Chapter 17

134 10 0
                                    

"Allah hanya ingin kita menikmati proses itu, merintih dalam do'a, mengemis cinta yang kelak akan disandingkan dengan kita. Menuju pertemuan yang pada hari itu akan turun ribuan rahmat dari sisi-Nya."

••
Di sudut gerbang SMAN 2 Bandung, tepat di sisi jalan Sabila berdiri mematung menantikan Rania dan Sekar datang.

Gadis manis itu terus menghela napas sembari sesekali meneliti ponsel yang di genggam nya.

"Kak Rania lama banget sih," gerutu Sabila.

"Nungguin apaan?" ujar Fathir, yang baru saja keluar dari gerbang berwarna abu-abu, bersama dengan Aldo, lelaki itu menghampiri Sabila yang tengah meneliti ponsel nya.

Sabila reflek dan langsung menoleh. "Fathir?," kata nya sembari mengulas senyum.

Fathir menarik bibir nya dengan manik mata yang mengarah ke wajah Sabila.

"Yah, jadi obat nyamuk deh gue," Aldo menyela.

"Ya ilah, sabar kali, biarin temen lu bahagia dulu," ujar Fathir sembari menggerakan tepian mata nya ke arah Aldo.

"Ya, ya, ya," ucap Aldo, sembari memutar bola mata nya.

Fathir melengos, dan kembali mengarahkan manik mata nya ke wajah Sabila.

"Oh iya, kamu lagi nungguin apa?"

Aldo berdecih pelan sembari menahan tawa yang hampir tersembur keluar.

"Kamu? kesambet apaan lu? manggil Sabila, kamu? biasa nya juga lu-gue?" ujar Aldo sembari terkekeh geli, lalu melanjutkan ucapan nya.

"Hati-hati Bil, modus tuh."

Fathir berdecak pelan.

"Si Aldo berisik banget sih, malu-maluin gue aja," gerutu Fathir dalam hati.

Manik mata lelaki berketurunan Arab-Bali itu kembali menyorot ke wajah Sabila.

"Maaf ya, emang kaya gini kelakuan nya Aldo," ujar Fathir sembari mengedikan kepala nya ke arah Aldo.

Aldo mengernyitkan dahi nya, sembari menggelengkan pelan kepala nya.

"Yah, susah deh bercandain orang yang lagi jatuh cinta, ntar sekali nya sakit hati, baru tau rasa lu," ujar Aldo sembari memutar manik mata nya.

Seolah tak mendengar ucapan sahabat nya, Fathir tetap terpegun memandangi gadis manis itu.

"Oh iya, dari tadi nanya ngga di jawab-jawab? kamu lagi nungguin apa?," ujar Fathir sembari mengulas senyum pada Sabila.

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan gerbang besar berwarna abu-abu. Kaca mobil diturunkan oleh seorang penumpang yang berada di dalam nya.

"Dek? masuk yuk, nanti kita telat," suara itu menginterupsi nya.

Sabila mengerjap cepat sembari mengernyit kan dahi.

"Kak Rania? mamah?"

Kini, manik mata gadis manis itu mengarah ke lelaki yang tengah berada di samping nya, Fathir.

"Aku duluan ya Thir," ujar Sabila sembari menarik pelan bibir nya.

Fathir menaik-turunkan kepala nya sembari mengulas senyum pada Sabila.

Lelaki itu membuang pandangan mata nya ke sebrang jalan, dengan seri muka yang pias.

"Udah santai aja, ngga usah lu fikirin," Aldo mengerjap, sembari menepuk-nepukkan pelan pundak sahabat nya.

Alsama' Lisabilana (Surga Untuk Sabila)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang