PART 3

255 6 0
                                    

“Bye, Mona! Aku duluan ya! See ya tomorrow!”

Reuben kemudian berlalu dari hadapanku. Well, akhirnya selesai juga essay yang aku kerjain bareng Reuben.

Aku keluar dari ruang Olimpiade. Sekolah bener-bener sudah sepi. Well, ini udah jam 5 sore, sih. Jadinya gak heran kalo udah sesepi ini.

Aku melewati ruang alat musik, kemudian berhenti di depan ruangan itu.

Dan tanpa sadar aku membuka pintunya perlahan dan masuk kesana.

Sinar matahari sore masuk ke dalam ruangan ini melewati jendela, dan menimpa Grand Piano berwarna putih yang berada di tengah-tengah ruangan.

Aku menaruh tas ku di lantai dan berjalan perlahan ke arah piano itu. Aku duduk dan mengelus permukaan piano itu dengan jariku yang bergetar.

Sebenarnya, aku suka musik.

Aku bisa nyanyi, dan main piano.

But nobody knows it because…

Orang-orang taunya aku cuma pintar di pelajaran, bukan di musik. Tapi sebenarnya, aku bener-bener jatuh cinta sama musik.

Dan pengumuman yang dikasih tau sama Ms. Kath tadi bener-bener bikin galau. Should I join that?

Aku memencet tuts-tuts piano itu perlahan, kemudian mulai memainkan intro sebuah lagu.

(nowplaying: Lost - Michael Buble. Ceritanya si Mona mainin lagu Lost pake piano sambil nyanyi)

“And God I hope it’s not too late… It’s not too late…”

Aku berhenti memainkan piano dan berhenti bernyanyi. Oh God, this is so true! Gak ada yang bisa nandingin rasa bahagia waktu aku nyanyi sambil main piano. Bahkan menang juara satu lomba nasional Olimpiade sama Reuben pun gak sebahagia ini rasanya.

Aku menatap jemariku di atas tuts piano, tertimpa sinar matahari sore.

Dan tiba-tiba dari belakang ada suara merdu yang membuatku merinding.

“Cause you’re not alone…”

Aku tidak bergerak sedikitpun. Suaranya yang lembut membuatku membeku seketika. Suaranya bagus banget! Siapa? Siapa?

Dan ternyata……………

Mikha duduk di sebelahku, lalu jemarinya berlari di tuts-tuts piano dan memainkan lagu Lost yang hanya setengah kumainkan tadi.

(nowplaying: Mikha Angelo - Lost ayoo bacanya sambil dengerin mikha nyanyi lost yaa :3)

“I’m always there with you, and we’ll get lost together, till the light comes pouring through. Cause when you feel like you’re done, and the darkness has won, babe you’re not lost…”

Mikha mahir banget mainin piano dan suaranya itu loh! OHMYGOD banget! Aku langsung melted, dan yes, siapa yang gak melting sih duduk di sebelah cowok ganteng kayak Mikha, dimainin piano dan ternyata suaranya bagus banget?

Mikha mengakhiri piano dan nyanyiannya dengan manis. Lalu ia memalingkan wajahnya dan menatapku sambil tersenyum, “Suara kamu bagus. Aku dengar tadi. Dan ternyata cewek paling pintar seangkatan kayak kamu, punya suara yang kece, haha…”

Aku cuma bisa senyum, kemudian menatap mata Mikha yang berkilau tertimpa cahaya matahari. “Suara kamu juga bagus banget, lembut dan bikin meleleh. Dan ternyata cowok paling famous di sekolah, jago di lapangan bola punya suara yang lembut banget.”

Kami berdua kemudian tertawa berbarengan (duhhh ketawa bareng mik<3)

Mikha berhenti tertawa dan menatap mataku. Please, Mikha. Bisa stop mandangin aku pake matamu yang berkilau itu gak?

“Seriously, suara kamu bagus banget tau. Kenapa kamu gak ikut acara musik sekolah aja nanti? Dan kenapa selama ini kamu gak nunjukkin kalo kamu berbakat di musik?”

Pertanyaan Mikha yang beruntun tadi membuat tawaku hilang seketika. “Well, gak semua hal harus ditunjukin kan, Mik?”

Mikha tersenyum manis………..banget. “Mona….” katanya lembut. Jantung aku langsung dag dig dug gak karuan begitu Mikha nyebut nama aku. That was the first time he said my name. “Ini masalah bakat. Bakat kamu itu harus ditunjukin, trust me!”

Aku memalingkan muka dan berhenti sebentar. Bener kata Mikha, ini masalah bakat…

Kemudian aku berpaling dan menatap wajah Mikha. “Okay, aku ikut acara musik itu kalo kamu ikut. Kamu juga harus nunjukkin bakat kamu, kan? Biarin orang tau kalo Mikha Angelo, yang jago di lapangan bola berbakat banget di musik. Deal?”

Mikha kemudian tertawa. “Hahaha, Mona… Kalau kamu ikut ya jelas aku ikut lah! Kan kita bakal duet nanti di acara musik!”

WHAT? DUET BARENG MIKHA? ASDFGHJKL.

“Hah? Sorry, Mik?”

“Hahaha, gini, deh. Kamu ikutan acara itu, and yes surely me too. Kita satu team tapi,” bisik Mikha lembut sambil tersenyum.

Dan bisa aku rasain semua darah lari ke pipiku. Oh God, Mikha bikin blushing!

“Satu team?” tanyaku sambil tersenyum. Senyum malu-malu tepatnya haha!

Mikha mengangguk. “Yes! Well, udah sore banget. I have to go, Mama bakalan nyariin aku nanti. Maaf gak bisa ngantar kamu pulang, Mona. Well, glad to know that you’re going to join that event, and see ya tomorrow! Oh yeah, I love your voice anyway!”

Mikha kemudian berdiri dari bangkunya dan mengacak-acak rambutku terlebih dahulu sebelum pergi. Mikha tertawa kemudian pergi ke luar ruangan.

And I’m here alone.

Percaya gak sih, Mikha yang jago di lapangan bola bisa punya suara selembut dan sebagus itu? Jago main piano lagi!

Dan barusan aja dia bilang kalau aku harus ikut event itu satu team bareng dia, dan sebelum dia pergi dia ngacak-ngacak rambut aku! WOW.

Aku diam beberapa saat, kemudian berdiri dan mengambil tasku. Baru saja aku mau keluar dari ruangan, tiba-tiba Mikha muncul.

“Mik?” tanyaku kaget.

“Well, I forgot one thing. Masalah kita bakal ikut lomba ini, jangan kasitau siapa-siapa dulu ya. Biar jadi surprise, cuma kita berdua yang tau.”

Aku cuma bisa ngangguk pelan, kemudian Mikha tersenyum dan mengacungkan jempolnya, kemudian pergi.

Cuma kita berdua yang tau…

Cara Mikha ngomong kalimat itu bener-bener bikin kalau ini rahasia. Antara aku. Sama Mikha.

Ini berasa mimpi. Please, tell me that this is not dream anymore.

Disenyumin Mikha berulang kali, dan hey, satu team bareng dia?

Aku kemudian menggeleng cepat-cepat. NO WAY, aku gak boleh suka sama dia. Ini baru permulaan, Mona.

Tapi… lagu Lost di ruang musik tadi, tatapan Mikha, all about him in Music Room…

I think I’m going crazy because of Mikha today.

Music Is Our Way (The Overtunes Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang