•Part Nine•

1.3K 34 2
                                        

Pria itu berjalan dengan gagah. Kedua tangannya ia masukkan kedalam kantung celana pendeknya yang berwarna coklat muda, ia memakai kacamata hitam agar tidak silau dan kaos putih dengan garis-garis biru donker. Filternya berwarna orange.

"Hai, apa kabar?" tanyanya. Beatriz mengernyit, apakah benar yang didepannya ini Darrel? Darrel William? Seorang playboy kelas atas juga mantannya?

"Ko diem aja? Halo? Gue ga lagi ngomong sama hantu kan?"

Beatriz pun menggeleng, ia kembali menatap mentari yang hampir turun di ufuk. Keheningan pun tercipta diantara mereka berdua,

"Um Be,"

Beatriz pun berdeham tanpa menengok ke arah Darrel.

"Be, liat gue dong" kekeh Darrel. Beatriz pun menengok ke arahnya dengan datar tapi jantungnya yang berpacu seperti ia sedang lari marathon. Darrel kini memegang kedua tangannya,

"Be, maafin gue soal waktu itu. Yang waktu itu gue selingkuh--"

"It's okay, lo gaperlu merasa bersalah sama gue" ucap Beatriz dengan senyum kaku.

"Beneran?"

Beatriz hanya mengangguk sambil tersenyum tulus. Mereka menyaksikan sunset berdua sambil duduk diatas pasir pantai. Detik-detik matahari terbenam Darrel mengucapkan sesuatu yang membuat Beatriz antara harus bingung dengan kaget,

"Um Be, sebenernya hubungan kita sekarang apa?" tanya Darrel membuatnya tercekat.

Gatau please lo pergi Rel sekarang. Gue gamau nangis

"Dan Be, seandainya gue sayang sama lo apa lo mau terima gue lagi?"

Boleh nangis sekarang?

Ucapan Darrel berhasil membuat Beatriz kaget setengah mati juga bingung. Darrel pun bangun dan meninggalkan Beatriz yang kini mematung dan diam ditempatnya.

Darrel berjalan menuju hotel dengan wajah datar dan masam. Ketiga temannya menyadari itu. Dilan menepuk pundak Darrel,

"Woi bro, gimana? Lancar ga?" tanya Dilan. Darrel hanya tersenyum biasa lalu melenggang pergi. Randy, Dilan dan Babams pun saling bertatapan, mereka tahu kini Darrel sedang bersedih dan mereka tahu cara mengembalikan senyumannya.

Darrel POV

Gue gatau apa yang gue pikirin pas di pantai tadi. Tiba-tiba mulut gue pengen aja ngomong gitu. Gue sayang sama dia tapi gatau kenapa susah buat ngomong itu. Seakan-akan ada yang menahan gue buat ngomong kalo gue pengen balikan dan gue sayang sama dia.

Sayang gue ke dia ga main-main. Gue pengen serius sama dia. Sayang gue ke dia tulus sama kaya cinta gue ke dia. Waktu hari dimana Gladis bilang ke Bryan dan Beatriz kita balikan, itu bohong. Itu ga bener.

Flashback on

Gue dan Gladis kini berada di parkiran. Gue sengaja mencekal tangannya dengan erat karena gue emang lagi kesel sama dia. Maksud dia apa coba bilang gue sama dia jadian? Yah bodohnya gue ikutin alur drama queen-nya.

"Maksud lo apa bilang depan Bryan sama Beatriz kita balikan? Ups salah. Lo sama gue bukan kita lagi" ucap gue sambil menatap wajah Gladis dengan penuh kesal dan amarah,

"Yah gue ngomong gitu biar--"

"Biar apa huh? Lo mau pamer ke dia? Lo nggak sadar kalau disana ada pacar gue! Cewek gue! Orang yang gue cintai! Mikir dong lo!"

Gladis cuma diem, dia pun pergi. Saking keselnya gue langsung naik motor gue ninggalin Gladis. Tadi gue bilang 'orang yang gue cintai' kan? Yup kalian benar. Gue kena karma. Fix gue baru sadar ternyata karma is real dude. Gue pergi ke rumah gue, saat gue sampe gue liat nyokap gue lagi asik nonton film sama bokap. Gile sweet abis lah pokoknya, jadi kangen Beatriz.

Finesse (1) {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang