih kakak suka PD ih."

Bola mata Rania mengarah ke adik nya, sembari memegang sendok yang berisi nasi goreng, ia menyodorkan ke mulut Sabila.

"Kamu mau? Nih, buka mulut nya,aaaa-"

"Aaaaaa," gadis manis itu membuka mulut nya dan siap menerima suapan nasi goreng dari kakak nya.

"Aaaammm," ujar Rania, menarik bibir nya sembari mengunyah nasi goreng yang tadi hendak di berikan untuk adik nya.

Dari tempat duduk nya, Sabila mendelik kesal menatap Rania.

"Kakak ih nyebelin," kata nya.

"Rania, jangan bercandain adik nya dong nak, ayo lanjutkan makan nya."

Rania hanya terkekeh geli meneliti bibir bawah Sabila yang maju ke depan.
••
"Mah, Sabila berangkat dulu ya."

"Iya sayang, kamu hati-hati ya berangkat nya."

"Iya mah, kak aku berangkat dulu ya."

"Iya Dek, maaf ya tadi kakak nyebelin," ujar Rania sembari terkikih pelan.

"Iya, ngga apa-apa kok, aku tau kakak memang nyebelin," ujar Sabila, sembari meraih punggung tangan Sekar dan Rania, lalu mengecup nya.

"Assalamu'alaikum mah, kak."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh."
••
Kini, gadis manis itu menyusuri bahu jalan, lalu berdiri mematung sambil sesekali meneliti ponsel yang berada di genggaman nya.

"Sabila?" suara itu menginterupsi nya.

"Fathir? kamu ngapain di sini?" ujar Sabila sembari mengernyitkan dahi nya.

Sembari mengulas senyum, ia berujar "Mau jemput kamu lah."

"Jemput aku?" ujar Sabila sembari memundurkan kepala nya.

Alsama' Lisabilana (Surga Untuk Sabila)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang