•Part Twenty•

974 31 2
                                    

"BEATRIZ AWAS!!!!!!"

Beatriz menengok ke arah samping dan melihat mobil yang sedang melaju kencang ke arahnya.

Brak!!

Beatriz segera menghindar dari mobil itu sementara mobil itu menabrak kereta roda kecil dan tetap melaju. Beatrix terjatuh di aspal, tubuhnya lemas karena kejadian tadi. Untung saja ia bisa menghindar kalau tidak? Nyawanya sudah melayang pasti sekarang. Darrel dengan cepat berlari ke arahnya dan memegang Beatriz.

"Kamu ga apa-apa? Ada yang luka ga? Mau ke rumah sakit?"

Telinga Beatriz serasa tuli. Ia tak bisa mendengar apapun saking syoknya. Suara orang-orang tak terdengar di telinganya seakan-akan dirinya berada di kerumanan manusia yang begitu banyak. Ia tak bisa merasakan apa-apa. Jantungnya berdetak kencang, tubuhnya gemetar. Bahkan pelukan Darrel tak terasa. Tak lama buliran air turun dari kedua matanya. Sesekali isakan terdengar oleh Darrel. Isakan yang membuatnya sedih juga.

Mobil sport memasuki pelataran rumah milik keluarga Nottingham. Saat tepat berada di depan pintu rumah Beatriz, Darrel berhenti dan terdiam sejenak. Ia merasa khawatir dan canggung. Khawatir takutnya Beatriz kenapa-kenapa dan canggung karena tak ada satupun dari mereka mengeluarkan sepatah kata pun semenjak mereka masuk ke dalam mobil.

Darrel menghela nafas, "Be, maafin aku ya. Harusnya aku aja yang beliin kamu minum tadi. Ini semua salah aku juga harusnya aku kasih tau lebih cepet ke kamu kalau tadi ada mobil yang mau lewat. Maafin aku ya Be," lirih Darrel sambil menundukkan kepalanya.

"Ngga itu bukan salah lo Rel. Gue yang ceroboh karena ga liat jalanan. Untung aja lo teriak tadi kalo ngga pasti nyawa gue udah melayang tadi. Makasih ya," ucap Beatriz dengan senyum tulus menatap wajah Darrel yang ditekuk.

Darrel menengok mendengar tutur ucapan Beatriz. Saat melihat Beatriz yang tersenyum padanya ia juga ikut-ikutan tersenyum. Detak jantung Beatriz mulai berdetak lebih kencang dari biasanya bahkan detakannya begitu terdengar sampai telinganya. Beatriz merasa aneh.

Ya Tuhan, kok ada sih cewe se baik dia? Bahkan dia bilang kalo gue ga salah tapi dia nyalahin diri sendiri.

"Um, kayanya gue harus masuk dulu deh. Thanks ya buat hari ini, gue seneng banget. Bajunya gimana?"

"Nanti aja lo kembaliinnya."

"Oh okay. Bye"

Beatriz keluar dari mobilnya dan melambai-lambaikan tangannya pada Darrel yang sudah pergi. Setelah itu ia masuk ke dalam rumahnya. Walau masih syok tapi saat adegan tatap-tatapan dan jantungnya berdetak kencang tadi semua rasa takutnya hilang. Entah kenapa bila ia berada di dekatnya ia selalu merasa kalau dirinya dilindungi oleh sosok Darrel. Apakah dirinya mulai kembali menerima Darrel? Ataukah ini hanya perasaannya saja?

💥

Disisi lain seorang wanita memasuki bar yang sudah disewanya jadi tempat itu sepi. Pakaian wanita itu terbilang cukup menggoda pria yang menatapnya.

Ia melihat di sekeliling tempat bar yang tak ada orang kecuali bartender dan pria yang memakai jas yang sedang duduk di sofa VIP. Gadis itu berjalan ke arahnya dan segera duduk di hadapannya.

"Lama menunggu?"

Pria itu menggidikkan bahunya.

"Apa wanita bila bersiap-siap harus sampai 2 jam?"

"Terserah. Gimana? Dia udah mati?"

"Ngga, dia ga mati. Sayang banget kan?"

Finesse (1) {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang