Chapter 14

145 10 0
                                    

"Ya Allah, seandainya aku dapat dengan mudah mengungkapkan rasa pada Sabila, tanpa harus takut Engkau akan cemburu, mungkin sudah ku lakukan hal itu sejak saat pertama kali aku bertemu dengan nya," batin Rian sembari megarahkan manik mata nya ke deretan motor yang berjejer di area parkiran sekolah.

"Ri?" suara Gya menginterupsi lelaki ber-alis tebal itu.

Tak juga mengindahkan ucapan nya, gadis bermata sipit itu kembali memanggil Rian, di iringi tepukan pelan di pundak nya.

"Rian?" ujar Gya, sembari menepuk pelan pundak Rian.

Rian terlonjak kaget dan reflek menoleh ke arah Gya, sambil berujar "Sabila?," kata lelaki itu.

"Sabila??" ucap Gya sembari mengernyitkan dahi nya, di susul kekehan pelan yang keluar dari mulut nya.

Rian mengerjap cepat.

"Oh, engga, bukan Sabila," kata Rian sembari melengos, berusaha menghindari pandangan Gya.

"Subhanallah Ri, segitu kangen nya kamu sama sabila, sampe-sampe aku aja dipanggil Sabila," ucap Gya sembari terkikih pelan.

Rian hanya menarik pelan bibir nya dengan manik mata yang masih tertuju ke bawah.

"Ya udah-ya udah, daripada kamu makin ngga karuan gara-gara kepikiran sama Sabila, mending kita jalan sekarang aja."

Rian mengerjap cepat "Oh, ya udah, kalau gitu aku keluarin motor dulu ya."

Gya hanya mengulas senyum sembari menaik-turun kan kepala nya.
••
"Eh tunggu-tunggu Do, jangan ke parkiran dulu," ujar Fathir sembari menarik lengan sahabat nya.

"Ada apaan emang nya?," tanya Aldo sembari mengedikkan dagu nya.

"Itu bukan temen-temen nya Sabila ya?" ujar Fathir sembari mengarah kan jari teluntuk nya ke arah Gya dan Rian.

Manik mata Aldo mencoba menyusuri jari telunjuk Fathir.

"Mereka kok kaya lagi ngomongin sesuatu sih?," tutur Aldo yang telah mendapatkan objek yang di maksud Fathir.

Fathir mengerjap cepat sembari menepuk-nepuk pelan pundak Aldo "Dia cabut tuh."

Fathir kembali berujar "Jangan-jangan dia mau ke rumah nya Sabila lagi."

"Sotoy lu," ujar Aldo sembari berdecih pelan.

"Bukannya gitu Do, ya lu fikir aja sendiri, Sabila kan habis kecelakan, bisa jadi mereka berdua punya firasat yang kuat tentang Sabila? ya kan?"

"Terus lu mau apa? lu mau ngikutin mereka gitu?" kata Aldo sembari memutar mata nya.

"Emmm, iya, kalau lu ngga ngadu sama kak Hamas," ucap Fathir sembari menaik-turun kan alis nya.

"Gue ngga ngerti sama apa yang ada di kepala lu Thir, udah di tolak sama kakak nya juga."

"Gue itu cuma butuh kepastian dari adik nya, bukan kakak nya."

Lelaki blasteran itu membuang napas nya dengan kasar, sembari berujar. "Terserah lu deh, ya udah kalo gitu gue cabut duluan ya, lu hati-hati."

"Iya, eh Do, jangan bilang sama kak Hamas ya."

"Iya," jawab Aldo sembari mengulas senyum dan menepuk-nepuk pelan pundak Fathir.
••
Setelah beberapa lama berkendara, akhinya, Gya dan Rian tiba di sebuah rumah berwarna putih tepat di tepi jalan.

"Ini rumahnya?," ujar Rian sembari mengarahkan bola mata nya ke sebuah rumah berwarna putih.

"Iya Ri, ini rumah nya. Masuk yu," kata Gya dengan bola mata yang bergerak ke sekeliling pelataran rumah nya.

Alsama' Lisabilana (Surga Untuk Sabila)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang