Who am I?

8

Mama dan Papa bangkit dari duduknya. Rafa juga bangkit dari duduknya. Maka aku juga ikutan bangkit dari dudukku.

"Kamu kenapa bangun? Istirahat aja!" ucap Rafa. Entah mengapa, suaranya membuatku tenang.

"Aku gak enak duduk sendirian," ucapku seadanya.

"Annabel, Mama mau buatkan minum. Kamu mau susu hangat, seperti biasa?" ujar Mama.

"Seperti biasa?" tanyaku bingung.

Memang aku pernah minum susu seperti biasa?

"Kamu harus coba. Tunggu disini ya!" lalu Mama pergi ke dapur meninggalkan aku, Papa, dan Rafa.

"Nak Rafa, om mau ngomong sebentar sama kamu," ucap Papa lalu mengajak Rafa menuju ruang entah namanya apa.

Aku ditinggal? Sendiri?

Aku pun memutuskan untuk menjelajahi ruangan berkayu ini.

Ada perapian di sudut ruangan, sehingga membuat ruangan ini terasa hangat dan nyaman.

Di dinding kayu ini terdapat foto-foto. Mulai dari ukuran kecil hingga besar. Ku perhatikan setiap foto di dinding tersebut.

Ada foto wanita muda yang cantik sedang tersenyum menghadap kamera. Ada lelaki muda tengah memeluk si wanita dengan bahagia.

Ada anak kecil sedang bermain di kolam renang menggunakan ban bebeknya.

Aku rasa, aku pernah melihat ini.

Di bingkai foto terbesar, terdapat tiga orang di dalam foto itu. Satu lelaki paruh baya yang terlihat gagah dengan jasnya. Wanita paruh baya pula terlihat anggun menggunakan kebaya merah.

Dan,

Seorang perempuan muda, menggunakan kebaya merah yang sama dengan wanita paruh baya itu. Wajahnya tersenyum memperlihatkan kebahagiaan.

Sepertinya aku pernah melihat perempuan muda itu.

"Akh!" kepalaku terasa sakit lagi.

Ku sanggah badanku yang mulai sempoyongan ke dinding kayu ini. Tiba-tiba, bayangan perempuan tengah tertawa bersama sepasang kekasih yang terlihat bahagia.

Kepalaku pusing. Aku tidak sanggup melihat bayangan itu lebih dalam.

Aku pun terduduk di lantai itu. Sampai Mama datang menghampiriku dengan nampan di tangannya. Ku lihat sekilas, wajah Mama berubah cemas.

==========