PART 29

124 3 0
                                    

Pulang sekolah, and FYI sudah 3 hari gak ketemu dengan layak sama Mikha.

Aku membawa buku-buku ku sambil berjalan ke taman sekolah. Reuben tadi menelponku, katanya semua udah ngumpul di taman sekolah.

Dan Reuben bilang semua. Berarti ada Mikha!

Juju raja, 3 hari gak ketemu Mikha dengan layak rasanya galau abis. Maksudnya layak, itu kayak sebelum-sebelumnya. Ngobrol bareng. He holds my hands. Hugs me. Something like that.

Akhir-akhir ini Mikha nampak sibuk. Dua hari lalu wajahnya terlihat kelelahan, dan kusimpulkan itu karena dia latihan bola. Dan tadi pagi, wajahnya pucat bukan main. Waktu aku tanya, Mikha bilang dia gak apa-apa.

“Calm down, Mona. Aku cuma nervous,” kata Mikha, tepat pada saat bel berbunyi.

“Nervous kenapa?” tanyaku berbisik.

Mikha menggeleng lalu tersenyum. “Secret!”

Lalu kami berdua sibuk mengerjakan tugas. Selalu seperti itu. Dan setiap istirahat dia juga langsung pergi keluar kelas, entah kemana. Dan waktu bel pulang berbunyi, dia orang pertama yang ninggalin kelas.

Aneh, kan? Bener-bener gak layak!

Di taman sekolah lumayan ramai karena bel pulang baru 5 menit yang lalu berbunyi. Aku melihat Reuben dan bergegas mendatanginya.

“Hi, Reu!”

Reuben menoleh, “Oh, hi Mona!”

Kulihat Mada dengan botol jusnya-yang pastinya dari Jane karena ada Jane juga disini-lalu Jeremy yang asik membalas sapaan cewek-cewek. Namun, gak ada Mikha.

“Reu, Mikha mana?” tanyaku segera.

Wajah Reuben membeku. “Rrrr, gak tau. Mad, Mikha pulang duluan ya tadi?”

Mada mengacungkan ibu jarinya. Lalu mengobrol dengan Jane. Hmmm, kalau aja Mikha ada disini pasti aku udah ngolokin dia sama Jane.

Aku gelisah. “Mikha should be here too.”

Reuben mengusap kepalaku pelan, “Tenang, Mon. He’s not gone kok. Dia lagi nyiapin something aja…”

“Something what?”

“I don’t know…”

Huft.

“Reu, Mikha must be angry with me. Waktu aku nyari secret admirer ke taman, dia bilang dia gak bakal ganggu aku lagi, cause he said I looked so in love with secret admirer!”

Reuben tertawa. “Mikha gak marah, Mona. Keep calm aja deh.”

Reuben kemudian mendatangi Mada sementara aku masih memikirkan Mikha.

Duh, Mik. Where have you been sih?!

Lalu Mada merangkulku tiba-tiba dan Jane sudah berjalan disampingku, kelewat girang. “Kita ke loker dulu ya, baju bola aku harus dicuci. Mama told me this morning.”

Maka aku pasrah saja dibawa ke ruang loker, lesu karena gak ada Mikha.

Sesampainya di ruang loker, Mada langsung membuka lokernya ditemani Jeremy. Reuben menuju lokernya dan menaruh bukunya.

Jane sendiri duduk di bangku dekat pintu.

Melihat buku, aku teringat novel Romeo Juliet ku yang hilang entah kemana. Sudah dari audisi aku nyariin tapi gak ada dimana-mana. Dan aku baru ingat kalau aku belum ngecek loker.

“Jane, aku cek loker dulu, ya. Kayaknya buku Romeo Juliet ku disitu,” kataku. Jane mengangguk sambil tersenyum girang.

Jane akhir-akhir ini terlalu girang. Hmm, she must be fall in love with… Mada! Hahahaha.

Music Is Our Way (The Overtunes Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang