PART 4

196 4 0
                                    

Wednesday, Biology Class, Rainy Day

Cuaca hari ini bener-bener bikin beku! Bayangin aja, hujan dari tadi malam, dan anehnya, aku gak ngerasa dingin tadi malam. And for your information, aku mimpi Mikha tadi malam. Ini seriusan. I dreamed Mikha last night.

Yah, mimpinya rada gak jelas gitu sih, cuma ada Mikha duduk di depan aku sambil main gitar. Tapi satu hal; dia main gitar dan matanya gak pernah lepas dari mata aku. Dia selalu ngeliatin aku, and hmmm, I could say that his eyes were sparkling.

TAPI, itu kan cuma mimpi, so calm down, Mona. Calm down. Okay.

Aku melirik halaman sekolahku yang benar-benar luas dari kaca mobil. Sekolah masih sepi, seperti biasanya. Aku memang selalu berangkat pagi-pagi ke sekolah, don’t know why. Aku turun dari mobil dan segera saja hujan mulai membasahi rambutku.

Aku memegang erat buku-buku yang kubawa hari ini, melindungi mereka dari hujan yang lumayan deras ini. Dan gak tau kenapa buat sampai di tempat yang teduh rasanya lama banget…………..

Dan tiba-tiba butiran air hujan tidak terasa lagi kepalaku. Aku diam sebentar, lalu menoleh.

Seseorang telah melindungiku dengan jaket coklatnya….

Seseorang itu pun ikut berlindung dengan jaketnya dari hujan…

Seseorang itu merentangkan jaketnya di atas kepala kami berdua…

Dan sekarang, seseorang itu tersenyum kepadaku…

“Morning, Mona!” sapanya sambil tersenyum manis.

Okay. Take a deep breath, Mona. Calm down….

“Morning too, Mikha…” kataku pelan, sambil membalas senyumnya.

Kami berdua sampai di koridor sekolah, kemudian Mikha menurunkan jaket coklatnya dari kepala kami berdua. Bisa kulihat ada beberapa butiran air hujan turun dari rambutnya yang hitam itu.

“Thanks, Mik, for your jacket…” kataku.

Okay. Yang tadi ngelindungin aku dari hujan itu Mikha, pake jaket coklatnya, dan dia orang pertama yang bilang ‘morning’ ke aku. Pake senyum. Manis. Okay, I’m going crazy now.

“Anytime,” kata Mikha sambil tersenyum. Kemudian kami berdua jalan beriringan menyusuri koridor sekolah yang sepi.

Okay, this is awkward. Pernah mikirin gak sih, bakalan jalan di koridor sekolah, cuma berdua, dan sepi, sama Mikha Angelo, bintang sekolah dan bintang lapangan bola? Dan tadi dia ngelakuin hal yang terlalu manis buat aku. Okay, ini epic.

What should I do……

Dan entah kenapa koridor sekolah ini rasanya jadi panjang banget. Kapan sampainya di kelas? Oh my god.

“Mik, can I ask you something?” tanyaku tiba-tiba.

Mikha menoleh dan menatapku. Oh please… stop staring at me like that, Mik. Your eyes…. “Sure… Just ask me anything you want.”

“Kenapa pagi ini kamu datang pagi banget? Biasanya kan gak sepagi ini. Is there any particular reason?”

Mikha tertawa. “Well, aneh ya liat aku datang pagi banget?” tanya Mikha. Aku mengangguk. “Haha, iya, aku sengaja. Soalnya aku tau kamu sering datang pagi ke sekolah, ya udah jadi aku datang pagi juga.”

WHAT? WHAT DID HE SAY?

“Sorry, Mik?” tanyaku, shock. Sengaja datang pagi gara-gara aku datang pagi? Rrr……

Mikha is laughing again. “Kan kita bakalan jadi team nanti, jadi ya gak ada salahnya aku datang pagi and spend my time with you.”

Spend my time with you, he said?

Music Is Our Way (The Overtunes Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang