•Part Twenty Two•

841 29 0
                                    

Unknown
Gue tau dimana Beatriz

Darrel terus mengingat-ingat kejadian dimana pesan itu masuk ke dalam ponselnya. Kini dirinya sedang bersama hacker profesional yang sedang meretas siapa orang yang mengirim pesan itu padanya. Terlihat hacker yang bernama Gib itu kesulitan untuk melacak orang yang mengirim pesan pada Darrel.

Gib pun merasa frustasi tapi ia tak pantang menyerah. Ia terus mengutak-atik komputer dan jemarinya terus bergerak dengan cepat di keyboard berwarna hitamnya.

Kehabisan tenaga Gib pun menyerah. Ia mengangkat kedua tangannya karena sudah tak tahan lagi. Ia tak bisa meretas nomor tersebut. Gib pun memukul-mukul keyboardnya beberapa kali.

"Anj*ng gue ga bisa ngeretasnya Rel. Susah banget gila." Ucap Gib frustasi. Darrel pun menepuk-nepuk pundak Gib lalu melangkah keluar apartmen Gib.

Angin malam nan dingin menerpa tubuh Darrel namun itu semua tidak setara dengan yang sedang dialaminya sekarang. Semenjak pesan singkat itu masuk Darrel segera pergi ke apartmen Gib dan meminta tolong padanya untuk meretas nomor tersebut namun Gib nyatanya tidak bisa karena yang mempunyai nomor itu pasti sudaha tahu kalau Darrel akan mencarinya dan melacak dirinya. Namun siapakah orang ini? Bagaimana ia bisa tahu Beatriz? Bagaimana ia bisa mendapatkan nomornya padahal dirinya tak pernah menyebarluaskan tentang nomornya. Hanya beberapa yang tahu nomornya. Tidak mungkin bila orang ini hanya salah kirim ke nomor Darrel.

Kembali lagi, Darrel mulai melajukan mobilnya. Entah ia mau pergi kemana, ia tak punya tujuan. Sampai ia masuk ke Tol dan berhenti di rest area. Kepalanya ia senderkan ke roda pengemudi karena lelah. Namun tak lama ponselnya berdering. Segera ia mengangkat telepon dari orang itu.

"Halo?"

"Gue ada di dekat lo Rel. Gue tahu dimana Beatriz. Gue bakalan bantuin lo buat nyelamatin dia karena yang nyulik dia juga punya urusan sama gue. Selama ini gue udah nyari dia dan akhirnya dia muncul juga."

Darrel menautkan kedua alisnya. Suara ini begitu familier baginya. Dia pernah mendengar suara ini tapi dimana?. Ia tahu ia kenal dengan orang ini.

"Kasih tau aja posisi lo dimana sekarang jangan banyak basa-basi gue ga mau denger curhatan lo"

"Widih santai bro. Gue akan kasih tau asal ada syaratnya"

"Apa?!"

"Lo dateng ke pernikahan gue di N.Y"

"SI ANJ*NGGGGGGGGG!!!!!!!!!!! SIALAN LO NYETTTTT!!!!! GUE BENCI LO ANDREW!!! GUE KUTUK LO SEKARANG JUGA BANG*AT!!!!!!!"

Terdengar suara gelak tawa Andrew dari ujung sana. Andrew benar-benar tak bisa lagi menahan tawanya.

"Hahahahaha anjir lo emang ga nyadar ya kalo itu gue?"

"Sama sekali engga gila!. Sumpah lo ko bisa sih kaya gitu? Maksud gue lo kok--"

"Iya iya. Well it's easy for me. Sebenernya gue udah tau kalo lo punya cewe, sebelum gue balik ke Indo malah.  Dan gue tahu cewe lo diculik karena ada anak suruhan gue yang liat musuh gue yang nyulik dia. Terus gue suruh anak buah gue buat ngikutin mereka and here I'am now. Gue udah nyampe disini. Lo kesini cepetan alamatnya gue kirimin dari chat aja yak"

"Tunggu tunggu! Siapa emang yang nyulik Beatriz?"

Diujung sana terlihat Andrew yang tersenyum tipis. Sebelah tangannya ia taruh di roda pengemudi sebelah lagi ia pakai untuk bertelepon dengan Darrel.

"Lo bakalan tau nanti."

Setelah menutup teleponnya, Andrew kini mulai bermain game di ponselnya. Ia bermain MobileLegend BangBang sembari menunggu Darrel. Ia tahu Darrel akan datang sekitar 30 menit lagi itupun kalau ia membawa mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Jadi daripada menunggu melihat-lihat ia memilih bermain game tersebut sambil mendengarkan musik dari radio malam.

Finesse (1) {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang