~ Kok cewek ini nempel terus ya kayak cicak. Gue lama-lama gerah kalau kayak gini terus ~
-Mujahid Raga Angaksa
---
Dari hari ke hari Mujahid semakin berubah. Dia perlahan-lahan menjadi Mujahid yang dulu. Dia sekarang sangat lah mengesalkan. Sifatnya ini hanya untuk orang terdekat saja. Yang enggak dekat pasti enggak gitu sifatnya.
Tapi, semakin hari Sakira semakin menempel pada Mujahid. Kalau diberikan perumpamaan Sakira itu seperti Benalu yang merugikan tanaman yang disinggahinya. Dan begitu juga yang dialami Mujahid.
Dan juga, semakin hari Alika semakin menjauh dari Mujahid. Mujahid merasa bahwa Alika membuat sebuah pembatas diantara mereka. Alika seperti membuat sebuah jarak dengan dirinya.
"Jahid.." suara itu masuk dalam telinga Mujahid. Suara yang sangat centil. Dan Mujahid sudah muak mendengarnya.
"Ngapain di sini?" Sakira lalu duduk di sebelah Mujahid.
"Bukan urusan lo," jawab Mujahid dingin.
Sakira memajukan bibirnya ke depan, "kamu nunggu Alika kan?"
Mujahid tak menjawab pertanyaan dari Sakira. Dia masih mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Alika.
Emosi Sakira naik ke ubun-ubun karena Mujahid tak menjawab pertanyaan darinya.
"Asal kamu tau ya, Alika itu baik sama kamu karena dia kasihan sama kamu!"
Mendengar kata-kata Sakira membuat Mujahid berbalik. Tatapan matanya menjadi sangat dingin.
"Masih mending Alika kasihan sama gue. Daripada lo, orang yang suka ngikutin gue. Dan enggak punya malu," setelah mengucapkan kata-kata itu, Mujahid langsung pergi dari sana.
Sakira mendecih, "lo bakal tarik ucapan lo nanti, Hid," Sakira bergumam.
~:::~:::~
Alika sekarang sedang menatap ke arah luar jendela kelas. Dia enggan keluar, karena dia sedang tidak ingin berbicara dengan yang lain. Takutnya nanti ia malah bertingkah aneh dan membuat yang lain khawatir.
Ada yang tiba-tiba menepuk bahu Alika. Alika sontak terkejut lalu berbalik. Dan terlihatlah Sakira yang sedang tersenyum manis. Sakira pun duduk di sebelah Alika.
"Ngapain di sini?" satu pertanyaan terlontar dari Sakira.
"Lagi duduk aja," jawab Alika sekenanya. Dia bingung harus merespon Sakira dengan baik.
"Oh.." Sakira mengangguk-anggukkan kepala, "btw, gue barusan liat lo sendirian aja. Kok enggak sama Mujahid?"
Alika memperlihatkan seulas senyuman, "dia lagi sibuk mungkin," jawab Alika.
"Lik, lo suka kan sama Mujahid?" Sakira bertanya lagi.
Dengan cepat Alika menggelengkan kepala, "enggak kok, gue enggak suka sama dia.
"Masa sih?" Sakira menaikkan satu alisnya.
"Iya, beneran kok," jawab Alika berusaha membuat Sakira percaya, "lagian juga gue tuh jelek, enggak cantik, enggak pinter. Ya kali gue mau suka sama Mujahid yang hampir sempurna."
Sakira tersenyum puas, "oh, yaudah," Sakira bangkit lalu berjalan keluar.
Setelah melihat Sakira sudah benar-benar keluar, Alika tersenyum getir. Ia pun memilih untuk tiduran di mejanya. Melepaskan sejenak semua rasa sakit.
~:::~:::~
Bunyi bel pun terdengar. Semua siswa-siswi mendesah kecewa. Padahal mereka masih ingin bersantai. Tapi, apa lah daya mereka. Mereka cuma seorang siswa, enggak mungkin mereka bisa melawan guru.
'Cit'
Suara decitan spidol pun terhenti. Bu Baya pun berbalik menatap semua orang dengan tatapan tajam khas Bu Baya.
"Sudah paham tidak?" tanya Bu Baya lembut. Tapi tatapan tajam nya tidak hilang dari wajahnya."Sudah Bu!" jawab semuanya serempak.
"Baiklah kalau kalian sudah paham. Kita akan Ulangan Harian sekarang," ucap Bu Baya santai. Dia tidak mempedulikan semua siswa di kelas itu tengah menganga.
Semua siswa hendak memprotes tapi Bu Baya langsung melanjutkan ucapannya, "ada yang berani protes. Ibu skors Satu Minggu," Bu Baya tersenyum.
Seketika semua yang punya niat protes menjadi tidak berkutik. Dan memilih diam, daripada diskors Satu Minggu.
Lirikan Mata Bu Baya mengarah ke arah Alika yang tampak lesu dan pucat. Bu Baya pun berjalan mendekati Alika.
"Alika kok muka kamu lesu gitu?" Bu Baya bertanya. Alika pun kaget seketika.
"E–enggak kok Bu. Saya enggak pa-pa kok Bu," ucap Alika kikuk.
Bu Baya yang tak percaya menempelkan telapak tangannya ke dahi Alika, "enggak apanya, badan kamu aja panas gini. Masih bilang enggak kenapa-napa," omel Bu Baya.
"Lebih baik kamu pulang aja istirahat di rumah," perintah Bu Baya.
Kenapa Bu Baya menyuruh Alika pulang ke rumah. Itu karena penampilan Alika, wajahnya sangat pucat.
"Kalau saya pulang gimana ulangannya Bu?" tanya Alika khawatir.
"Enggak usah khawatir, kamu bisa ikut Ulangan susulan besok," jawab Bu Baya meyakinkan Alika.
"Oke deh Bu," Alika pun mengemasi semua barangnya masuk ke dalam tas.
Bu Baya menatap ke semua orang, "ada yang mau mengantar Alika pulang?"
Sontak semua siswa maupun siswi menaikkan tangannya, "saya Bu!"
Bu Baya yang tak suka keributan langsung berteriak keras, "diam!"
Semua langsung diam kembali.
Bu Baya menunjuk ke satu orang, "Mujahid kamu yang ngantar Alika pulang," Mujahid mengangguk patuh.
Ia berjalan dengan santai menuju ke arah Alika, "yuk."
Mujahid dan Alika pun keluar beriringan. Yang lain menatap iri ke arah Mujahid. Terutama Ratu yang menatap Mujahid dengan begitu iri.
'Enak banget sih hidup lo.'
~:::~:::~
Hai-hai guys..
Ada yang kesel ke sama Sakira, yang mau pisahin Alika sama Mujahid.
Kalau kalian mau ngehujat Sakira boleh kok, tapi jangan di sini. Di hati aja ya :)Vote And Komen😊
S E E Y O U
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Teen Fiction(Sequel dari Mysterious Girl) Cover by : svegetables Kepergiannya membuka luka, dan membawa sebuah perubahan pada seseorang. Hari-hari serasa sunyi tanpa suaranya. Duka itu masih tersimpan dalam hati banyak orang. Dan datanglah seseorang, seseorang...