Darrel kini sudah berada di kamarnya membiarkan tubuhnya tumbang memasuki kawasan kasur. Untuk beberapa saat ia menutup matanya namun tiba-tiba matanya kembali terbuka, mengingat dirinya yang baru sampai dan bahkan belum mandi dan melepas sepatu ia kembali bangun dan melepas sepatunya dan masuk ke dalam kamar mandi. Didalam, ia membiarkan air dari shower yang hangat membasahi seluruh tubuhnya. Saat saat seperti ini ia selalu ingat adegan film dimana seorang lelaki sedang mandi dengan aura hootienya sambil memikirkan hal yang telah terjadi. Contohnya seperti apa yang dilakukan Darrel sekarang. Ia sedang mandi dibawah shower sambil memikirkan Beatriz yang menangis di dalam pelukannya. Juga saat dimana mereka di dalam mobil dan Beatriz mengeluarkan jurus yang membuat pertahanan Darrel runtuh seketika ketika senyum indah muncul di paras cantik Beatriz.
Mengingat hal itu membuat Darrel tersenyum, apakah mungkin Beatriz akan kembali lagi dalam pelukannya ataukah mereka hanya akan selalu seperti ini? Entahlah, tergantung Tuhan dan Beatriz nantinya. Tidak ada yang tahu. Darrel mematikan shower dan segera keluar dengan handuk yang ia pakai untuk menutup pinggang ke bawah.
Saat keluar ia terkejut dalam diam ketika ada seseorang duduk di dekat jendela dengan kursi putar dan hanya cahaya rembulan yang menyinarinya. Darrel melihat orang itu memegang gelas wine dan berisi cairan warna merah yang ia yakini bahwa itu adalah anggur merah.
Darrel mengambil tongkat bisbol yang ada di dekat rak tongkat golf-nya. Perlahan berjalan ke arah orang itu sampai ia berada di belakang kursi itu. Darrel mulai menaikkan tongkatnya namun tiba-tiba kursi itu berputar dan menampakkan sosok yang membuatnya cukup terkejut.
"Hola baby!" Ucapnya santai sambil tersenyum miring.
"Andrew?! Kok lo bisa ada disini sih?"
Andrew -sepupu Darrel- kini berada di hadapannya.
"Kan gue udah bilang, gue mau jemput tunangan gue ke Indo"
"Terus dia dimana?"
"Di hotel"
Darrel hanya ber-oh ria. Andrew memasang tampang jijiknya kepada Darrel. Yang dilihat merasa kesal.
"Kenapa lo liatin gue begitu amat? Ga suka lo?" Ketus Darrel.
"Iya ga suka gue kenapa? Lo ga suka juga? Pake baju sana, sorry ya jangan lo pikir gue tinggal di N.Y gue jadi gay, ga akan mungkin. Gue masih doyan yang fresh from oven. Pake baju dulu lu nyet"
"Bang*at lo! Brendi gue pake dibuka lagi. Gantiin yak gue ga mau tau!"
"Bacot"
Darrel pun masuk ke dalam kamar bajunya untuk berpakaian. Ia berpikir bagaimana bisa psikopat gila itu masuk kemari? Bukannya ia sudah tak diterima lagi di keluarga Barrington karena dirinya yang sudah menjadi psikopat gila itu? Seharusnya akses masuk ke kediaman rumahnya Darrel ditolak tapi bagaimana ia bisa masuk? Apa keluarganya mulai memaafkannya dan membiarkan Andrew kembali lagi ke keluarga Barrington? Terlalu banyak tanya yang tak ada jawabnya.
Segera ia keluar kamarnya dan melihat Andrew yang sedang duduk di kasur sambil memegang ponselnya dengan TV yang ia nyalakan tanpa ia lirik sedikit pun. Sesekali ia tersenyum sambil menatap ponselnya. Apakah ia sedang chating dengan tunangannya? Ah peduli banget. Itu urusannya dan bukan urusan Darrel.
Darrel mengambil gelas yang ada di meja dekat jendela kamarnya, mengisinya dengan brendi yang dibuka telah dibuka oleh Andrew.
"Kenapa lo bisa masuk kesini? Bukannya akses lo masuk kesini udah di tolak ya?"
Darrel mendengar helaan nafas Andrew. Ia pun mengesap minumnya, "well, gue masuk karena gue mulai diterima lagi sama keluarga Barrington. Sementara keluarga si tua bangka juga selalu nerima gue tapi ge ga mau kesana. Bahkan haram gue untuk kesana, tapi anehnya mereka selalu nerima gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Finesse (1) {Completed}
Teen Fiction••Sequel Lost Stars•• Kemahiran membuat seseorang tertarik berkunjung. Darrel William berhasil memikat hati seorang Beatriz Nottingham. Dengan bodohnya Beatriz masuk ke dalam perangkapnya. Tapi seiring berjalannya waktu rasa itu ada dihati Darrel. ...
