| 2 |

99 37 1
                                    

Bu Susi yang sedang mengajari murid-muridnya tentang adab dan etika di sekolah, dengan suara tegas khasnya ditambah ia adalah guru BK dan yang paling ditakuti oleh para murid, seketika penjelasannya terhenti. Terganti dengan tatapan tak suka Bu Susi ke arah pintu kelas.

Seorang siswa dengan seragam yang tidak bisa dibilang rapi, melainkan sebaliknya. Seragam putih yang keluar dari celananya, dua kancing teratas sengaja tidak ia pasang dan memperlihatkan kaos dalam hitamnya, serta sepatu converse berwarna putih yang begitu mencolok dan paling berbeda dari yang lain. Tidak lupa ia juga memakai topi berwarna hitam.

Ketika murid-murid menaati aturan menggunakan sepatu berwarna hitam, aturan itu tidak berlaku untuk dirinya.

Dengan santai Adnan masuk tanpa mengucapkan sepatah kata pun atau menyalami tangan Bu Susi, ia duduk di kursinya. Paling belakang.

"Eh bego, ada Bu Susi," tegur Riyan yang merupakan teman sebangku Adnan.

Adnan diam tak menghiraukan. Ia meletakkan tasnya pada meja untuk menjadikannya bantalan. Riyan geram sendiri dengan temannya, pasti ia habis tertidur di gudang sekolah yang menjadi tempat bersembunyi mereka berdua dari guru-guru ketika ingin menghindari dari kelas.

Terdengar helaan napas gusar Bu Susi, suara derap langkah semakin mendekat ke arah belakang.

"ADNAN!!!"

Sepertinya ia sudah tertidur atau pura-pura tertidur.

Bu Susi melihat jam pada dinding belakang kelas, tepat berada di atas kepala Adnan dan Riyan. Mereka duduk di bangku barisan tengah.

"Sekarang sudah jam 10:15, kamu baru datang! Masuk seenaknya tanpa memberi salam, dan tidak minta maaf tetapi malah tidur. Penampilan kamu seperti berandalan. Ini sekolah memangnya punya kamu?!"

Kalau anak-anak lain diomeli oleh Bu Susi mungkin sudah mohon-mohon untuk dimaafkan, contohnya seperti Riyan.

Pernah waktu itu mereka berdua ketahuan merokok di kantin dan dibawa ke Ruang BK, Bu Susi mengancam akan menelepon orang tua mereka, Riyan merengek memohon agar tidak dilaporkan kepada kedua orang tuanya, sedangkan Adnan bersandar pada kursi ruang BK sembari menatap tajam Bu Susi. Adnan sangat membencinya.

"Ad, bangun...." Riyan menepuk-nepuk pipi Adnan.

"Riyan!" Bu Susi menatap Riyan tajam.

"Iy-ya, Bu?"

"Kenapa kamu mau temenan dengan orang seperti Adnan? Dia itu membuat kamu sesat, jadikan teman itu orang yang seperti Esan."

Yang disebutkan namanya menelan salivanya kasar, takut Adnan akan marah kepadanya karena Bu Susi membandingkan dirinya dengan Adnan. Esan adalah juara kelas berturut-turut dari kelas X.

Adnan tetap diam.

"Saya akan laporkan kepada orang tua kamu, kalau kamu berteman dengan anak nakal," ancam Bu Susi yang sukses membuat Riyan kesal, menurutnya Bu Susi adalah guru yang mainnya ancaman.

"Kok bawa-bawa saya, Bu?" Riyan menatap Bu Susi takut, sebenarnya Riyan bukan takut dengan Bu Susi. Tetapi ia takut dengan orang tuanya, karena kalau ia ketahuan nakal ancamannya adalah uang jajan.

Adnan menegakkan badannya, menatap Bu Susi di sampingnya yang sedang bertolak pinggang dengan pandangan tidak suka. "Ibu bawel banget si," ketus Adnan.

Semua mata melotot melihat Adnan yang begitu berani, Bu Susi pun begitu.

"Riyan punya hak buat temenan sama siapa aja, ngapa Ibu yang sok ngatur pake ngancem segala. Guru kok kayak gitu."

A to ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang