~ Gue rela kok sakit, asalkan lo yang ngerawat gue ~
-Alika Aurelia Vinasari
---
Mujahid sudah sampai di depan rumah Alika. Mujahid membantu Alika berjalan. Wajah Alika tampak sangat pucat.
"Kamar lo di mana?" tanya Mujahid.
Alika pun menunjukkan ke satu pintu. Mujahid pun membantu Alika berjalan ke sana.
Saat mereka sudah masuk dalam kamar. Mujahid segera membantu Alika untuk berbaring di kasur. Mujahid mengambil kursi belajar Alika lalu menyeret kursi itu dekat kasur Alika.
Mujahid menempelkan telapak tangannya di dahi Alika, "Ya Allah, panas bener."
"Lo kok enggak bilang kalau, enggak enak badan sih Lik?"
Alika tersenyum, "karena gue enggak mau ngerepotin orang," ucap Alika.
Mujahid segera mengambil tindakan ia berdiri berjalan ke arah lemari mengambil sebuah handuk kecil. Ia lalu berjalan keluar mencari sebuah baskom kecil lalu ia akan mengisinya dengan air.
Mujahid masuk dengan ke kamar dengan sebuah baskom kecil ia menaruh di sebuah meja dekat kasur Alika. Ia mencelupkan handuk kecil itu ke dalam baskom lalu memeras handuk itu lalu menaruh di dahi Alika.
Dada Alika menjadi hangat ketika Mujahid dengan telaten menaruh handuk itu di dahinya. Rasanya ia ingin berteriak sekarang.
'Kalau gini sih, gue mau sakit mulu,' Alika diam-diam tersenyum tipis.
"Udah enakan enggak?" tanya Mujahid lembut.
"Udah," jawab Alika.
"Kalau gitu lo tidur aja, biar cepet sembuh," Mujahid mengelus rambut Alika dengan lembut.
Alika menggeleng, "enggak mau."
Mujahid menghembuskan nafas, "Lik, jangan keras kepala deh."
Mau tak mau Alika pun memejamkan matanya. Dia berusaha untuk tertidur. Tak lama kemudian Alika tertidur dan terdengar dengkuran halus dari Alika.
Mujahid yang mendengar dengkuran halus Alika pun tersenyum.
"Selamat masuk ke dalam dunia mimpi," Mujahid mengusap kepala Alika lalu berdiri.
Sebelum keluar ia melirik ke arah meja belajar Alika. Ada sebuah buku berukuran sedang. Di sampul buku tersebut terpampang dengan jelas sebuah kata 'Buku Harian'
Mujahid yang penasaran langsung mendekati meja belajar Alika. Ia berpikir keras, apakah dia harus membuka buku harian Alika atau tidak.
"Ya Tuhan apa gue harus buka buku hariannya si Alika?" ia berpikir lagi, "tapi... kalau gue buka gue udah termasuk orang yang lancang kan."
"Tapi, kalau udah penasaran kan enggak bisa ditahan," Mujahid duduk di kursi meja belajar Alika lalu membuka buku harian Alika.
Ia membuka pada halaman pertama dan mulai membacanya.
Jakarta, 12 Juli 2014
15.34 WIB"Tuhan... aku tahu, aku tidak berati untuknya. Dan bahkan, tidak akan dianggap olehnya. Tapi jangan larang aku untuk mencintainya. Karena bagaimana pun juga, aku sudah jatuh hati padanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Teen Fiction(Sequel dari Mysterious Girl) Cover by : svegetables Kepergiannya membuka luka, dan membawa sebuah perubahan pada seseorang. Hari-hari serasa sunyi tanpa suaranya. Duka itu masih tersimpan dalam hati banyak orang. Dan datanglah seseorang, seseorang...