~ Gue tau apa yang sebenarnya buat lo kayak gini. Dan, gue selalu ngerasa kalau lo lagi tertekan banget ~
-Alika Aurelia Vinasari
---
"Mujahid?"
Alika menatap bingung ke arah Mujahid. Mujahid terlihat sangat muram. Dan itu mengundang rasa kepo dari Alika.
"Lagi ngapain lo di sini?" tanya Alika sembari duduk di sebelah Mujahid.
Tidak ada jawaban.
Alika tersenyum kikuk. Dia menyadari bertanya pada Mujahid hanya suatu kesia-siaan.
Alika melirik ke arah Mujahid, "mungkin, lebih baik gue pergi dari sini deh." ucap Alika memancing.
Dan seperti biasa, tak ada jawaban.
Alika menghembuskan nafas, sepertinya yang ia lakukan hanya sia-sia saja. Jadi, dia memutuskan untuk pergi dari sana.
Dia berdiri, lalu berlalu di depan Mujahid. Tapi, sebelum Alika pergi terlalu jauh, ada sebuah tangan yang menahan lengannya.
Alika mengerutkan dahi, lalu menoleh ke arah belakang. Dia begitu terkejut, bahwa yang menahan lengannya adalah Mujahid.
"Lo ke—kenapa tahan gue?" Alika berusaha menahan rasa gugupnya.
"Duduk," Mujahid menepuk-nepuk tempat yang tadi Alika duduki.
Alika menurut saja pada perintah Mujahid. Ia pun duduk di sebelah Mujahid.
"Ja—jadi, kenapa?" tanya Alika dengan gugup.
Mujahid menghembuskan nafas, "kira-kira apa yang lo lakuin kalau lo ngerasa bersalah sama seseorang?"
Alika mengernyitkan dahinya tak paham dengan arah pembicaraan Mujahid. Ia pun menjawab, "ya, gue bakal minta maaf sama orang itu."
Mujahid menatap ke arah langit. Alika pun ikut menatap ke arah langit.
"Kalau orangnya udah ada di surga. Gimana cara lo buat minta maaf?" tanya Mujahid sekali lagi.
Alika pun paham dengan arah pembicaraan ini, "gue bakal doain orang itu. Agar orang itu bahagia di atas sana."
Mujahid melihat ke arah Alika yang masih menatap ke arah langit. Lalu kembali menatap ke arah langit.
"Kira-kira dia bakal maafin gue enggak?" Mujahid menatap sendu ke arah depan.
Alika menatap ke arah Mujahid, "pasti, karena orang itukan baik," jawab Alika sambil tersenyum.
Mujahid kembali mengatupkan bibirnya. Dia merenungkan kata-kata dari Alika.
Alika yang sudah tak mendengar suara Mujahid lagi pun berdiri.
"Kalau lo butuh pendengar," Alika menatap ke arah depan. Mujahid pun menatap ke arah Alika.
Alika menatap ke arah Mujahid, "lo bisa ngomong sama gue," ucapnya sambil tersenyum tulus.
Alika pun berlalu dari depan Mujahid. Dan Mujahid menatap ke arah punggung Alika yang menjauh.
"Pendengar ya?"
~:::~:::~
Malam sudah tiba. Mujahid sedang asik bermanja-manjaan dengan tempat tidurnya.
Ia sedang mengotak-ngatik Handphone-nya. Ia sedang melihat ke satu nama kontak.
Nama kontak itu adalah, Alika.
"Telepon enggak ya?" Mujahid masih menatap Handphone-nya.
"Telepon aja deh," ia pun menekan kontak yang bernama Alika.
Terdengar suara nada tunggu. Dan beberapa saat kemudian nada tunggu itu pun berhenti.
"Halo?"
"..."
"Bisa temuin gue enggak?"
"..."
"Tempat biasa,"
"..."
"Oke,"
Sambungan telepon itu pun terputus. Mujahid segera mengambil jaketnya.
~:::~:::~
Mujahid mengetuk-ngetukkan tangannya di meja cafe. Sesekali ia melihat ke arah sekeliling cafe.
Ada orang yang sedang berlari ke arah Mujahid, "udah lama ya, nunggunya?"
Mujahid melihat ke arah orang itu, yang tak lain adalah Alika, "enggak kok."
"Jadi kenapa, manggil gue ke sini?" tanya Alika.
Mujahid nampak berpikir sebentar, "jadi gini... kan tadi lo bilang. Kalau gue butuh pendengar, gue bisa manggil lo kan?" Alika menganggukkan kepala.
"Jadi, gini. Gue mau ngomong sesuatu," ada gurat khawatir di wajah Mujahid.
Alika yang melihat wajah Mujahid yang khawatir langsung menggenggam tangan Mujahid.
"Enggak usah khawatir, semua rahasia lo kejaga kok," Alika berusaha meyakinkan Mujahid.
Mujahid menatap ke arah tangannya yang digenggam oleh Alika. Alika segera melepas tangannya.
Mujahid menutup matanya. Ia berusaha memantapkan hatinya.
"Jadi..."
~:::~:::~
Oke guys...
Menggantung lagi nih😂😂😂Vote dan Komen😊
Ada yang nunggu konflik enggak?
Jangan khawatir, pasti ada kok. Cuma aku mau lambat-lambatin.
S E E Y O U
💓💓💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Teen Fiction(Sequel dari Mysterious Girl) Cover by : svegetables Kepergiannya membuka luka, dan membawa sebuah perubahan pada seseorang. Hari-hari serasa sunyi tanpa suaranya. Duka itu masih tersimpan dalam hati banyak orang. Dan datanglah seseorang, seseorang...