28

218K 23.8K 3.9K
                                    

Aku mau bilang makasih banget sudah mau baca Lavina sampai pembacanya 1M. Ini berarti banget buat aku. Jadi semangatku dan nambah kepercayaandiri aku buat nulis. Makasih udah bikin aku happy. Moga aku juga bisa bikin kalian happy dengan ceritaku.

****

Kelas sudah kembali ramai, anak-anak sudah ada yang kembali dari olahraga. Lavina menghela napas, seperti orang putus asa dengan buku di tangan yang sejak tadi tak jadi dia baca. Dia kembali teringat kejadian tadi dengan Arsenio.

Lavina mengembuskan napas berat dengan tangan meremas buku yang dia pegang. Sampai kapan pun Arsenio tak akan bisa memahaminya. Lavina jadi geram sendiri. Padahal di dalam lubuk hatinya yang terdalam dia sempat bahagia mendengar banyak fotonya ada di kamar Arsenio. Tapi hal itu tak berlangsung lama melihat sikap Arsenio padanya.

"Jangan kebanyakan bengong. Nanti jatuh lagi," ucap Erlan sembari menepuk bahu Lavina.

"Gue lagi belajar bukan bengong."

"Nih janji gue buat lo." Erlan menyerahkan sekotak cokelat Monggo yang berisikan berbagai macam jenisnya.

Mata Lavina melebar melihatnya meskipun dia bukan pecinta cokelat. Tapi melihat cokelat sebanyak ini refleks Lavina menelan salivanya. Seketika Lavina tersenyum lebar.

"Ini buat gue?"

"Iya."

"Semua?"

"Iya buat lo semua."

"Ya ampun makasih banyak, Lan. Ini luar biasa."

"Sama-sama."

"Kalian pacaran?" celetuk Farah, teman sekelas Lavina.

Detik itu juga Lavina sadar tak seharusnya dia antusias menerima cokelat pemberian Erlan. Itu sama saja memberikan harapan yang tak pasti pada Erlan. Saat ini status Lavina sendiri tak jelas. Putus tapi orangtuanya dan orangtua Arsenio menginginkan dia bertunangan dengan Arsenio.

"Lan, maaf." Raut wajah Lavina sudah tak lagi berbinar.

"Kenapa Lav?"

"Gue bingung."

"Bingung kenapa?"

"Gue nggak mau jadi cewek jahat."

"Maksud lo?" Erlan bingung dengan perubaha sikap Lavina yang tiba-tiba setelah Garah bertanya.

"Gue...."

"Lav, kalau yang lo maksud lo nggak mau kasih harapan palsu sama gue lo tenang aja. Kan gue yang minta dikasih kesempatan. Apapun hasilnya nanti gue akan terima. Karena gue tahu banget arti Arsen buat lo."

"Kalian lupa masih ada gue di sini?" celetuk Farah dan seketika Lavina menutup mulutnya.

Lavina lupa saat ini ada di dalam kelas yang masih menyisakan beberapa anak yang sudah selesai berganti seragam. Dia selalu saja melakukan hal bodoh. Lavina merasa dejavu dengan keadaan saat ini. Sama seperti saat dia menyatakan cinta pada Arsenio.

***

Gosip Lavina jadian dengan Erlan merebak tak butuh waktu lama. Lolita dan Widy lah yang pertama menanyakan kebenaran. Mereka kiri tengah berada di kantin lantai 2, duduk di samping kaca besar yang menampakkan langit cerah hari ini.

"Kok jadi ada gosip lo jadian sama Erlan?" tanya Lolita.

"Lo jadi mindahin hati lo ke Erlan?" tanya Widy.

Lavina hanya menggeleng, mulutnya sibuk mengunyah bakso dengan hati-hati karena dagunya masih nyeri meski sudah berganti hari.

"Terus?"

Lavina [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang