Bolehkan Lavina berharap saat melihat Arsenio datang ke tempat les Lavina? Benarkah Arsenio menjemputnya? Tak ingin berujung kecewa, Lavina yang melihat Erlan langsung mendekati teman sekelasnya itu.
"Lan, gue nebeng boleh?"
"Lo nggak jadi dijemput abang lo? Katanya tadi udah dijemput," tanya balik Erlan yang sebelumnya sudah menawarkan untuk mengantarkan pulang.
"Enggak. Boleh ya?"
"Iya. Bentar gue ambil payung dulu. Lo tunggu di sini."
"Iya."
Lavina ketakutan saat melihat Arsenio turun dari mobil. Dia tak mau melihat hal yang tak ingin dia lihat seperti melihat Arsenio menjemput cewek lain, misalnya. Lavina pun lari mengejar Erlan menuju mobil putih milik Erlan. Buru-buru Lavina masuk dan membuat Erlan kaget.
"Gue kan nyuruh lo nunggu kenapa malah ujan-ujanan?" tanya Erlan pada Lavina yang sudah duduk manis di dalam.
"Kelamaan. Buruan yuk!"
"Iya, sabar ini baru mau nyalain. Lo kenapa sih? Ada yang ngejar lo?" tanya Erlan curiga karena Lavina terus melihat ke arah belakang.
"Oh, ada Arsen? Ngapain dia di sini? Bukannya dia les di tempat sebelah ya?"
"Nggak tahu. Gue nggak mau lihat."
"Kenapa?"
"Gue nggak siap lihat dia jemput cewek lain. Gue yakin setelah putus dia jadian sama cewek yang dia cinta. Ayo buruan, Lan."
"Yakin dia bukan jemput lo?"
"Bukan, gue nggak minta jemput. Ayo, buruan."
"Iya, iya."
Keluar dari area tempat les Lavina baru bisa bernapas lega meski sesekali masih melihat ke belakang. Rasa takut mengetahui sesuatu yang tak ingin dia tahu benar-benar menakutkan bagi Lavina.
"Udah nggak kelihatan, Lav. Mau sampai kapan nengok ke belakang? Katanya nggak mau lihat Arsen jemput cewek lain."
"Ah, iya. Belum siap gue." Lavina menyandarkan punggungnya pada kursi. "Sebenarnya gue orang yang paling takut tahu kenyataan. Gue takut kecewa, patah hati."
"Lo yakin Arsen dateng bukan buat jemput lo?"
"Ngapain dia jemput gue? Waktu jadi pacar aja jemput kalau gue minta apalagi sekarang cuma mantan."
"Tapi kan dia sering nganterin lo pulang kalau lo ke sekolah bareng abang lo."
"Beda. Itu mah..."
"Itu mah apa?" tanya Erlan dan Lavina tak bisa menjawabnya.
"Lo ngarep ya tadi dia jemput lo? Makanya lo takut kecewa lihat dia jemput cewek lain."
"Nggak tahu. Analisa aja sesuka lo."
"Jangan menghindar, hasilnya sama saja. Namanya kecewa itu sakit. Tapi kalau nggak langsung dihadapi hasilnya lebih menyakitkan."
"Lo pinter amat sih berfilsafah. Kenapa nggak masuk kelas bahasa?"
"Nanti nggak sekelas sama lo," balas Erlan dan Lavina jadi tertawa pelan.
"Lo paling bisa bikin gue besar kepala."
"Tapi gue nggak bisa bikin lo berpaling dari Arsen," balas Erlan pelan.
Lavina hanya melirik sekilas lalu diam. Arsenio tetap tak bisa terganti saat ini. Selain cinta pertama, Arseniolah yang mengajarkan banyak hal tentang cinta pertama kali. Tentang bahagia pertama kali punya pacar, tentang sabar, tentang bagaimana memahami pasangan, tentang rindu dan cinta sendiri pertama kali. Seketika dia rindu diusap kepalanya, rindu disentil keningnya, rindu melihat senyum langka Arsenio untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavina [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]
Teen FictionLavina Asha dan Arsenio Abrisam adalah pasangan kekasih di SMA Nusa Cendekia. Arsenio yang cool terkesan cuek sering membuat Lavina bertanya-tanya apakah hanya dia yang memiliki perasaan cinta, apakah Arsenio jenuh atau menyesal menjadi kekasihnya...