| 10 |

68 27 1
                                    

Adnan geleng-geleng kepala, seketika sadar kalau ia terlalu di guna-guna oleh perasaannya. Kenapa ia harus susah-susah mencari radio yang sudah kotor di dalam gudang, padahal aplikasi radio di ponselnya ada.

Senyum tipis hadir, "Gara-gara lo tangan gue jadi kotor." Adnan melihat kedua telapak tangannya yang berubah menjadi warna hitam.

Ia pun bergegas ke kamar mandi untuk mencuci tangannya, setelah itu bersiap untuk tidur dan segera menyalakan radio. Lagu Talking To The Moon yang dinyanyikan oleh Bruno Mars pun terputar.

Matanya lama-lama terpejam dengan penghantar lagu yang begitu mendalam. Adnan sekarang paham apa arti Ziva dalam hidupnya, dibalik sulit atau lelahnya hidup, Ziva memberi arti hidup juga bisa bahagia walaupun dengan kebahagiaan yang sederhana.

Dan Adnan pun sudah membuka pintu mimpi, hari ini lelah sekali sampai-sampai ia sudah pulas padahal baru sebentar merebahkan badannya di kasur.

<>

Berita kalau sebenarnya Angel adalah anak broken home sudah tersebar luas seantero sekolah. Tak di sangka yang tadinya menganggap Angel sempurna sebagai seorang murid, tetapi sekarang banyak yang membicarakan kejelekannya.

Entah dari mana asal berita tersebut, entah siapa yang menyebarkan, itu sungguh membuat Angel sedih. Padahal ia sudah sangat berusaha, hari ini akan menjalani hari dengan sebaik mungkin, walaupun keluarganya sudah menyakiti hatinya, membuat luka yang tidak tahu kapan akan sembuh.

Dan yang tak di sangka-sangka, Deva dan Rena sedikit berubah sikap. Sedikit mengambil jarak, walau tidak terlihat jelas, tapi itu sangat jelas bagi Angel. Mereka memutuskan untuk menjauhinya.

Padahal sekarang Angel sangat butuh tempat yang paling nyaman, seseorang yang bisa membuat dirinya lebih tenang, tetapi dua orang yang di anggap sahabatnya itu, justru menjauh tanpa kejelasan.

Sudah waktunya istirahat pertama, "Deva, Rena, ke kantin kan?" tanya Angel.

Deva dan Rena saling melirik satu sama lain, "Kita nggak ke kantin, mau ke perpustakaan." Angel tahu, Rena berbohong. "Maaf kita nggak bisa nemenin," tambah Deva, Angel hanya mengangguk sambil berusaha tersenyum.

Sepanjang berjalan menuju kantin, banyak sekali murid-murid yang menggosipinya secara terang-terangan. Angel tetap berusaha tersenyum.

Sesampainya di kantin, ia membeli nasi goreng dan sebotol air mineral tidak dingin. Mencari bangku kantin yang kosong dan segera duduk untuk menyantap makanannya.

"Kemarin berlaga sok paling cantik, sekarang lihat aja nggak ada temannya," bisik seorang murid perempuan dengan pakaian serba ketat kepada temannya.

"Sok jadi orang paling sempurna, dan lihat sekarang, bisnis ayahnya bangkrut dan ibunya memilih untuk bercerai," sahut teman si pakaian serba ketat itu. Gara-gara pembicaraan mereka berdua, seluruh orang pun melihat ke arah Angel.

Angel yang merasa ditatap, dan terus dibicarakan tentang keburukan dirinya dan keluarganya hanya bisa menahan amarah dan tangisnya lewat genggaman yang begitu kuat pada sendok nasi goreng yang ia pegang.

Angel terbelalak, ketika sebuah piring dengan makanan yang berbeda mendarat di meja kantin tempat duduknya. Angel pun mendongak dan mendapati wajah dingin Adnan dan wajah supel Riyan. "Tumben sendirian, jarang-jarang kan makan sama kita berdua," kata Riyan.

Dan saat itu juga air mata yang ia tahan mati-matian pun menetes, Angel tersenyum manis, setidaknya masih ada seseorang yang tidak menjauhinya.

"Gitu dong senyum, ada kita kok," ujar Riyan.

A to ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang