Suara penonton bergemuruh memenuhi stadion megah itu. Aku duduk diantara lautan manusia untuk menyaksikan pertandingan akbar tersebut. Aku masih tak percaya, bagaimana sekarang aku bisa sampai di stadiaon Santiago Bernabu untuk menyksikan laga El Clasico. Kulirik kiri kanan, tak seorang pun yang kukenal. Tapi aku tidak peduli. Perhatianku hanya fokus ke tengah lapangan.
Di tengah lapangan, aku menyaksikan langsung para pendekar El Real dan Barcelona saling menyerang. Kedua keseblasan sama kuat. Skor masih 0-0.
Tiba-tiba aku terkejut menyaksikan sebuah pelanggaran di dekat area kotak penalti Barcelona. Wasit langsung menghadiahkan tendangan bebas untuk Real Madrid. Seperti biasa pemain Real Madrid lagsung menunjuk Ronaldo sebagai eksekutor. Tapi aneh, kali ini Ronaldo malah mundur dari tugas favoritnya itu. Kemudian matanya menyapu mengeliligi ribuan penonton yang memenuhi stadion.
Tiba-tiba matanya betemu dengan mataku. Dia berhenti. Matanya menyipit berusaha melihatku dengan jelas. Kemudian aku yakin sekali dia menunjuk ke arah ku. Aku pun menunjuk ke dadaku sambil bertanya dalam hati, apakah aku yang dia maksudkan. Ronaldo mengangguk pelan.
Anehnya, belum sempat aku beraksi apa-apa, tiba-tiba saja tubuhku telah berpindah ke lapangan hijau. Aku berdiri tepat satu meter di depan bola yang siap dieksekusi. Di sampingku berdiri Ronaldo. Dia diam saja, tak berkata apa-apa. Seolah dia bisa membaca keherananku, Ronaldo mengedipkan mata dan mengangguk ke arahku. Aku tahu maksudnya, dia menyuruhku untuk mengeksekusi tendangan bebas itu. Tapi berbagai macam pertanyaan berkecamuk di benakku. Bagaimana bisa Ronaldo mempercayakan ini kepadaku? Bagaima mungkin wasit membolehkan seorang penonton masuk lapangan dan ikut bermain?
Belum habis aku memikirkan berbagai pertanyaan aneh yang menggantung dikepalaku, wasit telah meniupkan peluit tanda aku harus segera melepaskan tendangan. Fans Real Madrid mendukung ku penuh semangat. Mereka semakin antusias bersorak memberiku semangat, seolah-olah mereka menganggapku sebagai The Next Ronaldo di Real Madrid.
Tanpa membuang-buang waktu akupun menghantam bola dengan keras. Bola meluncur deras melewati pagar hidup Barcelona, melengkung indah di udara, detik kemudian menukik mengincar sudut kanan atas gawang Bacelona.
Ribuan mata di Santiago Bernabu tak berkedip, semua pendukung Real Madrid menunda bernafas, tak sabar menungu terjadinya gol.
Tiba-tiba bola bergerak dalam gerakan yang sangat lambat, tak masuk akal, seolah-olah ada yang telah menekan tombol slow. Bola masih mengarah ke sudut kanan atas gawang. Aku masih menahan napas menunggu terciptanya gol...
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
The True (Sudah Terbit)
RandomKawan, izinkanlah kupinjam penglihatan kalian sejenak untuk membaca novel sederhana ini... Ini tentang cita-cita besar seorang remaja.... Tentang cinta rumit nan unik... Tentang kerja keras dan tekad baja.... Tentang kisah para pendekar ilmu.... Ten...