•Part Six•

1.3K 42 0
                                    

Rasa sakit itu kembali menjalar tubuhnya. Sakit yang luar biasa. Ia tak menyangka ternyata cintanya dijadikan mainan begitu saja. Air tak berhenti turun dari kedua matanya. Isakan terdengar sampai siapapun yang mendengarnya pasti akan merasa pilu

Sudah tiga pak tissue yang Beatriz pakai tapi ia masih saja tak berhenti menangis. Baru saja dua minggu ia berpacaran dengan Darrel. Kenangan indah bersamanya pun terulang kembali.

Hari dimana ia mencium Beatriz dan menjadikannya miliknya. Kata-kata manisnya, benda dari Darrel, usapan lembutnya, tawa dan senyumnya. Tapi sayang, ternyata itu semua adalah bohong. Darrel pantas menjadi aktor kelas dunia karena aktingnya sangatlah bagus sampai Beatriz terhanyut dengan aktingnya yang luar biasa.

Sudah tiga hari Beatriz tak masuk semenjak kejadian dimana Gladis bilang kalau dirinya kini telah kembali bersama Darrel. Bahkan ia tak makan selama tiga hari, ia tak kau keluar dari kamarnya. Daniel sudah berusaha membujuk puterinya tapi tetap saja Beatriz tak mau keluar dari kamarnya bahkan makan pun tak mau.

Darrel, gue kira lo buat jadi pertama dan terakhir buat gue. Gue kira lo beneran sayang sama gue. Gue tau resiko pacaran sama playboy kaya lo tuh berat. Gue kira dengan lo pacaran sama gue lo bakalan berhenti jadi playboy tapi ternyata sama aja. Hati gue yang jadi korbannya. Seharusnya kita ga pernah ketemu. Seharusnya kita ga pernah saling kenal. Penyesalan selalu datang terlambat ya? Gue nyesel pernah kenal lo Rel, kenapa? Juga gue nyesel pernah ketemu lo. Apalagi kejadian di perpus, hal yang paling bikin gue nyesel. Kenapa? Karena kalo kita ga ketemu waktu itu hati gue ga akan sakit kaya sekarang ini. Gue benci lo Rel!

Beatriz kembali menangis. Ia menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba ada yang mengetuk-ketuk pintunya.

"Be, bukain dong. Gue pengen ngomong sama lo"

"Pergi!!" teriak Beatriz dari dalam,

"Be, please izinin gue masuk be. Gue tau lo nangis didalam sana Be"

Brak!

"Be? Beatriz? Beatriz buka pintunya! Be! Beatriz!!"

Tiba-tiba Daniel dan Natasya pun datang dengan wajah khawatir,

"Bryan, kenapa ini? Ko kamu teriak-teriak gini?" tanya Daniel.

Bryan menunjukkan ekspresi khawatirnya, "tadi aku denger suara dari dalem kaya ada yang jatuh. Aku panggilin Beatriz tapi dia ga nyaut-nyaut dad."

"Aduh pasti ada sesuatu ini, kita dobrak aja pintunya"

Bryan dan Daniel pun mendobrak pintunya. Sekali, dua kali, sampai ketiga kalinya mereka berhasil. Betapa terkejutnya mereka saat melihat Beatriz yang kini sudah berada di lantai tak sadarkan diri. Bryan sontak langsung memegang kepala Beatriz dan menaruhnya dipahanya,

"Dad hubungi Ambulance!"

💥

Bau-bau obat-obatan masuk kedalam indra penciumannya. Matanya perlahan terbuka, menampakkan sosok yang kini tertidur disebelahnya sambil memegang tangannya. Beatriz menggerakkan tangannya perlahan membuat Bryan terbangun,

"Eh Be, udah bangun?"

Bryan menatap wajah Beatriz yang pucat pasi, bibirnya yang kering juga pucat, matanya yang sedikit sembab akibat menangis, dan pipinya yang mulai tirus.

"Be, kamu kenapa?" tanya Bryan. Beatriz tahu bila Bryan memanggilnya aku-kamu ia benar-benar lagi sayang dan perhatian dengannya.

"Be, jawab aku dong"

Beatriz pun memalingkan wajahnya,

Finesse (1) {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang