PART 6

141 3 0
                                    

“HEY MONA!”

Okay, he’s right. I’m so surprised.

Reuben, Mada, dan Jeremy berdiri di depanku. Reuben memegang gitar, Jeremy memegang bass, dan Mada memutar-mutarkan stik drum dengan ahli.

Aku melirik Mikha, bertanya apa maksudnya ini. Kemudian Mikha tertawa dan berjalan mendekati Reuben dan merangkulnya.

“Reu, you can explain it to Mona,” kata Mikha sambil tersenyum.

Reuben kemudian maju dan berdiri tepat di depanku. Aku mengangkat alis, bingung.

“So, Mona… Mikha cerita ke kami, kalau kamu bakalan ikutan acara musik di sekolah. Daaann, kamu pasti tau kan kalo Mikha itu ternyata jago di musik?”

Aku mengangguk. Tapi, semuanya masih membingungkan.

“Tapi, kamu tau gak kalau aku, Mada, sama Jeremy juga bisa main musik?”

WHAT? SERIOUSLY INI MAH?!

“Reu? Are you serious?” tanyaku, too shocked.

Reuben mengangguk sambil tertawa--tawa khasnya. “Iyap, serius, Mona. Dan, selebihnya Mikha bakal bilang langsung ke kamu, sekarang.”

Mikha menatapku, “All you have to do is just watching us now.”

Mikha mengambilkan kursi kayu dan menyuruhku duduk. Reuben langsung mengambil gitarnya, Mada siap dengan cajonnya, Jeremy memetik bassnya. Sedangkan Mikha mengambil gitarnya dan menghadapku.

Mikha menoleh ke Reuben, Mada, dan Jeremy, “Are you ready guys?”

Mereka bertiga mengangguk kompak. Mikha kemudian menatapku, “Mona Louissa, My Heart is Yours……”

Aku sudah menahan nafasku.

“… by Justin Nozuka.”

Oh my God. Mikha bikin jantungan. Ternyata lagu nya Justin Nozuka. Kirain….. WAIT, jadi aku ngarep dia bakalan bilang gitu?!

Reuben mulai memainkan gitarnya, begitu pula dengan Jeremy dan bassnya, serta Mada dan cajonnya. Mikha memetik gitarnya.

(nowplaying: My Heart is Yours - The Overtunes (Justin Nozuka Cover) read this part with listen to this sonng :) here's the link: https://soundcloud.com/theovertunes-sound/my-heart-is-yours-justin

“This morning I woke up beside the river.The grass and trees were green, flowers became blooming, and birds were sweetly singing…”

Langsung saja ruangan ini dipenuhi oleh musik yang dimainkan mereka berempat. Suara Mikha mengalun baik dengan nada-nada yang dimainkan olehnya, Reuben, Jeremy, dan Mada.

Suara Mikha bener-bener bagus. Tapi yang bikin aku lebih takjub adalah Reuben, Jeremy, dan Mada yang ternyata jago banget main alat musik!

Mereka, bintang-bintang di lapangan bola, yang kalau lewat sering dikejarin sama fans mereka, sekarang ada di depan aku, nyanyiin lagu dan rasanya…… Nge fly. Banget.

“Oh darling when you look at me it’s just like the summer breeze. My heart…” Mikha terus menatapku saat menyanyikan lirik yang, well lumayan bikin ngefly. Dan mata aku juga udah gak bisa lepas dari mereka. Jadi aku cuma duduk sambil mandangin mereka semua, takjub dan melting. “So close your eyes and listen to the moonlight melody… darling dance with me, darling dance with me, darling dance with me.”

Aku bener-bener gak tau lagi harus ngomong apa. Mereka bener-bener amazing! Rasanya tuh ada yang terbang di hati, di perut. Rasanya…. bahagia.

Dan…… selesai.

Aku berdiri dan bertepuk tangan. Sendirian. Wajah mereka langsung sumringah begitu melihat wajahku yang takjub dan tepuk tanganku selama satu menit penuh.

“Guys. Kalian. Keren. Banget. Unbeliavable. But. This. Is. True,” kataku terpotong-potong, saking speechlessnya.

Mikha langsung sumringah, Reuben tersenyum senang, Jeremy dan Mada langsung berhigh five ria.

“So, gimana?” tanya Mikha.

“Gimana apanya?” tanyaku bingung. Masih terpesona.

“Mau tampil bareng kami gak di acara musik sekolah nanti? Kita bakalan latihan bareng-bareng, ikut audisi bareng, berhasil bareng, dan tampil di acara musik sekolah bareng. Mona, kamu mau?” tanya Mikha sambil tersenyum. Reuben, Jeremy, dan Mada pun ikut menatapku dan tersenyum.

Aku tertawa, bingung. “Ini kebalik. Harusnya aku yang nanya, kalian mau nampil bareng aku atau gak. Kalian keren banget begini, dan aku? Gak ada apa-apanya kalau dibandingin sama kalian, guys…”

Reuben segera menggeleng. “Gak, Mona. Kami udah denger dari Mikha, suara kamu memang bagus. We believe what Mikha says…”

Mikha menatapku. “And I believe you.”

I believe you…

Mata-mata mereka cuma bikin aku tambah meleleh.

“Guys, aku gak mungkin nolak kalian. So, yes! Iya, aku mau, pake BANGET, gabung dan tampil bareng kalian!” kataku sambil tertawa.

Mikha langsung terlihat lega, Reuben dan Jeremy tertawa, Mada tersenyum.

This is just so perfect. Perfect moment for perfect day.

Mikha, Reuben, Jeremy, dan Mada kemudian mendekat kepadaku dan membentuk lingkaran. Mikha dan Reuben berada di kanan kiriku dan langsung merangkulku ke dalam lingkaran.

“So,” kata Mada. “Are you ready for that event guys?”

“YEAHHH!” seru Jeremy bersemangat. Aku tertawa.

“So, ARE YOU READY GUYS?!!” seru Mada sambil tertawa.

“YEAAHHH!” Aku berteriak, bareng dengan Mikha, Reuben, dan Jeremy.

Kemudian kami berlima tertawa bersama-sama. Melihat tawa Mikha, Reuben, Jeremy, dan Mada untuk pertama kalinya.

Dan aku yakin ini bukan yang terakhir. Hari-hari ku baru saja dimulai bersama mereka. Hari-hari indah.

This is just so right.

Music Is Our Way (The Overtunes Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang