•Part Thirty Two•

729 28 0
                                    

Darrel yang kini berada di rumah Beatriz akhirnya terbangun juga dengan kepalanya yang super pusing. Ia mendesah kecil saat bangun sambil memegang kepalanya. Namun ia pun menengok ke sekelilingnya. Dimanakah ia berada? Siapa yang membawanya kesini?

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya pun masuk ke dalam kamar tersebut.

"Eh abang ganteng udah bangun. Itu silahkan diminum obatnya, ada di atas nakas sebelah kasur," ucapnya ramah. Darrel pun menengok ke arah meja tersebut dan benar ada obat dan air putih. Ia pun mengambilnya dan segera meminum obat tersebut.

Pembantu itu menaruh makanan di meja depan kasurnya, Darrel masih saja belum bangkit dari tempat tidur tersebut.

"Um bi, saya dimana?"

"Loh babang ganteng belum tau emang ada dimana?"

Darrel mengernyit dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Babang ganteng ada di kediaman keluarga Nottingham. Neng Beatriz yang bawa babang ganteng kesini. Waktu itu babang ganteng lagi ga sadarin diri, terus juga panas-panas badannya, tapi neng Beatriz yang ngerawat babang ganteng. Meni soswit teh bibi sampe kaya lagi ngeliat sinetron jaman now depan mata."

"Terus sekarang Beatriz dimana?"

"Neng Beatriz lagi makan sama tuan, nyonya, sama aden Bryan."

Darrel pun perlahan bangkit dari kasurnya lalu melangkah keluar tanpa diikuti oleh pembantu tersebut.

Sesampainya ia ditangga, samar-samar tawa terdengar juga obrolan-obrolan ringan.

"Hahahaha... eh Darrel?" Suara Natasya pun terdengar. Seketika semuanya pun langsung menengok ke arah Darrel yang sedang berjalan ke arahnya. Natasya pun bangkit dari duduknya menuju Darrel.

"Gimana keadaan kamu? Udah mendingan?" Tanyanya lembut. Darrel pun tersenyum kecil sambil mengangguk. Natasya membawa Darrel untuk duduk di sebelah Bryan dan berdepan-depanan dengan Beatriz.

"Hey Darrel, apa kabar?" Tanya Daniel.

"Baik om," jawab Darrel seadanya.

"Darrel kamu anaknya Zidan ya? Zidan William?" Tanya Daniel lagi.

"Iya om, kok bisa tau sih?"

"Hahaha, om ini dulu satu geng sama papah kamu,"

"Masa sih?"

"Aku ga pernah tau kalo Zidan nama belakangnya William."

"Itu karena kamu cuma kenal nama belakang aku yang sekarang udah dipakai juga jadi nama belakang kamu sayang,"

"Idih gombal,"

"Tapi suka kan?"

"Ngga, biasa aja."

"Oh iya Darrel. Tau ga? Papah kamu ya dulu tuh seringggg banget berbuat gila. Kelakuannya, uh, jangan ditanya deh. Pecicilan banget. Parah sih dia tuh. Tapi dia kalo udah bertarung, beh, jangan ditanya. Jago banget,"

"Kalo Zidan jago kenapa ga dia aja yang dipilih sama Alex buat jadi pemimpin MosWar?"

Daniel menggidikkan kedua bahunya, "ngga tau. Tapi kata Alex sih Zidan kurang perhatian gitu, dia lebih pengen free gitu, lagian Zidan juga ga mau jadi pemimpin MosWar."

"Sampai sekarang masih gitu om,"

"Eh Zidan mau liburan kan ya ke Melbourne. Kamu ikut ga?"

"Ngga om saya ga ikut,"

"Loh kenapa?"

Darrel hanya tersenyum, Daniel sepertinya mengerti.

"Tunggu tunggu, 'MosWar'? Apaan tuh MosWar?"

Finesse (1) {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang