18

2.8K 137 0
                                    

"Kalian tidak ada kelas?" tanyaku disaat semuanya terasa canggung.

"Tidak. Kelas kami nanti, jam sebelas," kata Tia mewakili mereka bertiga.

Aku mengangguk ngerti.

Seketika, aku teringat ucapan Tia tentang pertunangan. Apakah aku bileh bertanya itu sekarang? 'Kan gak ada Rafa, dan aku hanya ingin tau.

"Eumm, Tia!" aku memanggil Tia yang sedang sibuk dengan handphonenya.

"Iya?" Tia menoleh kepadaku.

"Apa itu tunangan?" tanyaku langsung.

Tia tampak berpikir. Sedetik kemudian, dia menjelaskan arti tunangan.

"Oh, jadi tunangan itu sama kayak tali?" tanyaku begitu Tia selesai menjelaskan.

"Iya. Misalnya ada dua kayu, untuk disatukan mereka harus di ikat. Nah, diikatnya pake tali itu," kata Tia memperagakkan jarinya sebagai kayu.

"Tapi, kenapa tadi Rafa melarangku untuk tau tunangan? Dan kenapa tadi kamu bilang aku mau tunangan. Tunangan sama siapa?" tanyaku bingung.

Ketika Tia hendak berbicara, suara telpon dari handphone Samuel berbunyi. Sontak kami menoleh ke Samuel.

Dia sibuk berbincang dengan seseorang disebrang sana. Aku gak tau siapa, tapi kelihatannya serius sekali. Mungkin penting.

"Tia, we need to talk," kata Samuel ketika dia sudah selesai dengan telponnya.

Tia mengangguk dan menghampiri Samuel. Tinggal lah aku dan Vio.

"Hai!" kata Vio canggung.

"Hai!" aku balas tersenyum.

"Inget gue 'kan?" katanya sambil menunjuk diri sendiri.

"Vio 'kan?" tanyaku bingung.

"Gue kira lo lupa,"

Aku hanya tertawa. Tapi pikiranku hanya bertanya, kenapa dan apa yang Samuel dan Tia bicarakan?

==========

Who am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang