PART 20

90 2 0
                                    

Aku membawa bukuku yang lumayan banyak pagi ini ke kelas Biologi. Sekolah sudah lumayan ramai-aku kesiangan hari ini-dan gak heran kalau Mikha udah di kelas.

Memikirkan Mikha, aku mempercepat langkahku ke kelas. And finally, sampai.

Aku berjalan ke meja favoritku, dan…………………………

Berpuluh-puluh bunga mawar merah ada di atas mejaku. Aku terkejut, kemudian menaruh bukuku yang banyak itu ke meja lain.

Cewek-cewek di kelas menatapku dengan tatapan ‘envy’ dan melirik bunga-bunga mawar yang ada itu dengan tatapan memuja.

Aku duduk di kursiku, menghadap ke mejaku yang nyaris seluruhnya tertutup dengan bunga mawar.

Dan di tengahnya, ada memo:

Morning Mona…

If I had a flower for every time I thought of you, I could walk in my garden forever. And here’s the flower, anyway.

I just love you more and more, Mona.

And now, I know that you’re so curious. I will tell about myself as soon as possible. I don’t wanna lose you, really.

Je t’aime, Mona Louissa,

Your Admirer :)

Dan ada satu kotak berwarna coklat muda dihiasi pita pink lembut. Aku mengambil kotak itu dengan gemetar, dan membukanya.

Oh. No.

Sebuah frame handmade, berbentuk persegi dan ujung-ujungnya dihiasi dengan gambar piano putih, serta balok-balok nada.

Framenya bagus. Sangat kreatif. Namun foto yang ada disitu yang membuatku tercengang.

Fotoku ketika memegang piala di Gedung Olimpiade Sains kemaren. Dan entah efek cahaya atau apa, Mona di foto ini luar biasa cantiknya. Tersenyum penuh kebahagiaan.

Dan lagi-lagi ada memonya, namun pendek saja:

There’s no reason for me to not fall in love with you. Stay flawless. I love you, Mona Louissa.

Bisa kurasakan ada yang mengalir dari mataku, perlahan namun pasti. Aku tertunduk, dan perasaanku campur aduk. Antara senang, bahagia, tersentuh, terharu, sedih.

Siapapun secret admirer ini, selalu bisa bikin mood aku naik, walaupun aku kepo ujung-ujungnya. Oh my god… Siapa sih dia?

Lalu tiba-tiba ada jari yang menghapus air mataku dengan lembut. Aku mengangkat kepalaku.

Reuben.

“Why are you crying?”

“Is there something hurt you?” Terdengar suara di belakangku. Aku menoleh.

Mada.

Oke, ini aneh. Kenapa mereka tiba-tiba datang?

“Are you okay?” Suara dibelakang lagi. Dan tanpa perlu menoleh aku tau suara siapa itu.

Jeremy.

Aku melirik sekitarku. Kurang satu orang, atau drama ini bakal lengkap.

“Secret admirer lagi?” tanya Reuben sambil menunjuk mawar-mawar yang ada di mejaku. Aku mengangguk. “Then why are you crying?”

Aku mengangkat frame. Reuben mengambilnya. Wajahnya langsung berubah. Terkejut iya, namun…. tampak puas?

Ia melirik Mada dan Jeremy sebentar, kemudian mengembalikan frame itu ke tanganku.

Reuben mengacak-acak rambutku, “Don’t cry Mona. Your secret admirer is sweet.”

Tepat saat Reuben menaruh tangannya di kepalaku, Mikha berdiri di ambang kelas. Wajahnya sempat terkejut sebentar, lalu ia masuk dan tersenyum.

“Hey guys…” Mikha menaruh tasnya di sebelahku. Lalu matanya membulat besar begitu melihat bunga mawar di atas mejaku. “Wow, secret admirer again, eh?”

Aku mengangguk pelan.

Namun tepat pada saat itu juga, Reuben, Mada, dan Jeremy saling tatap penuh kode.

Wow wait wait… I think….

Ada rahasia antara Reuben, Mada, Jeremy…… dan juga Mikha.

Music Is Our Way (The Overtunes Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang