12 (Post Ulang)

187K 10.5K 220
                                    

Hari pertama misi menjauh bisa dikatakan tak berjalan sesuai rencana. Kelas Lavina dan Arsenio yang berdekatan membuat mereka sering berpapasan meskipun Lavina sudah mengganti tempat yang biasa dia kunjungi di sekolah. Apalagi pulang sekolah Galan batal menjemputnya dan justru memberi titah pada Arsenio. Bagaimana bisa lavina menolak? Jadi anak bungsu dan perempuan satu-satunya memang susah, serba diatur dan tak bisa berkutik.

Percuma juga istirahat tadi hanya makan kue dorayaki demi menghindari Arsenio, yang ada Lavina masih lapar tapi tetap saja bertemu Arsenio. Bahkan sekarang semobil. Lavina melirik Arsenio dengan bibir manyun.

Sesaat Lavina lupa dengan misinya, dia ingin bersuara tapi kalimatnya ia telan kembali. Dia memainkan ponsel, agar mulutnya tak kelepasan mengajak bicara Arsenio. Lavina takut lupa dengan misinya mengingat daya ingat dan hatinya tak bisa diajak kompromi untuk hal menyangkut Arsenio.

Lavina membuka akun instagramnya. Melihat postingan terbarunya yang berisi potongan puisi tak membuat cowok cakep di sampingnya bereaksi. Setiap Lavina membuat status di instastory, Arsenio tak pernah kepo sedikit pun.

Seharusnya postingan terakhirnya membuat Arsenio bertanya padanya tapi ternyata Arsenio tak peduli. Jangankan komentar di instagramnya, bertanya padanya langsung saja tidak. Lavina membaca puisinya sekali lagi.

Rasanya lelah.
Terus berjuang tanpa ada timbal balik.
Rasanya putus asa.
Terus tersenyum tapi aku bukan alasanmu tersenyum.
Tapi aku bisa apa?
Ternyata takdirku hanya sampai di situ.
Aku hanyalah prolog bukan epilog ceritamu.
Aku hanyalah koma bukan titik dari kisahmu.
Aku sakit.
Entah kapan aku bisa bangkit.
Hanya waktu yang mampu menyembuhkan lukaku.
Biarlah lara menjadi temanku saat ini.
Agar aku tahu rasanya bahagia.
Bahagia ketika bertemu takdirku nanti.
Meski itu bukan kamu.

Lavina kehabisan akal mencari perhatian Arsenio. Dari memberikan puisi-puisinya langsung sampai dia memberanikan diri memposting puisinya di instagram, Arsenio tetap tak bertanya apapun padanya. Lavina menatap bio yang ada di profilnya dengan tatapan sendu.

Lavina Asha
Lavlavnya Arsenio.
SMA Nuski
Owner Lavlav store

Ragu, Lavina mengganti bio instagramnya. Menghapus nama Arsenio di bionya. Satu langkah untuk misinya. Lavina tersenyum, tiba-tiba terpikirkan ingin menamai misinya. Misi Pluto, di mana dia ingin menjauh dari bumi ke planet yang sangat jauh.

"Lav..."

"Ya?" Lavina kaget Arsen menggoyang bahunya. "Kenapa?"

"Kamu laper?"

"Hah?"

"Perutmu bunyi."

"Enggak, aku nggak laper." Kilah Lavina tapi perutnya kembali bunyi.

"Kamu nggak makan siang tadi."

"Makan, makan roti."

"Cuma roti?"

"Aku nggak laper." Perutnya benar-benar tak bersahabat, berbunyi lagi setelah Lavina berhenti bersuara.

"Mau makan apa?" ulang Arsenio dengan tangan kirinya terulur mengusap kepala Lavina.

"Langsung ke tempat les aja," jawab Lavina, kaku. Menepuk-nepuk dadanya yang berdebar.

"Nanti kamu sakit."

"Sakit memang kamu peduli?" gerutu Lavina, membuang muka.

"Peduli itu mastiin kamu nggak akan sakit."

"Tapi kamu bikin aku sakit hatinya!" seru Lavina dalam hati.

"Mau makan bakso dulu?"

Ingin menolak agar cepat menjauh dari Arseni tapi perutnya benar-benar lapar dan terus bunyi. Siang Lavina hanya makan dorayaki 1 biji, pantas saja sekarang dia super lapar. Lavina pun mengangguk. Bagaimana bisa dia menolak bakso? Hari pertama misi Pluto gagal!

Lavina [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang