'Ngeehh'
(Namakamu) mengerjapkan matanya berkali kali. Melihat sekitarnya dan terdapat dira yang sedang tidur disampingnya.(Namakamu) bangun dan duduk mengambil gelas yang berisikan air lalu diminumnya. Setekah nyawanya terkumpul semua (namakamu) memindahkan posisi dira senyaman mungkin. Kemudian turun dari ranjang dan berjalan keluar.
(Namakamu) melihat dibawah ada iqbaal yang sedang duduk sambil menonton tv. Melihat iqbaal (namakamu) langsung teringat oleh masalah nya itu.
Iqbaal melihat (namakamu) turun lalu iqbaal cepat berjalan kearah (namakamu). Setekah didepannya iqbaal langsung menggemgam tangannya dengan tatapan sendu. (Namakamu) membiarkan tangannya di genggam tapi ia mengalihkan pandangannya.
"(Nam).." lirih iqbaal
"Sekarang keadaan kamu gimana? Masih pusing? Apanya yang sakit? Kamu kalo perlu sesuatu panggil aku aja? Aku gak mau kamu kenapa napa. Tadi kamu pingsan di parkiran. Jadi aku langsung bawa kamu pulang. Kamu mau apa" ucap iqbaal dengan tatapan khawatir.
(Namakamu) menepis genggaman iqbaal tanpa membalas ucapan iqbaal. Dan pergi kearah dapur.
Iqbaal yang melihat itu merasa wajar. Istrinya tidak mungkin memaafkannya secepat itu. Tapi iqbaal juga tidak tahan dengan keadaan seperti ini. Ia ingin kehidupannya seperti semula.
Iqbaal menghela nafasnya pelan dan berjalan kearah dapur untuk melihat (namakamu)
"Kamu mau masak? Mau masak apa?" Iqbaal mencoba membuat (namakamu) lupa akan masalah itu
"Bisa diem gak sih" ucap (namakamu) dingin
Iqbaal menghela nafas
(Namakamu) sedang melakukan aktivitas memasaknya.
"Mau aku bantuin?" Tawar iqbaal
"Ga perlu"
Iqbaal berjalan kearah ruang keluarga dan menduduki bokongnya.
***
"Bunda" terlihat Dira yang keluar dari kamar dan melangkah menuruni anak tangga.
(Namakamu) yang sedang menata makanan dimeja makan pun teralihkan pandangannya pada putrinya.
"Sini dek sama bunda" (namakamu) menghampiri Dira lalu menggendongnya menuju kamar Dira.
Ceklek
(Namakamu) menurunkan Dira ke sofa dan mendudukannya.
"Kita mandi dulu ya. Nanti bunda mandiin" Dira mengangguk lesu
(Namakamu) mulai melakukan aktivitas memandikan Dira.
***
"Bunda mana yah?" Tanya Farhan yang sudah duduk dimeja makan
"Lagi dikamar adek kayaknya"
"Ayah ke bunda dulu ya" iqbaal berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kamar Dira.
Ceklek
Belum iqbaal membuka pintu tapi pintu sudah dibuka dan yang membukanya dira
"Wah princess ayah udah cantik" iqbaal menggendong Dira dan mencium wajah Dira
"Iya dong" ucap Dira sombong
"Wangi banget sih. Gemes ayah jadinya" iqbaal terus mencium wajah Dira
"Iih ayah udah. Nanti kalo bedaknya ilang gimana?" Dira memanyunkan bibirnya dengan ucapan polos yang terlontar tadi.
Iqbaal terkekeh "biarin mau bedak nya ilang juga princess ayah kan selalu cantik"
"Ayah turunin. Dira mau makan laper" iqbaal menurunkan Dira
"Bunda dimana dek"
"Didalem" dira langsung menuruni anak tangga hingga bawah.
Ceklek
"Katanya laper ko bal-
Ucapan (namakamu) terpotong saat melihat siapa yang masuk.
Iqbaal mendekati (namakamu) yang sedang membereskan kamar Dira.
"(Nam) aku mau ngomong" lirih iqbaal
"Ngomong aja apa susahnya" ucap (namakamu) datar.
Iqbaal menarik tangan (namakamu) dengan lembut untuk duduk disampingnya.
"Aku mohon kita selesain masalahnya sekarang"
"Aku tau aku salah. Aku udah umpetin berkas penting itu. Alu udah ngancurin impian kamu. Tapi plis aku mohon sama kamu maafin aku. Kita gak mungkin kan kayak gini terus"
"Kamu harusnya mikir iqbaal. Kamu udah ngancurin impian aku impian istri kamu sendiri. Kamu ngapain ngelakuin ini. Maaf baal untuk kali ini aku gak bisa maafin kamu. Aku udah cape berusaha buat capai impian aku. Tapi kamu dengan mudahnya menghancurkan impian aku yang tinggal satu langkah itu"
"Oke. Biar aku bilang sama papa kalo aku yang udah umpetin berkas kamu. Dan aku bakalan mohon sama papa supaya kamu bisa menjadi manager. Aku bakalan berusaha bujuk papa. Dan aku akan jelasin sem-
"Ga perlu. Itu semua ga perlu, udah terlambat iqbaal. Udah ga bisa, kamu pikir ini hal yang mudah. Kalo kamu bilang itu ke papa. Nanti banyak karyawan yang nyangka nya aku memohon sama papa"
"Tapi-
"Lagian aku juga udah lupa sama impian aku. Aku nggak marah sama kamu baal tapi aku kecewa sama kamu. Aku bingung kamu bisa bisanya berpikiran kayak gitu. Aku cuma gak habis pikir aja kamu bisa lakuin itu"
"Yang. Aku tau kamu kecewa sama aku. Tapi aku mohon jangan tunjukin masalah kita didepan anak anak. Mereka ga tau apa apa. Kamu boleh kecewa sama aku tapi jangan didepan anak anak. Kamu boleh bicara kayak gini. Tapi jangan didepan anak anak"
"Aku juga tau. Tanpa kamu kasih tau juga aku ngerti. Aku masih gunain otak aku buat berpikir yang nggak sembarangan. Aku berpikir dua kali" sindir (namakamu)
Maaf pendek.
Jangan lupa vote and komen😊Terimakasih:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family (IDR)
Fanfiction- Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan - (Namakamu) Ayla Putri - Farhan putra Dhiafakhri - Adira putri Dhiafakhri