20

209K 20.2K 2.5K
                                    

Berita putusnya Lavina dengan Arsenio pun merebak setelah seminggu berlalu melihat Lavina tak pernah lagi menyambangi kelas maupun nempel pada Arsenio. Tentu saja berita yang berhembus melukainya. Siapa yang tak akan sakit hati ketika putus cinta tapi banyak yang bahagia? Bahagia akhirnya Arsenio terbebas dari kungkungannya. Itu berita yang Lavina dengar dari selentingan. Mereka senang akhirnya Arsenio tak lagi tertekan. Rasanya ingin menangis tapi Lavina selalu bersembunyi di balik senyum manisnya.

Lavina berjalan sendirian menuju taman yang biasanya dia hindari. Sebenarnya dia bukan mau ke taman, lebih tepatnya dia menuju kolam renang yang gedungnya berada tepat disebelah taman. Dia ingin berenang sebentar sebelum berangkat les. Melampiaskan emosinya dengan berendam air dingin.

Kolam renang masih sepi di jam pulang sekolah. Anak klub renang belum mulai menggunakannya. Lavina mengganti pakaiannya dan memasukkan tasnya ke dalam loker. Awalnya Lavina mencelupkan kakinya, lalu seluruh badannya masuk hingga kepalanya. Lavina baru muncul setelah menahan napas cukup lama. Matanya sudah memerah, bahkan air matanya sudah luruh. Lavina kembali mencelupkan kepalanya ke dalam air. Dia belum mulai berenang, hanya memasukkan kepalanya ke dalam air berkali-kali.

"Lav, lo ngapain?" seru Erlan dari pinggir kolam tapi Lavina tak mendengarnya.

"Lav, Lavina Asha!"

Melihat Lavina tak mendengarnya malah terus memasukkan kepala ke dalam air, Erlan pun ikut masuk ke dalam air merasa khawatir.

"Hei, lo ngapain?" tanya Erlan menarik Lavina keluar.

"Erlan, lo ngapain?" tanya balik Lavina, kaget.

"Harusnya gue yang nanya lo ngapain masukkin kepala ke dalam air lama banget?"

"Gue..." Lavina tak mampu melanjutkan kata-katanya. Dia menunduk, matanya sudah menerah. Tapi Erlan tak memberinya waktu untuk menangis, Lavina langsung ditarik ke pinggir kolam.

"Jangan lakuin gini lagi, apalagi sendirian. Kalau lo kenapa-napa siapa yang mau nolongin lo? Buruan naik." Erlan memaksa Lavina naik ke pinggir kolam, menyerahkan handuk pada Lavina.

"Kenapa lo?" tanya Erlan melihat Lavina terus memperhatikannya.

"Lo nyemplung kolam pakai seragam?" Mata Lavina tertuju pada seragam krem lengkap dengan dasi merah yang dipakai Erlan. Terlihat jelas Lavina menahan tawa.

"Nggak usah ketawa. Mana sempet gue ganti baju. Keburu lo kenapa-kenapa lagi." Erlan membuang muka, malu. Badannya jelas terekspos meski memakai seragam. "Pinjem handuk lo sini," lanjut Erlan sembari menarik handuk Lavina.

"Makasih ya. Tapi gue cuma mau berenang. Gue nggak akan kenapa-kenapa. Lo nggak lihat gue udah niat banget mau renang. Lihat nih baju renang gue."

"Ya gue kan khawatir."

"Makasih ya udah khawatirin gue," ucap Lavina. Tangannya menoel-noel pipi Erlan agar tersenyum. "Senyum dong, jangan marah-marah mulu. Jelek tahu."

"Gue udah senyum."

"Mana? Gue nggak lihat, hadap sini dong. Hei, lihat sini!" Lavina menarik dagu Erlan dan mereka saling tatap. "Coba gue lihat senyumnya," seru Lavina biasa saja sedangkan Erlan sudah salah tingkah.

"Makasih ya," ucap Lavina lagi lalu menghadap ke depan.

"Lo kalau kenapa-kenapa cerita. Jangan lakuin hal bodoh."

"Gue lagi renang bukan lagi ngelakuin hal bodoh."

"Nggak perlu lo ngeyakinin orang lain, yakinin aja diri lo sendiri," balas Erlan.

Lavina [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang