PART 10

108 4 0
                                    

Kejadian kemaren sore di ruang musik sama Mikha, bener-bener bikin aku gak bisa tidur semalaman.

That was the first time Mikha wiped my tears away.

And oh yeah, I’m officialy fall in love with him. Yup, rasanya aneh banget baru suka sama Mikha sekarang. Kemana aja aku dari dulu?

Dan pagi ini rasanya aku udah gak sabar buat ketemu sama Mikha. I wanna see his smile, his laugh, hear his voice, everything about him!

Tapi, gara-gara gak bisa tidur tadi malam, aku jadi overslept daan kesiangan berangkat ke sekolahnya.

And well, finally. Akhirnya nyampe juga di sekolah. Aku melirik lewat jendela mobil dan sekolah udah lumayan rame. Aku segera turun dari mobil.

The sun is shining so brightly today. Have a sunny day, Mona Louissa!

Aku berjalan di lorong dengan perasaan bahagia. Okay, ini jarang banget kejadian. This is just because of him, Mikha. Hahahahaha. The power of fall in love.

Aku melewati lorong sambil bersenandung kecil. But suddenly….......

Ada yang nutupin mata aku dari belakang. Who is that?!

Aku pun langsung panik karena aku gak suka sama kegelapan. Yup, aku phobia sama kegelapan.

Aku memegang tangan yang menutupi mataku dan berusaha melepaskannya. Namun nihil. Tangannya kuat sekali menutupi mataku.

Kemudian aku mendengar jeritan cewek-cewek, “AWWW, SO SWEET! AAA WANT IT TOO!”

Aku masih memegang tangan itu kemudian berpikir. So sweet? Well, I think I know…

Kemudian ada yang berbisik di telingaku. “Good morning Mona, have a nice day!”

Kemudian tangan itu terlepas dari mataku. Fiuh, akhirnya bisa liat cahaya lagi! Aku segera menoleh, kepo siapa yang iseng ngerjain aku. Sebenarnya dari suaranya sih udah tau dan ternyata….

Mikha dengan gitarnya, lagi asyik ketawa. Moodbooster banget gak sih pagi-pagi udah liat Mikha ketawa?

“Mikhaaa!! Iseng banget, sih!” rutukku kesal.

Mikha masih ketawa. “Hey, Mona. Tumben datang gak pagi-pagi…”

Aku pura-pura ngambek. Aku berjalan dan mengabaikan Mikha.

Sebenarnya… ini nyiksa, sih. Mana bisa ngambek sama cowok sekece Mikha? But, let me try it once, HAHAHA.

Mikha kemudian mengejarku. “Hey, Mon! Don’t get mad, I’m just joking…” kata Mikha, berusaha mensejajarkan langkahnya denganku.

“But that wasn’t funny, Mik.”

Mikha kemudian berdiri di depanku. Aku berhenti berjalan. “Well, I’m sorry, Mona,” kata Mikha lembut dan tulus. Matanya bersinar saat menatapku.

Aduh skakmat ini namanya. Serangan tanpa persiapan. Mik, your eyes, duh. Mau gak mau harus stop pura-pura ngambek.

“Well, nevermind. But fyi, aku takut gelap, Mik. Tadi itu lumayan nakutin,” kataku sambil tersenyum lemah.

“Kamu takut gelap? Maaf, ya Mona…” kata Mikha, merasa bersalah banget.

“Hehe, gak apa, Mik. Aku tadi cuma sok ngambek aja, hahaha!”

Mikha kemudian menatapku sambil cemberut. Ia lalu mengacak-acak rambutku dengan gemas. “Dasar ya, Monaaa!”

Aku dan Mikha tertawa. Kemudian berjalan di koridor sambil mengobrol seru. Dan untuk pagi ini, aku gak perduli sama yang natap aku dengan tatapan envy or something like that. I’m with my crush now.

Mikha mengantarku sampai ke kelas Sejarah. Dan aku baru ingat kalau pagi ini aku gak satu kelas bareng Mikha.

“Well, sayang banget kita gak sekelas pagi ini,” kata Mikha sedih.

Aku tertawa. “Gak apa kali, Mik.”

“Coba aja aku bisa ganti kelas. But, I have to practice this morning.”

Aku tersenyum. “Semangat latihannya, Mr. Brahmantyo!”

“Haha, don’t miss me ya, Ms. Louissa! Haha lol,” kata Mikha tertawa sambil mengacak-acak rambutku. Hobinya Mikha kali nih ya………

Mikha kemudian berlalu dari hadapanku sambil membawa gitarnya.

“Yes, Mik. I miss you already,” bisikku pelan begitu Mikha sudah tidak di pandangan lagi.

Music Is Our Way (The Overtunes Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang