| 12 |

71 30 4
                                    

Dua jam Angel pingsan dan Adnan menemaninya di UKS sekolah, ada juga Bu Nita yang merupakan wali kelasnya. Angel membuka matanya pelan-pelan, kepalanya terasa pusing sekali. Angel berusaha terduduk, yang membuat Adnan dan Bu Nita segera membantunya.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Bu Nita langsung. Angel hanya geleng-geleng kepala.

"Angel, kalau kamu ada masalah bilang sama Ibu, jangan seperti ini." Adnan yang tahu kalau pembicaraan ini butuh privasi ia pun bergegas keluar.

Adnan menunggu di luar UKS, samar-samar mendengar pembicaraan Angel dan Bu Nita. Dan juga lama-lama tangisnya pecah. Suara Angel terdengar begitu lemah dan menyedihkan, cerita tentang keluarganya yang dengan lepas ia ceritakan ke Bu Nita membuat Adnan seperti mendengar cerita dirinya sendiri. Adnan menghembuskan napasnya berat. Adnan mengeluarkan headset dari tasnya dan memakainya, ia tak ingin mendengar percakapan Angel dan Bu Nita lebih banyak lagi.

Cukup lama mereka berdua berbicara di dalam UKS, Bu Nita keluar begitu pun Angel. "Ad, tolong antar Angel pulang ya," pinta Bu Nita yang langsung Adnan iya kan tanpa berpikir panjang.

Adnan melepas jaket denim yang ia pakai dan ia berikan kepada Angel, "Pake," titahnya, dan berjalan duluan memimpin menuju mobil di parkiran sekolah.

Angel tersenyum tipis, ia pun segera memakai dan mengerjar langkah kaki Adnan yang lebar.

Di dalam mobil, keduanya tidak banyak bicara. Adnan fokus menyetir, Angel hanya menatap jalan dengan tatapan kosong. Sesekali berbicara hanya menanyakan di mana alamat Angel tinggal.

Mereka pun sampai, sebelum turun dari mobil Angel menatap Adnan dalam, "Ad, gue udah nggak suka lagi sama lo," katanya membuat Adnan balik menatapnya.

"Gue rasa untuk dekat sama lo nggak harus memiliki, kita bisa jadi teman baik. Mau kan jadi teman gue? Teman pertama gue, dengan diri gue yang baru." Angel menunjukkan senyum tulusnya.

"Ada syaratnya!" ujar Adnan, yang membuat Angel mengernyitkan dahi. "Apa?"

"Jangan pernah berpikir untuk mati, karena lo nggak sendiri," jawab Adnan yang membuat mata Angel berkaca-kaca dan mengangguk mantap.

"Karena kita sekarang udah jadi teman, jangan pernah abaikan pesan atau telepon gue oke?" Adnan mengangguk perlahan, Angel pun tersenyum begitu senang dan keluar dari mobil Adnan. Ia melambaikan tangannya, kalau tadi tidak ada Adnan, mungkin sekarang dirinya sudah tidak bernyawa.

Ad, gue tetap akan suka sama lo. Tapi, gue nggak maksa lo buat suka gue kok. Biarin gue nyimpen perasaan ini sendiri, karena gue tulus tanpa minta balasan. Makasih Adnan, hari ini udah buat gue memilih untuk tetap hidup.

<>

Beberapa mobil truk mengangkut barang-barang Friska dan Adnan ke rumah Angga. Kurang dari seminggu, mereka akan resmi tinggal di sini. Menjadi keluarga baru. Adnan akan mempunyai ayah dan saudara baru.

Di rumah Ziva, Sartika sedang menyiapkan makan siang, dan Ziva menemaninya sambil mengobrol, mumpung hari ini hari Minggu, mereka banyak waktu untuk berdua. Ia tidak menceritakan kalau dirinya dan Saga dalam hubungan yang berbeda sekarang, tak ada yang berubah sebenarnya. Sehabis hari itu, yaitu dua hari yang lalu, tak ada perubahan drastis. Saga juga sekarang masih di rumah sakit.

Bunyi bel rumah Ziva terdengar, Sartika yang sedang memasak langsung menuju pintu utama dan membukakan pintu. Sartika tersenyum ramah ketika tahu Adnan berdiri di sana.

A to ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang