•Part Twenty Seven•

623 30 1
                                    

Kini Beatriz dan ketiga temannya yang yaaa kalian pasti sudah tahu lah siapa nama mereka. Yup, Tasya, Lauren dan si heboh Amel. Entah ramuan macam apa yang diberikan oleh Amel pada Babams sampai-sampai Babams begitu cinta kepada Amel bahkan rela memberikan dunianya padanya. Haah, cinta anak muda ya?

Lauren yang lagi asik bermain ponselnya sembari memakan kacang tiba-tiba menyahut,

"Woi woi woi"

"Yoay? Kenapa chuy?"  Tanya Amel.

"Gak apa-apa. Manggil doang kok, hehe"

"Si anying"

"Mel,"

"Amel"

"Amelia"

"AMELIAAA!!"

"APAAN KAMPANG??!! JANGAN BILANG LO CUMA MAU MANGGIL NAMA GUE DOANG??!!"

Lauren menyengir macam kuda, "hehehe 2" ucapnya sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya berbentuk peace.

Dengan cepat Amel pun meneloyor kepala Lauren sampai ia pun mengaduh. Tasya yang sibuk bicara dengan Randy dan Beatriz yang hanya tertawa kecil sambil menggeleng-geleng karena kelakuannya kedua temannya itu.

Disisi lain, Darrel berada tidak jauh dari meja makan Beatriz dan kawan-kawan. Mereka sedang membicarakan sesuatu tanpa Randy yang selalu menjadi penengah diantara mereka.

"Rel, siapa sih temen lo yang sakit itu? Penasaran nih gue," ucap Dilan penasaran.

"Iya nih gue juga penasaran. Siapa sih emangnya?" Timpal dan tanya Babams.

Darrel menengok ke arah kedua sahabatnya sejak SMP itu. Dia pun tersenyum dan bahkan mengeluarkan satu nama yang langsung membuat keduanya langsung kejang-kejang.

"Gladis,"

"What the F?! Seriusan lo Rel?"

"Ih gila sih lo Rel, lo gila parah"

"Parah banget, parah parah paraaaah banget"

"Lah napa emang?"

Dilan menengok ke kanan dan kekiri lalu mendekatkan wajahnya ke Darrel namun masih menjaga jaraknya.

"Lo mau kehilangan Beatriz gara-gara lo kembali berurusan dengan Gladis? Bahkan gue liat tadi pas lo nyebut namanya aja lo senyum-senyum gitu Rel. Lo gila apa ya?" Dilan tidak mampu lagi menahan kesalnya. Kenapa Darrel bisa kembali lagi kepada Gladis? Bagaimana jika Beatriz tahu? Ini bisa semakin rumit.

"Kalo masalah Beatriz sih, kayanya gue bimbang sama perasaan gue ke dia sekarang. Gue ngerasa kaya dia tuh... um kaya gantungin gue terus tau ga? Digantungin tuh kan sakit belum lagi ngebatin. Bayangin aja lo jadi gue,"

Gladis udah pake pelet apaan sih? Ampuh banget, batin Babams.

"Jadi sekarang lo pengen balikan sama Gladis?" Tanya Babams. Dilan kembali ke tempatnya semula dengan memandang teman di sebelahnya dengan tatapan seperti 'maksud lo apa ngomong gitu Bams?'

Babams menengok dan tersenyum sembari memberikan tatapan yang sulit diartikan membuat Dilan mendengus kesal dan menaruh dagu di sebelah tangannya dan tidak mau menatap Darrel. Darrel hanya diam saja sambil mengangkat alis sambil menatap sikap Dilan yang aneh namun ketika Babams bertanya ia kembali ke dunia sadarnya.

"Iya? Um, maybe yes maybe no. Tapi kayanya yes deh. Soalnya gue udah cape sama sikapnya si Beatriz ke gue. Sok jual mahal, cewe tuh emang ya nyebelin banget. Pengennya di kejar terusss kan cape kalo ngejar terus belum lagi harus ngisi energi batin."

Finesse (1) {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang