Begitu mesin dimatikan, Rafa menyuruhku untuk menunggu di dalam mobil sebentar. Lalu dia keluar dan memutari mobil, kemudian pintu disampingku terbuka.
"Silahkan putri Annabel," ucap Rafa begitu aku melihatnya.
Aku terkekeh sambil menuruni kakiku.
"Terima kasih pangeran Rafa," ucapku setelah turun dari mobil.
Aku memperhatikan sekitarku. Banyak mobil dan motor terparkir disana. Tak lama kemudian, sebuah tangan merangkul pinggangku. Rafa.
"Jangan jauh-jauh dariku! Tetep ada di samping aku!" kata Rafa sambil mempererat rangkulannya.
Aku hanya tersenyum sambil mengangguk. Aku paham, Rafa tidak ingin aku nyasar di dalam kampus yang besar ini.
Baru beberapa kali melangkah, aku mendengar suara orang menyerukan namaku. Aku dan Rafa sama-sama menoleh ke belakang, dan kami mendapati Tia, Vio, dan Samuel sedang berlari ke arah kami.
"Annabel! Rafa!" sapa Samuel dan Tia bersamaan.
"Annabel! Akhirnya lo ke kampus juga," kata Vio terengah-engah.
"Abis lari marathon dari mana kalian? Apa abis di kejar-kejar anjing? Capek banget kayaknya," ledek Rafa begitu melihat mereka sama-sama mengatur nafas yang memburu.
"Syalan lo! Kita abis lari dari mobil gue lah!" kata Samuel mengibaskan tangannya di udara.
"Cie, yang deket-deket! Paham deh yang mau tunangan!" kata Tia mencolek-colek daguku.
"Tunangan?" tanyaku yang tidak tau apa itu tunangan.
"Eumm, lebih baik kita ke kelas. Sebelum dosen masuk terlebih dahulu," ucap Rafa, lalu membawaku ke kelas.
Aku semakin bingung. Banyak yang aku gak tau dan kelihatannya, Rafa menyembunyikan sesuatu itu.
Aku harus tau apa it-
"Akh!" aku merasakan denyutan di kepalaku. Kali ini lebih sakit dibanding sebelumnya.
"Annabel, kamu kenapa?" suara cemas Rafa bertanya pada ku.
"Kepalaku sakit sekali," ucapku lirih.
"Sudah ku bilang, seharusnya kamu di rumah aja! Obat kamu mana?"
"Di tas!"
Lalu Rafa merogoh tas gemblokku dan menemukan plastik obatku. Aku meminum obat yang di berinya, perlahan sakitnya mulai mereda hingga akhirnya menghilang.
"Kamu gak boleh kebanyakan mikir! Nanti kepala kamu sakit! Kamu gak usah kuliah dulu ya!" kata Rafa dengan nada khawatir.
Aku hanya mengangguk pasrah.
"Ya udah. Aku izin dulu, biar bisa anter kamu pulang,"
"Gak usah!" aku menarik tangan Rafa yang hendak pergi.
"Kenapa?"
"Kamu gak usah izin! Aku nungguin kamu aja!" kataku sambil mencoba untuk berdiri.
"Kamu mau nunggu aku dimana? Sama siapa?" tanya Rafa makin khawatir.
"Hey kalian!" tegur seseorang.
"Tia, Vio, Samuel! Kalian bisa bantuin gue gak? Kepala Annabel sakit, seharusnya dia pulang tapi mau nungguin gue aja. Kalian mau nemenin dia selama gue ada kelas?" ujar Rafa langsung begitu melihat mereka bertiga.
Mereka langsung mengangguk kompak.
"Ya udah! Aku ke kelas. Kamu jangan kebanyakan mikir!" kata Rafa memperingati.
Aku mengangguk dan Rafa mengecup keningku sekilas lalu pergi.
Aku paham kenapa Rafa melarangku ke kampus. Takut hal ini dan yang lainnya terjadi.
==========

KAMU SEDANG MEMBACA
Who am I?
Short StoryAnnabel Apenlaide - Annabel terbangun di ruangan putih dalam keadaan tidak tau apa-apa. Rafanda Anthadino - Rafanda kekasih Annabel yang berusaha menutupi kejadian yang menurutnya tak perlu diungkapkan. Apa Annabel tau, kejadian sebelum dia berada d...