Chapter 19

105 11 0
                                    

"Semua yang ada di muka bumi akan binasa. Namun wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tidak akan binasa."

••
"Thir, gue cabut duluan ya," ujar Aldo, yang bergegas menuju parkiran sekolah.

"Eh, mau kemana lu?," Fathir mengerjap, sembari menepuk pundak sahabat nya.

"Biasa, orang penting, urusan gue banyak," ujar Aldo sembari menarik bibir nya dengan alis yang terlihat naik-turun.

"Ciihh!! PD banget si lu," kata Fathir sembari berdecih pelan.

"Ya udah ya, permisi, orang ganteng mau ada acara, takut telat."

Fathir menggelengkan kepala nya.

"Dasar, ya udah sonoh, tiati lu."

"Yo'i."
••
"Bil, aku duluan ya."

"Iya, kamu hati-hati ya Gy."

"Iya kamu juga pulang nya hati-hati ya Bil."

"Iya," sahut Sabila sembari mengulas senyum pada Gya.

"Aku duluan ya Bil, kamu pulang nya hati-hati," kata Rian dengan manik mata yang mengarah ke wajah Sabila.

"Iya Ri, kamu juga hati-hati ya pulang nya, jangan ngebut-ngebut bawa motor nya, inget, kamu lagi boncengin Gya."

"Iya, ya udah, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."
••
"Itu yang di pinggir jalan bukan nya Sabila ya?," ujar Fathir yang telah keluar dari gerbang sekolah, dan melihat Sabila tengah berdiri mematung di bahu jalan.

Lelaki berkulit putih itu mengerjap cepat "Gue ajak dia pulang bareng lagi ah," ujar Fathir yang menghentikan motor nya di bahu jalan, tepat di depan Sabila.

"Bil?"

"Fathir?" jawab Sabila.

"Lagi nunggu angkot ya? Pulang bareng lagi mau ngga?"

"Emm-"

"Fathiir?" suara itu menginterupsi Fathir dan Sabila.

Kedua insan itu sontak menoleh.

Bola mata Fathir berputar.

"Keisha ngapain sih pake ke sini segala," batin lelaki itu mulai berujar.

"Kamu kok ngga nungguin aku sih?," kata Keisha.

Fathir menarik paksa bibir nya sembari mengarahkan bola mata nya ke wajah Keisha.

"Aku ikut kamu ya," ujar Keisha

Fathir mengerjap, sembari mengernyitkan dahi, ia berujar.

"Eeehh, ngga ada, ngga ada, gue itu mau pulang bareng-"

"Eh Thir, aku duluan ya," ujar Sabila sembari mengangkat tangan nya di udara, menghentikan sebuah angkot yang melintas di depan sekolah nya.

Mata laki-laki itu terbelalak, mulut nya sedikit terbuka, ia berujar.

"Bil? Sabila?"

Keisha mendekat ke arah Fathir dan meraih tangan nya.

"Kamu pulang bareng aku ya," ujar Keisha sembari menarik bibir nya.

Fathir terpegun sejenak menatap Keisha, sembari berdecih pelan, Fathir berujar.

"Ogah," kata Fathir sembari menyalakan motor nya dan melaju, meninggalkan gadis cantik itu sendiri.

"Iih Fathir!! Ngeselin banget sih!," gerutu Keisha, sembari menghentakan kaki nya dan tangan yang berlipat di depan dada.
••
"Tuh kan benar, ngga salah lagi. Perempuan itu pasti pacar nya Fathir."

Lagi-lagi, suara hati si gadis manis itu seakan menerobos ke sela-sela fikiran nya. Pandangan mata nya di buang ke tepi jalan. sambil sesekali menghela napas, ia mencoba menenangkan pikiran nya.

Sambil mengendarai motor nya, Fathir bergumam dalam hati.

"Ini gara-gara si Keisha nih, mudah-mudahan Sabila ngga mikir yang mikir yang macem-macem tentang gue."
••
Tok,tok,tok!

"Assalamu'alaikum?"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh, iya, sebentar sayang."

Krreekk!

"Kamu udah pulang nak?," tanya Sekar sembari mengulas senyum pada anak nya.

"Iya mah," ujar Sabila, kini bola mata nya bergerak ke lantai dua.

"Emm kak Rania-?"

"Kak Rania ada undangan sayang, nanti sore baru pulang. Ya udah gih, kamu ganti baju dulu, habis itu kita makan siang sama-sama," titah Sekar.

"Iya, ya udah kalau gitu Sabila ke kamar dulu ya mah," ujar gadis manis itu sembari menarik pelan bibir nya.

"Iya nak."
••
Sabila berdiri mematung tepat di balkon rumah nya, manik mata gadis itu mengarah ke sebrang jalan, sesekali ia mencari bintang yang terselip di balik mega yang terlihat hendak menangis.

"Dek? kamu ngapain di sini? ini gerimis lho."

Suara itu menginterupsi nya.

Namun, tak di hiraukan, Sabila malah memejamkan mata nya rapat-rapat.

"Kamu kenapa sayang?," sekali lagi, Rania membuyarkan lamunan sang adik dengan tepukan pelan yang mendarat di bahu nya.

Gadis manis itu terlonjak, mata nya terbelalak dan langsung menoleh ke belakang.

"Kamu kenapa?," Rania kembali berujar, di iringi tarikan di bibir nya.

"Aku ngga apa-apa kok, kak," kata Sabila.

Rania menghela napas sembari meraih tangan Sabila.

"Kamu ada masalah ya?"

Gadis itu hanya tercenung, dengan bola mata yang menyorot sang kakak.

Sabila menarik napas dalam dan mengeluarkan nya perlahan. Kini, ia mengulas senyum sembari mencari sisa-sisa kekuatan dalam diri nya.

"Ngga, Sabila ngga ada masalah kok."

Rania mengangkat tangan kanan nya di udara sembari menyingkapkan lembut rambut Sabila, adik nya.

"Kalau kamu ada masalah, kamu jangan pernah sungkan untuk cerita sama kakak ya, kamu bisa jadiin kakak sebagai sahabat kamu."

Sabila menarik pelan bibir nya dengan binaran mata yang menyorot ke wajah Rania.

"Iya kak, nanti kalau misal nya Sabila ada masalah, Sabila pasti cerita sama kakak."

"Emm, janji ya, masalah sekecil apapun harus cerita sama kakak."

Sabila menaik-turunkan pelan kepala nya sembari melingkarkan tangan nya ke perut Rania.
•••

Alsama' Lisabilana (Surga Untuk Sabila)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang