"Sabila,kamu adalah wanita yang datang dan menetap dalam hati, namun tak pernah tinggal lebih lama.
Tidak ada yang ku lihat selain kamu, sekalipun telah terbangun sebuah penghalang yang memisahkan kita,
memperhatikan mu di kejauhan sudah cukup memberi ku
kenyamanan. Senyum bila kamu tersenyum, sedih bila kamu menangis.
Bil? apa kamu tau bahwa mereka bilang aku bodoh? Karna hanya menanti satu nama, yaitu 'kamu'. Lalu aku katakan pada mereka bahwa 'menjauh atau mendekat akan tetap sama' akan tetap terasa sakitnya.
Dan apa kamu tahu? Selama hati ini belum terbuka
untuk yang lain, selama itu juga aku akan tetap setia menunggu kamu" Rian yang memperhatikan gadis manis itu dari kejauhan memilih untuk pergi ke sekolah sendiri dan mengurungkan niatnya untuk menjemput Sabila.
••"Rian mana sih? katanya mau jemput aku, ini udah jam setengah tujuh lewat tapi belum dateng juga," gerutu Sabila sembari menggerakan pelan kepala nya ke kiri dan ke kanan.
"Bil,?" kata seseorang memanggil gadis manis yang tengah berdiri mematung di tepi jalan.
"Rian?," Sabila memutar kepala nya dan terlonjak kaget melihat siapa yang datang menghampirinya.
"Rian,?" kata Fathir yang juga terlihat kaget mendengar nama yang di sebut oleh gadis yang di sukainya itu.
"Eh, Fathir?," Ujar Sabila, sembari menggigit bibir dalam nya dan membuang pandangannya ke bawah jalan.
"Kamu bilang aku Rian? emangnya Rian itu siapa?"
"Emm, bukan siapa-siapa, dia cuma teman aku, dan kamu juga ngga perlu tau tentang itu."
"Kamu masih marah gara-gara kemarin?," tanya Fathir.
"Gara-gara kemarin apa?"
"Keisha?"
"Oh, Keisha? pacar kamu itu?" ujar Sabila sembari berdecih palan.
"Harus berapa kali aku bilang sama kamu? dia bukan pacar aku"
"Terus? menurut kamu, aku akan peduli sama omongan kamu ini?," ujar Sabila sembari membuang napas kasar.
"Tapi Bil-"
"Kamu ngga perlu takut aku marah Thir, kamu itu bukan siapa-siapa aku," akhirnya, gadis manis itu memilih untuk meninggalkan Fathir dan mengayuhkan langkah nya menyusuri tepian jalan.
"Bil? Sabila? Sabila aku suka sama kamu Bil!"
Sejenak, ayuhan langkah kaki itu terhenti ketika Sabila mendengar apa yang dikatakan oleh Fathir.
Detak jantung berdegup lebih cepat, tangan nya mengudara dan di hempaskannya ke depan dada "Kenapa jadi deg-degan gini sih," ujar Sabila sembari memejamkan mata nya dan membuang muka ke bawah jalan.
Lelaki berketurunan Arab itu membiarkan motor nya terparkir di pinggir jalan, dan menghadapkan badan nya tepat di depan Sabila.
"Aku suka sama kamu Bil, aku ngga suka sama Keisha, aku suka sama kamu dari awal kita ketemu," ujar Fathir sembari menatap bola mata gadis berparas manis itu lamat-lamat.
"Kamu mau kan jadi pacar aku?" lanjut Fathir.
Sabila tercenung sejenak, manik mata nya beradu pandang dengan lelaki yang juga di sukainya itu "Pacar?," ujar Sabila.
"Iya, kamu mau kan jadi pacar aku?" terlihat raut wajah penuh harap yang di tunjukan Fathir pada Sabila.
Kini, Sabila membuang napas perlahan, sembari berujar "Emm, maaf Thir tapi aku ngga bisa jawab pertanyaan kamu sekarang."
Fathir mengumpulkan udara di sekitarnya dan membuangnya kasar "Iya, aku ngerti. Aku akan tunggu kamu sampe kamu siap buat jawab pertanyaan aku."
Sabila mengarahkan kepala nya ke tengah jalan, kini, ia melambaikan tangan nya dan menghentikan sebuah angkot yang melintas di depan nya.
"Pak kiri, mmm, aku duluan ya Thir," ujar Sabila, meninggalkan Fathir yang tetap berdiri mematung di bahu jalan.
Lelaki itu meraup udara di sekitarnya dan membuang nya perlahan, sembari mencari kekuatan dalam hati, Fathir berujar "Aku akan tunggu kamu sampe kamu siap, Bil."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Alsama' Lisabilana (Surga Untuk Sabila)
SpiritualSabila: "Aku nangis,karna Fathir bilang dia mau ke surga sama aku.Tapi aku tau bahwa surga ngga akan mau nerima perempuan yang ngga tertutup auratnya"