PART 13

116 3 0
                                    

Aku berjalan ke lokerku, hendak mengambil novel yang sengaja kutaruh disana.

Sekolah masih ramai, padahal bel pulangan sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Dan hari ini aku latihan lagi bareng Mikha, Reuben, Jeremy, dan Mada di ruang musik! Wow, feel so excited!

Sesampainya di depan loker, aku langsung memasukkan kombinasi angka dan lokerku terbuka. Begitu aku membuka loker, sebuah buket bunga memenuhi isi loker.

Aku terkejut dan langsung menutup lokerku. Ada buket bunga! OMG!

Aku menarik nafas dalam-dalam dan kembali membuka lokerku perlahan-lahan/ Dan tetap, ada sebuket mawar merah di sana.

Aku mengambilnya perlahan kemudian mencium mawar-mawar itu. Harum banget. Seketika pipiku langsung bersemu merah.

Kemudian ada yang terjatuh dari buket itu. Aku menunduk dan melihat sepucuk surat. Aku memungutnya kemudian membacanya.

Halo, Mona.

Hope you have a nice day today. And these roses are special for you. But you are more beautiful than these roses. I cant do anything *hands up*

Well, don’t forget to have your lunch. And all I do this whole day is thinking, why are you so beautiful, Mona Louissa?

Love,

Your admirer :)

Aku nyaris serangan jantung begitu membaca surat itu. This is the first time I get this. Roses and sweet letters.

Aku nyaris nangis saking tersentuhnya. Siapapun yang ngirim ini, pasti dia tipe cowok yang suka bikin cewek melting. Yup, surely.

Aku melupakan novelku, kemudian membawa buket bunga itu ke ruang musik. Mana mungkin kan mawar sebagus ini aku simpan di loker?

Sesampainya di ruang musik, aku melihat Mada sedang sibuk dengan cajonnya, Jeremy asyik mengobrol dengan Mikha, dan Reuben dengan gitarnya.

“Halo guys, maaf telat,” kataku, berusaha menyembunyikan buket mawar, hendak menyimpannya di tas.

Namun, terlambat. Mada already saw the bouqet.

“Hey, Mon. Dapat mawar dari siapa, nih? Ecieeee….” kata Mada sambil ketawa.

Mada mendatangiku dan langsung mengambil buket itu. Aku cuma bisa….. well pasrah.

Mikha, Reuben, dan Jeremy langsung melirik buket mawar yang dipegang sama Mada. “Well, mawarnya bagus… Jadi, udah punya boyfriend nih sekarang?”

Aku cepat-cepat menggeleng. “Gak. Aku gak tau itu dari siapa, tadi ada di loker. Aku nyaris jantungan tau gak, sih.”

“Ecieee Mona, jadi sekarang udah punya pengagum rahasia, nih?” kata Mikha sambil tertawa.

Mada dan Jeremy ikut tertawa. Namun Reuben tampak gelisah. “Guys, latihan yuk.”

Aku buru-buru mengangguk. “Yuk latihan. Itu bunga gak usah dipikirin.”

Mada meletakkan bunga itu disamping tasku, kemudian ia sibuk dengan cajonnya. Mikha dengan gitar kesayangannya, Reuben dengan gitarnya, dan Jeremy dengan bassnya.

Lagu buat latihan hari ini adalah Free Fallin. (nowplaying: Free Fallin - The Overtunes) Lagunya asik dan lagi-lagi suara Mikha bikin melting. Dan suaraku hari ini gak malu-maluin. Well, syukurlah.

Selesai latihan lagu pertama, biasanya kami break dulu. Dan kali ini aku asik ngobrol bareng Mada dan Jeremy. Mada itu bener-bener jagonya bikin ketawa, deh! Walaupun dari luar keliatannya cool banget, tapi sebenarnya dia baik dan lucu hihihi :3

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruang musik. Karena aku yang dekat pintu, maka aku pun segera berlari ke depan pintu dan melihat ada cowok pake baju seragam (hmm we could say mas mas delivery) bawa sepaket makanan. “Dengan Mbak Mona, benar?”

Aku mengangguk, shock. “Kenapa ya, Mas?”

“Ini ada kiriman makanan. Ini ada suratnya, terima kasih…” Mas itu kemudian pergi setelah sebelumnya menyerahkan paket makanan yang terbungkus rapi.

Mada berdiri di belakangku, kemudian tertawa. “Your secret admirer is really care with you, Mona!”

Aku masuk ke ruang musik, masih setengah shock. Okay, this is so unbelievable.

Aku menaruh makanan itu di meja, kemudian membaca suratnya.

Dear Mona…

Aku tau kamu belum makan siang. Heres your lunch today, hope you like colonel yakiniku and spaghetti :)

Well, what should I say? You’re beautiful? I think you bored to hear it, so hmm… Thanks for being my moodbooster all the times? ;)

Love,

Your Admirer :)

Lagi dan lagi aku cuma bisa blushing.

Aku berdiri memegang surat itu, masih setengah tak percaya. Dua kali dapat surat romantis gini di hari yang sama, siapa yang gak terbang, sih?

Aku kemudian duduk di kursi di sebelah Reuben. “Reu, this is weird. I got this twice in a day,” kataku sambil menunjukkan kartu.

Reuben menatap surat yang kupegang. “Maybe he’s so in love with you, Mon. And Mada’s right, he’s really care with you!”

Pipiku memanas. Bahkan Reuben pun bilang kalau cowok ini terlalu perhatian.

Kulirik Mikha sekilas. Wajahnya nampak santai-santai saja. Malahan asyik ngolokin aku dan semua barang-barang ini.

“Nih udah aku siapin, Mon. Aku juga mau perhatian kayak secret admirer kamu,” kata Mada sambil mengacak-acak rambutku geli. Ia membukakan makanan tadi.

Aku cuma bisa cemberut. “Thanks, Mad.”

Sambil aku memakan makanan ini, aku memperhatikan Mikha, Reuben, Mada, dan Jeremy satu persatu.

Bisa aja kan mereka jadi secret admirer? Okay, ini aneh tapi, well hmm let’s see…

Jeremy asyik bermain dengan bassnya, dan dengan wajah imut-imutnya itu. Masa iya dia yang ngirimin bunga? Dan diliat dari reaksinya tadi, dia semangat banget ngolokin aku.

It’s not Jeremy, then. I believe it.

Mada. Selama ini dia yang paling sering isengin aku, but I know he’s just joking around. Mada itu lebih kayak kakak laki-laki yang gak aku punya. So, gak mungkin Mada.

Reuben.

Beberapa kali aku liat, wajahnya gelisah. I don’t know why. Mungkin aja dia gugup sama Olimpiade yang tinggal seminggu lagi-he told me. Tapi… rasanya ada yang janggal sama Reuben. Tatapannya waktu aku bawa buket bunga dan megang kartu itu susah buat dijelasin. Antara suka dan gak suka…. maybe?

Mikha.

Mikha lagi asyik main gitar. Hal yang selalu dia lakuin kalau lagi break. Gitar gak pernah lepas dari tangannya.

Dan dari aku masuk ke ruang musik hari ini sambil bawa buket bunga sampai mas mas delivery tadi, wajahnya gak berubah. Sama sekali. Tetap ngolokin aku bareng Mad and J, dan tetap stay cool kayak biasanya.

Aku emang gak mau ngambil keputusan buru-buru, tapi… Aku bakal kecewa kalau secret admirer itu bukan Mikha.

Tapi, aku sama Mikha kan cuma teman. Bisa aja perhatian yang dia kasih selama ini cuma karena kita bakalan tampil bareng di event sekolah nanti, kan?

Aku menghela nafas.

Pasti gak bakalan seribet ini jadinya kalau aku bisa nahan perasaan dari awal.

Music Is Our Way (The Overtunes Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang