"Algan, Arda! Udah siap belum nak. Ini sarapannya dimakan dulu!" teriak Bunga bermaksud untuk memanggil kedua putranya yang sedang sibuk dengan urusannya masing-masing di dalam kamar.
"Iya Ma, dikit lagi selesai." Algan buru-buru merapikan bajunya. Lalu memakai pomade dan menyisirnya dengan hati-hati hingga ia rasa cukup sempurna. Ia memakai baju seragam sangat rapi hari ini. Beda dengan hari-hari biasanya. Mungkin ia malu jika berpenampilan lusuh di depan kedua orangtuanya dan juga adiknya. Sekali lagi Algan melihat pantulan dirinya di cermin yang menampakkan tataan rambutnya yang sangat rapi lalu tersenyum sekilas. Segera diraihnya parfum di ujung nakas lalu menyemprotkannya di sekujur tubuh hingga tercium aroma khas maskulinnya.
Dengan waktu bersamaan, di dalam kamar Arda juga sedang memakaikan parfum di sekujur tubuhnya hingga tercium semerbak aroma maskulin yang sangat khas di badannya. Segera ia menyambar jaket lalu mengenakannya dan tas yang ia sampiran di lengan kanan.
Keduanya bersamaan keluar dari pintu kamar yang bersebelahan dan saling menyapa saat bersitatap.
"Pagi!" ucap Algan sembari mengajak Arda ber-high-five ria.
"Pagi juga bang! " jawab Arda sambil membalas uluran high-five Algan.
"Algan aja udah. Cuma beda sebulan juga lo mah. Gue kalo gitu keliatan tua kali," ucap Algan.
"Okeoke Algan" ucap Arda sambil terkekeh melihat respon saudaranya yang satu ini.
Setelah itu Algan dan Arda segera menuruni anak tangga hingga menuju ruang makan untuk sarapan bersama."Eh anak Papa kayaknya udah akur aja nih," goda Andre.
"Iya dong Pa. Pa, Algan berangkatnya pake motor Algan aja. Enggak usah pake mobil. Ribet Pa," ucap Algan.
"Loh mobilnya nganggur dong," ucap Andre kecewa setelah mengetahui Algan tidak mengendarai mobil yang dibelikan untuknya.
"Ya kan nanti-nanti juga Algan pake Pa. Tapi hari ini Algan mau pake motor aja. Males kalo macet Pa," ucap Algan.
"Ya udah kalo gitu. Kalo Arda mau pake apa?" tanya Andre.
"Motor aja Pa kaya Algan. Arda juga nggak mau kalo macet. Ribet," ucap Arda.
"Dasar kamu berdua itu ya. Ya sudah cepat habiskan sarapannya. Nanti takutnya telat. "
-oo0oo-
Seperti hari-hari biasanya. Keysha berangkat sekolah dengan Dinda dan Kinar. Mobil Dinda dengan mulus meluncur memasuki area parkiran. Mereka bertiga turun lalu berbincang-bincang ringan sembari melangkah santai menuju kelasnya. Sampai di koridor utama, dari kejauhan mata Keysha sedikit membulat saat ia tahu bahwa dirinya akan berpapasan dengan Algan. Jantungnya seperti tidak berdetak dengan normal. Gerak-geriknya yang sangat aneh menandakan sikapnya yang salah tingkah. Benar saja, saat berpapasan dengannya Algan sama sekali tak menghiraukan Keysha. Ia hanya melewatinya tanpa sedikitpun melirik ke arah Keysha. Algan tampak lebih bahagia daripada hari-hari lalu. Ia tampak bahagia sekali saat Keysha melihatnya melewati Keysha dengan ekspresi seperti tidak ada masalah dan tetap enjoy bersenda gurau dengan teman-temannya. Keysha yang melihatnya berlalu hanya dapat meratapi dari balik punggung. Malangnya."Kenapa lo berubah jadi diem gini? Perasaan juga tadi lo abis ketawa-ketawa nggak jelas kaya Dinda, " ucap Kinar keheranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSA (Completed)
Roman pour AdolescentsKonon, sungai dan gunung turut mengubah bentuknya dalam kurun waktu tertentu. Lantas apa kabar dengan puing puing perasaanmu? Hidup ini hanya berisi tentang perubahan. Semuanya berusaha, dan diusahakan untuk berubah ataupun mengubah. Keysha Stefani...