Tak berangkat sekolah ternyata membosankan bagi Lavina. Hanya berbaring di kasur seharian. Apalagi dia sudah merasa sehat. Tak lagi demam dan sudah cukup tidur. Dia menunggu Lolita dan Widy datang. Sehari saja tak bertemu mereka Lavina merasa rindu. Apalagi pada perkataan pedas Lolita, Lavina merindukannya.
Baru saja dipikirkan suara Lolita sudah menggema dengan pintu kamar terbuka. Lolita dan Widy langsung naik ke atas kasur, menyerbu Lavina.
"Lo udah sehat?" tanya Widy.
"Udah. Besok gue udah berangkat. Tadi ngapain aja?"
"Ya biasalah, nggak ada yang bikin lo ketinggalan kok."
"Lo kok malah sakit sih? Kata Erlan lo kemarin hujan-hujanan ya, makanya sakit?" tanya Lolita.
"Nggak pa-pa kok. Gue udah sehat. Untung kalian cepet dateng. Kalau nggak gue bisa mati bosan."
"Gue tahu lo kangen kan gue omelin?" Ledek Lolita.
"Iya gue kangen omelan lo, gue juga kangen dinasihatin soal belajar sama Widy." Lavina tertawa lepas, senang bisa ketemu Lolita dan Widy.
"Lo jaga kesehatan dong! Jangan sembarang, main ujan-ujanan kayak anak kecil aja," seru Lolita.
"Iya gue jaga kesehatan."
"Jangan nangis terus tiap malam."
"Gue nggak nangis, gue tidur cepet tau."
"Jangan bohong sama gue. Gue itu cenayang. Inget tuh."
"Gue nggak akan nangis lagi. Beneran deh."
"Lo nggak perlu janji sama gue, janji sama diri lo sendiri, Lav. Karena yang ngerasain itu lo. Kalau ternyata di deket Arsen lo ngerasa lebih bahagia gue bakal bantuin lo," ucap Lolita.
"Enggak, Lol. Gue mau kasih kesempatan buat orang yang selalu ngelihat gue."
"Maksud lo Erlan?" Ceplos Lolita.
"Lo tahu, Lol?" tanya Lavina, kaget.
"Tahu apa?" tanya balik Lolita.
"Tahu kalau Erlan suka gue."
"Hah? Jadi Erlan suka lo?" Kali ini Widy yang kaget.
Lolita hanya senyum-senyum semakin membuat Lavina dan Widy penasaran. Mereka pun menyerang Lolita dengan gelitikan maut.
"Stop, stop!"
"Cepet kasih tahu gue apa yang lo tahu!" seru Lavina.
"Iya, iya tapi stop. Please."
Mereka sudah duduk saling berhadapan, menunggu Lolita bercerita. Lavina tak sabar ingin tahu apa yang sudah Lolita ketahui.
"Jadi?" ucap Lavina.
"Jadi gue udah tahu dari lama kalau Erlan naksir lo. Gue rasa dia suka lo dari dulu. Tapi gue makin ngerasa yakin sejak kelas XII."
"Dari mana lo tahu?"
"Dari apa yang gue lihat. Gue sering merhatiin Erlan dan Arsen dari kelas X."
"Lo merhatiin Arsen sama Erlan?" Lavina memicingkan sebelah matanya.
"Bukan karena gue suka mereka ya. Tapi gue sering ngegep mereka lihatin lo."
"Arsen lihatin gue?"
"Iya karena itu gue semangatin lo waktu mau nembak Arsen. Karena gue yakin Arsen juga ada rasa sama lo. Tapi Arsen ngeselin banget, sering bikin lo sedih karena itu gue sempet sebel banget sama dia. Jadi cowok nggak ngerti banget maunya cewek. Kaku kayak kanebo kering. Tapi ternyata dia emang emang sayang sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavina [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]
Teen FictionLavina Asha dan Arsenio Abrisam adalah pasangan kekasih di SMA Nusa Cendekia. Arsenio yang cool terkesan cuek sering membuat Lavina bertanya-tanya apakah hanya dia yang memiliki perasaan cinta, apakah Arsenio jenuh atau menyesal menjadi kekasihnya...