•Part Eighteen•

1K 34 1
                                    

Darrel kini sudah menumbangkan dirinya di kasur. Lelah karena mencari Beatriz ia segera terlelap dalam tidurnya. Sementara itu Beatriz baru saja sampai rumah, ia tak tahu kalau saat ia makan bersama Dimas di Subway ada Randy dan Tasya disana. Randy sengaja bilang kepada Tasya untuk tak mengganggu mereka dan untungnya Tasya pengertian jadi ia menurut saja demi kebaikan sahabatnya.

Dan disinilah ia sekarang, di kasur tercintanya. Menurut Beatriz di kasur itu banyak setannya. Kenapa? Karena bila sekalinya masuk ia tak pernah bisa bangun, ingin tetap berada di kasur bersama selimut, bantal, guling, wifi. Itu semua cukup menjadi moodboosternya sehari-hari. Tentunya bukan hanya bagi Beatriz tapi bagi semua orang apalagi kalangan perempuan.

Setelah terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kamarnya. Ternyata itu adalah Bryan. Bryan masuk kedalam dengan perlahan agar adiknya itu tidak bangun. Niatnya ingin menjahili tapi saat mendengar dengkurannya Beatriz membuatnya harus menggugurkan niatnya itu. Ia pun melepas sepatu dan jaket yang dipakai oleh Beatriz lalu menyelimutinya. Suhu ruangan Beatriz cukup dingin jadi Bryan sedikit menaikkan selimutnya agar ia tidak terlalu kedinginan. Bryan pun mengusap rambut depan Beatriz dengan lembut sambil tersenyum.

"Gue sayang sama lo, sampai kapanpun karena tugas gue sebagai abang lo harus sayangi dan lindungi adik gue. Maaf kalo gue sering lalai-in tugas itu."

Cup

Sebuah kecupan manis mendarat di keningnya Beatriz. Setelah itu Bryan pergi keluar kamar Beatriz menuju kamarnya untuk mandi dan tidur karena ia sudah sangat lelah.

Pagi pun tiba, Beatriz kini masih saja belum bangun. Sebenarnya ia sudah bangun hanya saja ia tak mau bangun dari kasur tercintanya. Tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar Beatriz masuklah seorang wanita paruh baya.

"Be, bangun dong! Kamu jangan dikamar terus nanti kamu gendut loh kalo tiduran terus mau emang? Ayo bangun Be!" Titah Natasya. Beatriz menggeram. Segera Natasya mengambil sedikit selimutnya Beatriz.

"Ih mom Bebe lagi mager, nanti aja ah!!"

"Itu ada temen kamu loh Be"

Beatriz tak peduli, ia tetap diam di kasur tak bergeming.

"Engh, siapose?"

"Dimas sama pacarnya kayanya"

Ha? Ngapain si Dimas sama Jilly kesini?, batin Beatriz. Ia pun segera bangun dan keluar kamarnya. Saat sampai di ruang keluarga, ia melihat Dimas, Jilly dan Bryan sedang berbincang-bincang biasa.

"Kenapa Dim?"

Dimas segera bangun dan memberikan sebuah gantungan yang familiar bagi Beatriz.

"Ini kan--"

"Iya ini ketinggalan di mobil gue. Kayanya jatoh dari tas lo pas turun dari mobil gue semalem"

"Loh kok? Bukannya lo jalan sama Dyto ya?"

"Umm, jadi pas gue lagi makan sama Dyto gue ketemu sama Jilly sama Dimas. Jadi kita makan bareng. Tiba-tiba Dyto ada urusan mendadak jadi ga bisa anterin gue pulang and Dimas ngajakin bareng. Gitu deh, hehehe" Beatriz terkekeh walau keringat dingin sudah keluar dari tubuhnya. Jilly dan Dimas pun ikut terkekeh terpaksa.

"Oh iya kalian mau jalan?" Tanya Beatriz. Jilly mengangguk,

"Iya mau rayain mansive pertama hehe.."

Beatriz dan Bryan hanya ber-oh-ria. Setelah itu mereka mengantar keduanya sampai ke depan lalu mengucapkan pisah sambil melambai-lambaikan tangannya ketika mobil Dimas pergi meninggalkan depan rumah mereka.

Beatriz dan Bryan pun masuk ke dalam rumah. Saat ditengah jalannya,

"Be, ke Mcd yu"

Beatriz membalikkan badan, "Baaaangggg!!"

Finesse (1) {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang