Dira yang memang tidak terbiasa tidur sendiri harus merasakannya kembali. Apalagi dengan keadaan malam ini. Hujan diluar cukup lebat listrik tiba tiba mati semua. Tidak hanya rumah yang mereka tempati tapi tetangga pun mati semua listriknya.
Sedari tadi Dira menangis meraung raung dengan memanggil bunda nya. Dira menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut yang berada diatasnya. Dira benar benar ketakutan.
Di kamar (namakamu) dan iqbaal, (namakamu) merasakan bahwa hujan lebat diluar dan padamnya listrik. Samar samar (namakamu) memdengar suara tangisan
(Namakamu) bangun dari tidurnya, mencari cari ponselnya. Setelah menemukan (namakamu) berjalan keluar dengan ponsel yang sebagai penerangnya. Ia tau siapa yang menangis, pasti Dira sedang menangis ketakutan. (Namakamu) mempercepat langkahnya dan membuka pintu kamar dira.
Ceklek
(Namakamu) melihat Dira yang tengah meringkuk dibawah selimut dan menggumam memanggil (namakamu)
"Sayang" (namakamu) menyibakkan selimut yang tadi menutupi Dira.
Dira yang melihat itu langsung memeluk (namakamu) erat dan menyembunyikan wajahnya dilekukan leher (namakamu)
"Bunda dira takut" isakan dira semakin keras
"Iya dek. Bunda ada disini adek jangan takut lagi ya" (namakamu) mengelus rambut panjang dira yang digerai
"Bunda ga mau sendiri bobonya" lirih dira yang masih dengan isakannya
"Kita kekamar bunda ya" (namakamu) menggendong Dira dan berjalan menuju kamarnya.
Dikamar terlihat iqbaal yang masih pulas tidur.
"Adek tidur sini ya samping bunda sama ayah" (namakamu) meletakkan dira disamping iqbaal
"Gak mau bunda" Dira bangkit dan langsung duduk dipangkuan (namakamu)
"Adek mau apa? Udah malem loh diluar juga ujan"
"Ga bisa bobo bunda"
"Paksain aja dek. Pejamin matanya"
"Ga mau" tangisan dira tiba tiba pecah. (Namakamu) sontak menggendong Dira menjauhkan dari tempat iqbaal tidur. Takut mengganggu. Lalu berjalan menuju jendela
"Adek ko nangis"
"Ga mau bobo bunda"
"Kenapa sayang"
"Takut"
"Kan udah sama bunda" bukannya menjawab pertanyaan (namakamu) tangisan dira semakin pecah.
"Syutt. Jangan nangis dek, nanti kalo ayah kebangun gimana? Kasian ayah loh de" (namakamu) mencoba menenangkan dira. Tapi hasilnya tetap sama dira masih saja nangis.
Iqbaal yang tengah tidur pun merasa terusik karena suara tangisan Dira yang kencang.
Iqbaal beranjak dari kasur dan menghampiri (namakamu) yang masih menenangkan Dira
"Dira kenapa (nam)" tanya iqbaal pada (namakamu) dengan suara khas baru bangun tidur
"Dira kan takut gelap baal. Kalo gelap ya dia bakalan kayak gini terus" (namakamu) menghela nafasnya
"Yaudah sini Dira biar sama aku aja. Kamu mendingan kamu tidur lagi" tawar iqbaal
"Gausah baal, kamu aja yang tidur besok kan kamu kerja" tolak (namakamu)
"Sayang, itu mata kamu udah ngantuk banget"
"Udah gak apa apa baal" iqbaal menghela nafas
"Dek, adek sama ayah ya" iqbaal mengelus kepala dira dengan lembut. Dengan posisi wajah dira di lekukan leher (namakamu)
Dira tidak menjawab, tapi tangisan Dira semakin kencang
"Udah baal gak apa apa"
"Dira sama ayah ya, kasian bunda nya dari tadi gendong kamu" pinta iqbaal dengan suara menekan
"Ga mau ayah, pengen sama bunda, Dira takut gelap" teriak dira didepan iqbaal.
"Udah sayang, nggak ko udah nggak gelap, kan ponsel bunda dinyalain buat supaya dira nggak takut" (namakamu) mencoba menenangkan dira.
Bukannya berhenti menangis justru Dira semakin kencang menangis. Malam ini oerpaduan antara suara tangjs Dira dan suara hujan diluar.
Dengan kesal iqbaal menarik paksa Dira melepaskan pelukannnya. Dira dan (namakamu) tersentak kaget saat melihat iqbaal menarik paksa Dira
"Iqbaal kamu apa apaansih" pekik (namakamu)
Iqbaal meletakkan Dira dikasur nya dengan pelan. Sekesal kesalnya iqbaal dia tidak akan memperlakukan kasar pada anaknya.
"Udah langsung tidur, gak usah nangis lagi. Kamu nggak kasian apa sama bunda," ucap iqbaal yang sedikit membentak
Dira yang merasakan aura kemarahan iqbaal pun langsung meringkuk dibawah selimut menutupi seluruh tubuhnya dibawah selimut.
(Namakamu) yang melihat segera menghampiri iqbaal dan Dira.
"Iqbaal kamu apa apaansih. Kamu kan tau kalo dira takut gelap apalagi ditambah hujan" (namakamu) segera menyibakkan selimut dan memeluk dira yang masih terisak. Bedanya dira seperti menahan isakan tangisnya.
"Udah ya sayang, jangan nangis lagi anak bunda. Ada bunda disini. Tidur ya dek" (namakamu) mencoba menenangkan Dira. (Namakamu) tau jika iqbaal sedang kesal pada Dira pasti dira akan sangat ketakutan.
"(Nam) aku kayak gitu karna kasian sama kamu, aku juga tadi emang udah kesel sama Dira yang susah tidur. Dan malah nangisnya nambah kenceng" iqbaal memelankan suaranya diakhir
"Tapikan nggak perlu ngebentak segala. Kasian dira dia masih kecil, belum ngerti apapun baal" (namakamu) juga memelankan suaranya karna dira sudah mulai lelah. Dan sedikit tertidur dengan sisa sisa isakkan
"Iya maafin aku, tadi aku kelepasan sayang" iqbaal menundukkan kepalanya.
"Yaudah sekarang kamu lanjutin tidurnya, dira juga udah tidur" iqbaal menuruti perkataan (namakamu)
Iqbaal memutari ranjang dan langsung merebahkan dirinya disamping Dira. Karna posisi dira berada ditengah tengah iqbaal dan (namakamu)
"Maafin ayah dek tadi udah bentak bentak adek. Ayah sayang adek" iqbaal mencium kening Dira yang sudah tertidur.
(Namakamu) yang melihatnya tersenyum
"Bunda sekarang tidur. Dira nya juga udah tidur" iqbaal menyuruh (namakamu) tidur kembali
"Iya" (namakamu) merebahkan tubuhnya.
Tangan iqbaal dan (namakamu) saling memeluk Dira. Tangannya pun sedikit berpautan. Dan akhirnya mereka tertidur.
Typo bertebaran guys
Gimana part ini?
Sorry pendek
Jangan lupa vote & komen
Terimakasih:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family (IDR)
Fanfiction- Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan - (Namakamu) Ayla Putri - Farhan putra Dhiafakhri - Adira putri Dhiafakhri