| 11 |

58 28 1
                                    

Murid-murid berlarian, karena ini adalah hari pertama penilaian akhir semester. Adnan segera melajukan motornya dengan cepat, ketika melihat dari kejauhan pagar sekolah akan tertutup sedikit lagi. "Kamu sudah tahu mau ulangan, masih saja telat!" Omel Pak Bambang guru BK laki-laki. Adnan hanya diam tanpa rasa bersalah.

Setelah memarkirkan motornya, ia segera mencari ruangannya. Sudah dapat dipastikan, ia akan dapat di barisan meja paling depan karena namanya yang berawalan huruf A. Dan ia mendesah jengkel, ketika mejanya tepat berhadapan di depan meja guru, alamat kalau ia tidak bisa nyontek seenaknya.

Riyan di meja paling belakang melambaikan tangan begitu gembira, mulutnya meledek dengan berkata 'Mampus! Nggak bisa nyontek,' tanpa suara. Adnan menatap Riyan seperti orang yang siap untuk meraup mulut Riyan dengan jari-jari panjangnya.

Hari pertama dimulai oleh dua pelajaran, Matematika dan Agama Islam. Adnan hanya bisa berdoa dan berzikir, siapa tahu tiba-tiba mukjizat datang dan membuatnya pintar. Sebenarnya Adnan jago dengan pelajaran matematika, kalau saja soalnya hanya tambah-tambahan bergambar. Tetapi tenang saja, ia jago dalam pelajaran Agama Islam apalagi tajwid, asal pertanyaannya tidak arti perkata. Adnan bersyukur waktu kecil pernah mengaji lumayan lama, jadi ia tidak bodoh-bodoh banget kalau ditanya soal agama. Setidaknya nilai depalan puluh bisa Adnan dapatkan untuk pelajaran Agama Islam.

Pengawas datang, ia yakin untuk pelajaran matematika hanya bisa pasrah. Adnan adalah tipe orang yang kalau bisa ia akan menjawab, ya kalau tidak bisa tak usah ambil pusing, jawab seadanya saja.

Dan benar, dari 40 soal pilihan ganda, hanya 17 soal yang Adnan bisa jawab. Itu pun beberapa nomor ia tidak yakin dengan jawabannya. Adnan hanya bisa percaya dengan dirinya sendiri, setelah merasa sudah selesai, ia pun meletakkan kepalanya di meja dengan pasrah. Kapan soal matematika ia bisa dapat setidaknya delapan puluh? Pikirnya di dalam kepasrahan.

Adnan janji akan bersungguh-sungguh, tetapi nanti, saat ujian nasional. Sekarang ia sibuk, tak ada waktu luang untuk belajar.

Bel pun berbunyi, "Kumpulkan sesuai dengan nama yang Bapak panggil!" Dan nama Adnan Antara disebutkan pertama.

<>

Saat Angel sedang tenang memakan makanannya di kantin, dengan tiba-tiba Sekar menggebrak meja Angel. "Nggak ada temennya Mbak?" tanya Sekar meledek, beberapa teman Sekar yang merupakan anggota cheerleaders pun tertawa.

"Lo nggak tahu malu banget ya! Udah nggak ada temen kayak gini, tapi masih deketin Adnan, sadar diri dong!" kata Sekar sengit, tak ada respons dari Angel, ia hanya terus memakan nasi uduknya dengan tenang.

Prannggg!!! Semua pasang mata pun terbelalak, Sekar menepis piring makanan Angel sampai jatuh dari meja dan pecah berhamburan. "Jangan pernah deketin Adnan lagi!" Ancamnya tidak main-main, seperti kalau saja nanti Angel berani mendekati Adnan lagi, ada hal yang lebih berbahaya dari ini, yang akan Sekar lakukan.

Angel rasanya ingin melawan, tetapi tenaganya sungguh tidak ada. Batinnya terlalu rapuh akhir-akhir ini, ia menahan air matanya mati-matian. Dan tak sengaja Angel melihat sosok Adnan di antara kerumunan mirid-murid yang menontonnya, ketika mata mereka saling bertemu, Adnan hanya memasang wajah datar dan berbalik pergi begitu saja. Pada saat itu juga selaput bening pada matanya pecah tak tertahankan. Bukan sekali dua kali ia ditolak oleh Adnan, tetapi sekarang dirinya sedang rapuh, apa Adnan tak perhatian sedikit pun kepada Angel?

<>

Beberapa kali ia menggaruk kepalanya yang tak gatal, melihat resep masakan yang ia cari di internet entah kenapa begitu membingungkan. Banyak sekali bahan-bahan yang tidak ia kenal, kecuali bahan utama, yaitu ayam.

A to ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang