Jadi siswi kelas 12 pekerjaan utamanya memang hanya belajar. Lavina sedang mengalaminya sampai dia merasa pusing. Bukan hanya soal UN di depan mata tapi juga soal pemilihan jurusan. Ditambah Arsenio yang diam-dia meminta putus secara tersirat walaupun batal. Menambah pikirannya saja saat ini.
Lavina merenggangkan badan, menghentikan mengerjakan soal latihan ujian masuk perguruan tinggi. Dia mengeraskan volume musik di ponselnya ketika lagu Ko Ko Bop mengalun, mengambil kotak perkakasnya di laci, dan mulai merangkai tali menjadi sebuah gelang. Lavina mencoba rileks dengan membuat gelang seperti yang dia jual di LavLav onlineshop-nya sembari mendengarkan lagu favorit.
Selesai membuat satu gelang, Lavina melirik ponselnya. Tak ada pesan dari Arsenio. Sebenarnya memang tak pernah ada kecuali Lavina dulu yang mengirim pesan. Lavina mendesah, meminum jus jeruknya lalu kembali mencoba mengerjakan soal. Begitulah Lavina, tak bisa fokus pada satu hal. Dia akan mengerjakan apapun yang ada di pikirannya. Itulah yang sebenarnya orangtua dan Arsenio khawatirkan.
Selang satu jam Lavina kembali kehilangan konsentrasi. Dia mengambil ponselnya lalu berselancar di dunia maya. Membaca-baca tentang jurusan di salah satu universitas. Dia kembali bimbang memilih jurusan. Ada kalanya dia ingin masuk jurusan arsitektur tapi ada kalanya dia ingin masuk jurusan manajemen agar mendapat ilmu untuk mengembangkan usahanya.
"Lav, Mama masuk ya?" Marisha mengetuk pintu kamar Lavina.
"Iya, Ma."
"Kamu lagi ngapain?"
"Belajar Ma."
"Bagus kalau kamu belajar. Mama sampai nelpon Arsen kemarin."
"Mama bilang apa aja sih sama Arsen?"
"Nggak bilang apa-apa cuma minta dia buat nyemangatin kamu."
"Arsen nggak pernah ganggu Lav, Ma. Kami juga pacaran normal-normal aja nggak aneh-aneh. Arsen justru sering nyuruh Lavina belajar," ucap Lavina, curiga mamanya yang meminta Arsenio agar memutuskannya.
"Mama nggak bilang Arsen ganggu kamu, Sayang. Mama malah seneng kalau kalian saling dukung gitu. Mama suka sama Arsen, dewasa dan tahu mana yang jadi prioritas. Nggak kayak kamu suka susah fokus," ucap Marisha sembari melirik gelang di samping tangan Lavina.
"Ini tadi cuma iseng kok Ma." Lavina langsung memasukkam gelang ke dalam laci. "Sekarang LavLav udah di handle mba Ani."
Sejak naik kelas 12 memang Lavina mulai memberikan kepercayaan penuh pada mba Ani untuk mengelola LavLav. Karena bukan hal mudah mengelola toko online yang sudah memiliki pelanggan tetap dan pasaran yang luas. Dia tak ingin bisnisnya mengganggu sekolah dan berakhir mengecewakan orangtua dan Arsenio. Walaupun sebenarnya semua untuk kebaikannya sendiri. Tapi dalam lubuk hatinya dia tak mau mengecewakan orang-orang yang dia sayang.
"Lav, keinginan Papa buat kamu masuk kedokteran itu buat kebaikan kamu. Kamu harus bisa masuk jurusan kedokteran di universitas ternama seperti abangmu."
"Tapi Ma, Lav nggak mau masuk kedokteran."
"Kenapa?"
"Lav nggak mau jadi dokter. Lav nggak mau kerja di rumah sakit apalagi di rumah sakit papa. Nanti dikiran KKN."
"Jadi kamu nggak mau jadi dokter karena hal itu?"
"Nggak juga. Lav nggak suka bau rumah sakit."
"Hanya itu alasanmu?"
"Ya banyak lagi Ma."
"Coba sebutin satu-satu Mama mau dengar." Marisha meraih tangan Lavina.
"Banyak, Ma. Bisa-bisa sampai tengah malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavina [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]
Teen FictionLavina Asha dan Arsenio Abrisam adalah pasangan kekasih di SMA Nusa Cendekia. Arsenio yang cool terkesan cuek sering membuat Lavina bertanya-tanya apakah hanya dia yang memiliki perasaan cinta, apakah Arsenio jenuh atau menyesal menjadi kekasihnya...