~ Gue jadi gini, karena gue enggak mau kelihatan lemah. Gue enggak mau merusak, merusak kehidupan orang ~
-Mujahid Raga Angkasa
---
"Jadi..." Mujahid menarik nafas pelan.
"Gue mau bilang, kalau gue kesepian," Mujahid pun menghembuskan nafasnya.
Alika mengerjap-ngerjapkan matanya bingung, "kesepian?"
Mujahid menganggukkan kepala, "iya, gue bener-bener kesepian," ucapnya dengan penuh rasa sedih.
"Kok bisa, lo ngerasa kesepian? Kan kita semua selalu ada dekat sama lo?" tanya Alika.
"Gue kesepian aja sih. Gue butuh orang yang bisa gue kerjain. Gue butuh orang yang bisa kesel saat gue ledekin dia," Mujahid menutup matanya menahan rasa sedih yang ia simpan.
Alika menatap Mujahid dengan sedih. Lalu merubah wajahnya dengan tatapan penuh tekat, "gue bersedia kok, jadi orang yang lo kerjain. Gue bersedia jadi tempat lo buat ngeledekin orang."
"Dan gue bersedia jadi apapun yang lo mau," wajah Alika menjadi lembut.
Mujahid tersentuh dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Alika. Mujahid pun mulai tersenyum, senyuman yang tulus.
Namun seketika senyum itu memudar, "tapi, masalahnya gue bukan, gue yang dulu. Gue sekarang berbeda, gue bukan yang dulu lagi."
Alika nampak berpikir, lalu akhirnya menjentikkan jarinya, "kalau gitu. Lo berubah aja lagi seperti dulu."
Mujahid mengerutkan dahinya, "caranya?"
"Ya, lo mulai aja lagi jadi cerewet. Suka ledekin orang. Ya, pokoknya hal yang lo suka buat dulu," jawab Alika.
Mujahid nampak berpikir lalu akhirnya menganggukkan kepala.
"Yaudah, gue pergi dulu ya Hid. Udah malam banget nih soalnya," Alika berdiri dari tempatnya.
Tapi, sebelum Alika pergi. Mujahid segera menahan lengan Alika, "gue anterin ya?"
"Enggak usah Hid. Gue takut ngerepotin," Alika melepaskan tangan Mujahid dari lengannya.
"Tapi—"
Belum sempat Mujahid mengucapakan sesuatu. Alika sudah keburu pergi.
Mujahid mengacak-ngacak rambutnya dengan pelan. Mujahid pun keluar dari cafe itu.
Saat keluar, Mujahid menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari keberadaan Alika, tapi hasilnya nihil. Alika sudah tak terlihat lagi.
Mujahid segera pergi ke arah motornya. Naik, memasukkan kunci motornya. Lalu, ia pun pergi pulang.
~:::~:::~
Mujahid sudah tiba di rumah, dengan wajah tidak sedatar biasanya. Saat tiba di ruang tamu. Ia melihat Ratu sedang melipat tangannya.
"Dari mana aja lo?" satu pertanyaan sudah keluar dari mulut Ratu.
Tapi, Mujahid tidak menggubris pertanyaan dari Ratu. Ia malah langsung melewati Ratu, lalu naik ke atas.
Ratu memajukan mulutnya ke depan. Dan, ia baru sadar sesuatu.
Mujahid datang dengan wajah yang tak datar. Dan lebih tampak berseri-seri. Memang sih tidak terlalu kelihatan, tapi tetap saja wajah Mujahid tak sedatar biasanya.
'Tu bocah kenapa ya?' Ratu berusaha berpikir keras. Tapi akhirnya ia juga menghendikkan bahu. Toh, juga dia tak mau terlalu pusing.
~:::~:::~
Di kamar, Mujahid sedang duduk di meja belajarnya. Mujahid sedang sibuk menulis sesuatu di sebuah buku.
“Air akan selalu mengalir.
Air akan mengalir sesuai arus yang ia terjang.Seperti kehidupan, ia akan berjalan terus tanpa henti.
Dan aku hanya mengikuti arusnya sampai pada ujungnya.Yang ku harapkan adalah, aku bisa berubah menjadi yang lebih baik.
Lebih baik dari yang dulu, dan aku akan berusaha berubah.Dan yang lebih penting, ku berharap. Agar suatu saat nanti, kehidupan ini tak akan membuatku menyesal.”
~:::~:::~
Oke semua. Bersambung lagi, dan mulai part depan, aku bakal mulai konfliknya.
Tapi, yang ringan-ringan dulu. Nanti kamu enggak bisa lagi, nahan beratnya.
So... Stay tune ya...
Vote dan komen😊
S E E Y O U👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Teen Fiction(Sequel dari Mysterious Girl) Cover by : svegetables Kepergiannya membuka luka, dan membawa sebuah perubahan pada seseorang. Hari-hari serasa sunyi tanpa suaranya. Duka itu masih tersimpan dalam hati banyak orang. Dan datanglah seseorang, seseorang...