Chapter 8

182 14 0
                                    

"Terkadang, tanpa kita sadar, ada seseorang yang mencintai kita dalam diam. Ia hanya membawa isyarat 'Getar' dalam hati, melalui Allah. Ya, salah satu nya adalah do'a."

••
"Kak?," bola mata Sabila melirik Rania dari balik cermin meja rias.

"Iya?," jawab Rania sembari menatap ke arah adik nya.

Sabila berulang kali menghela napas sembari memilin-milin ujung baju tidur nya.

"Ada apa sayang?," tanya nya sekali lagi.

Sabila menghembuskan napas panjang, dan mulai mengungkapkan apa yang mengganjal dalam hati nya.

"Emm, kakak inget nggak? orang yang waktu itu aku ceritain di telpon?"

Rania mengernyit "Orang yang udah buat seragam kamu kotor?"

"Iya."

"Dek, sini duduk di samping kakak," ujar Rania sembari menitah adik nya untuk duduk di samping nya.

Sabila bangkit dari tempat duduk semula dan berganti tempat duduk ke samping kakak nya.

Rania menghela nafas, melingkarkan satu tangan nya ke bahu sang adik sembari mengelus nya dengan lembut.

"Sebelum nya kakak minta ya, karna kemarin kakak ngga sempat dengerin cerita kamu," ujar nya sembari mengulas senyum.

Sabila menarik lembut bibir nya sembari berujar "Iya, ngga apa-apa kok, kak."

Rania mengerjap "Oh, iya. Tadi kamu mau cerita apa?"

Sabila menarik ujung bibir nya, dengusan pasrah pun keluar dari hidung mungil nya.

"Iya kak, jadi tuh orang yang udah bikin seragam aku kotor, ternyata dia sekolah di tempat yang sama kaya aku."

Rania menaikkan alis nya sembari berujar "Dia juga sekolah di SMAN 2?"

"Iya, dan lebih parah nya lagi, tadi pagi aku ketemu sama dia, dan dia nabrak aku lagi, kak," ucap Sabila.

Raut muka Sabila berubah dengan tarikan bibir yang menghias wajah nya.

Sudut mata Rania menangkap senyum di bibir Sabila, yang semakin menambah manis wajah nya.

Melihat ekspresi yang tidak biasa dari sang adik, Rania pun kembali berujar "Kamu kok jadi senyum-senyum gitu sih? oh iya, orang yang kemarin bikin seragam kamu kotor itu, lelaki atau perempuan?," tanya Rania, menopang dagu di atas tangan nya, sembari menarik lembut bibir nya menatap Sabila.

Sabila terlonjak kaget dan melengos menjauhi pandangan kakak nya.

"Eem, dia, lelaki. Tapi Sabila senyum-senyum sendiri bukan karna dia kok kak. Ini-" kata Sabila sembari mengarahkan bola mata nya ke kiri.

Seperti mendapat ide, Sabila mengerjap cepat "Oh, ini, tadi aku cuma lucu aja kak, masalah Gya tadi pagi," ujar Sabila dengan raut muka yang tegang.

Rania kembali melingkarkan satu tangan nya ke bahu Sabila sembari menarik bibir nya.

Ia menghela napas panjang sembari berujar "Dek, siapapun laki-laki itu, kakak harap kamu ngga punya perasaan apapun sama dia, atau sama lelaki manapun. Karna bukan cuma kakak yang nggak mau kamu pacaran, tapi mamah dan almarhum papah juga. Papah udah amanahin kamu ke kakak. Dan kakak harus jagain kamu,jadi kakak mohon, kamu bantuin kakak untuk ngejalanin amanah nya papah, ya."

Terlihat jelas binar harap di wajah Rania, yang membuat Sabila semakin gelisah.

Helaan napas itu keluar dari hidung Sabila, mencoba mencari kekuatan dalam diri nya.

"Emm, iya. Sabila tau kok kak."

"Kalau gitu, kamu jangan berpikir untuk pacaran dulu ya, kalau pun jodoh kamu dekat, kakak tetap ngga mau kamu pacaran, kakak ngga mau kamu menentang Allah dengan menjalin hubungan yang di larang oleh syari'at agama. Kakak mau, kamu langsung ta'aruf."

Sabila berdecak pelan sembari berujar "Iya kak."

Gadis manis itu menarik napas dalam dan membuang nya perlahan, sembari menarik lembut bibir tipis nya.

"Kenapa aku jadi kaya gini, ya? perasaan setiap kali aku ketemu sama dia, bawaan nya kesel deh.Tapi, kenapa sekarang jadi kaya gini?," gumam Sabila, sembari mengernyitkan dahi dengan lirikan mata yang tajam ke arah kiri.
•••

Alsama' Lisabilana (Surga Untuk Sabila)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang