23

222K 21.7K 1.3K
                                    

Akhirnya Lavina tumbang juga, tak ada lagi daya untuk beranjak dari tempat tidur. Dia tidur sejak pulang dari sekolah tanpa mengganti seragamnya terlebih dahulu. Kini langit mulai gelap pertanda malam akan segera datang. Tapi Lavina masih enggan untuk bangkit.

"Lav, Mama masuk ya?" Marisha mengetuk pintu Lavina terlebih dahulu barulah dia masuk.

"Gimana Sayang? Masih nggak enak badannya?" tanya Marisha sembari memegang pipi Lavina.

"Lav pusing, Ma."

"Tadi obatnya udah diminum kan?"

"Udah Ma."

"Mama cek dulu ya? Demammu masih belum turun kayaknya."

Melihat angka di termometer Marisha sempat melebarkan matanya.

"Lav, kita ke rumah sakit aja ya? Suhu badanmu masih 38.1 cuma turun dikit dari pertama dicek. Paracetamolnya udah diminum kan?"

"Udah Ma. Lav nggak mau ke rumah sakit. Nanti juga turun kok, Ma. Tunggu aja, Lav cuma kecapekan."

"Kamu jangan terlalu menforsir pikiran sama tenaga. Santai aja yang penting fokus. Mama sama Papa nggak minta kamu juara satu di ujian nasional. Soal kamu mau ikut SBMPTN belajar pelan-pelan aja daripada sakit begini."

"Ya, Ma."

"Ayo Mama bantu bangun. Ganti baju dulu, seragammu banyak kumannya."

"Makasih ya Ma."

"Iya, Lav." Marisha mencarikan baju tidur untuk Lavina.

"Ma, kalau Lav nggak lolos SBMPTN gimana?"

"Jangan pesimis. Asal kamu sudah berusaha dan berdoa, Mama dan Papa nggak akan kecewa. Usaha dan doa nggak akan mengkhianati hasil. Ok?"

"Besok Lav nggak masuk sekolah dulu boleh, Ma?"

"Iya. Besok Mama hubungi wali kelasmu. Cepat ganti bajumu, bentar lagi papa pulang. Dimarahin Papa nanti kalau lihat kamu masih pakai seragam."

"Ma..."

"Apa?"

"Mama sama Papa dulu ketemunya di mana?"

"Kok tahu-tahu nanya gitu?"

"Mau tahu aja."

"Sakit kok nanyanya aneh-aneh. Lagi ada masalah sama Arsen?"

"Enggak Ma."

"Yakin?"

"Beneran Ma."

"Syukur deh. Tadi Arsen juga telpon Mama nanyain kamu udah sehat belum."

"Arsen nelpon Mama?" Seketika Lavina membelalakkan matanya.

"Iya."

"Kenapa malah telpon Mama? Harusnya kan telepon Lav. Aneh!"

"Mungkin nggak mau ganggu kamu. Lagian kamu pulang sekolah juga langsung tidur. Arsen sering kok hubungin Mama nanyain kamu."

"Yang pacarnya kan Lavlav bukan Mama."

"Kamu cemburu juga sama Mama?" Marisha menyentil hidung Lavina.

"Jadi Arsen sering hubungi Mama?"

"Iya."

"Nanya apa Ma?"

"Ya, nanya kamu lagi ngapain."

"Kok Arsen malah nanya Mama sih? Arsen itu jarang chat Lav, Ma. Kalau Lav chat balasnya lima tahun kemudian."

Lavina [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang