Disini Berlin yang sedang terduduk santai. Tatapannya menerawang ke depan. Tampak memikirkan sesuatu yang rumit. Di rooftop sekolah, sendiri. Hanya desiran angin yang menemani. Sesekali mulutnya menyeringai tipis. Ada apa dengan gadis ini?Tak jarang matanya beralih menatap ponsel yang sedari tadi ia scroll diiringi decakan kesal. Kakinya pun tak henti berayun, mungkin karena kakinya yang sedikit pendek dan faktor kursi yang terlalu tinggi.
"Udah dari tadi lo?"
Suara tegas dari seorang pria yang ditunggunya dari tadi akhirnya terdengar juga. Berlin hanya menanggapi dengan anggukan sekilas. Randy."Sini duduk."
Randy memilih untuk menuruti perkataan Berlin. Randy duduk di samping Berlin. Menyenderkan punggungnya di tembok. Seketika keadaan hening. Tidak ada yang berniat membuka ruang obrolan. Berlin yang sibuk dengan pikirannya, dan Randy yang tampak heran dengan sikap Berlin.
"Lo mau omong apaan sih? Kalo engga penting gue mau cabut!" Randy berdiri dari posisi duduknya. Merasa keberadaannya tak diacuhkan oleh Berlin. Namun dengan sigap Berlin mencengkeram lengan Randy dan menariknya untuk kembali duduk disampingnya.
"Engga usah pegang-pegang!" Randy menepis cengkeraman tangan Berlin. Memang perlakuan Randy kontradiktif sekali jika dibanding dengan cowok-cowok lain penghuni sekolahnya. Sementara cowok-cowok lain penghuni sekolahan ini akan merasa beruntung jika mendapat pegangan tangan dari seorang Berlin. Sedangkan Randy, sangat enggan merelakan tangan halusnya ini dipegang oleh Berlin. Lebih tepatnya dicengkeram.
"Lo suka sama Keysha? Gue tau!" Senyum miring tampak tercetak jelas di bibir Berlin. Apa lagi yang ingin Berlin lakukan?
"Emang kenapa? Lo engga suka?!" Nada suara Randy terdengar menantang.
"Wihh sensitif. Slow dong, gue emang engga suka sama Keysha. Tapi gue lebih engga suka kalo Keysha semakin deket sama Algan!" Randy bisa melihat ekspresi gadis ini. Ekspresi penuh amarah. Tatapannya pun tak kunjung berpaling dari pandangan kosongnya.
Randy menanggapi dengan tertawa pahit sekejap. "Hahaha! Gue tau rencana di otak busuk lo! Dan gue ga bakal pernah mau kerjasama sama orang kaya lo! Basi! Cara lo udah basi gue bilang!"
Randy segera beranjak dari posisinya dan berlalu begitu saja meninggalkan Berlin yang hatinya sudah dibuat panas.
"Bisa gue pastiin kalo lo bakal minta tolong ke gue!" Perkataan Berlin sempat membuat langkah Randy terhenti sejenak. Namun tanpa aba-aba, Randy kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda tanpa mengacuhkan kalimat yang baru saja keluar dari bibir tipis Berlin.
~~~~~
Dinda berdecak pelan saat mendapati satu sahabatnya ini masih saja terkulai lemas di atas meja. "Tumben bokong lo nempel kursi mulu seharian. Engga ke kantin lo Key?"
"Males. Ngantuk gue," ucap Keysha dengan suara berat. Keysha kembali menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya yang menempel di meja.
"Dikit-dikit ngantuk, dikit-dikit ngantuk. Kaya gue nih pantang ngantuk!" Entah sejak kapan Gita sudah berada di depan meja Keysha.
"Iya lah lo engga pernah ngantuk kalo disekolah. Orang kalo dirumah aja seharian lo abisin waktu buat molor dikasur kan? Alah tinggal bilang iya, gue tau kok." Cengiran khas milik Kinar terlihat setelah khotbahnya selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSA (Completed)
Teen FictionKonon, sungai dan gunung turut mengubah bentuknya dalam kurun waktu tertentu. Lantas apa kabar dengan puing puing perasaanmu? Hidup ini hanya berisi tentang perubahan. Semuanya berusaha, dan diusahakan untuk berubah ataupun mengubah. Keysha Stefani...