"Keluarga adalah salah satu alasan mengapa saya masih punya harapan untuk hidup lebih baik di hari esok."
-Algan Putra Wijaya
~~~~~Sepertinya semenjak keputusan Algan untuk mengakhiri hubungan dengan Keysha, semenjak itu juga Algan mulai merasa ganjal. Di samping dirinya merasa bersalah dan berniat untuk meminta maaf, namun dia juga gengsi dan merasa bahwa dirinya sudah tak layak jika disandingkan dengan perempuan manis seperti Keysha. Memang benar jika Keysha cantik dan Algan pun tampan. Namun, kepribadian mereka sangat berbanding terbalik. Mungkin itu yang membuat Algan merasa tak layak untuk kembali mencari kesempatan untuk bersama dengan Keysha lagi.
Hari ini cukup melelahkan jika hanya Algan lakukan untuk memikirkan gadis yang sudah tak dimilikinya lagi. Mungkin inilah waktunya untuk mulai menjauh. Bukan melupakan, tepatnya meninggalkan.
Algan memasuki kamarnya yang bernuansa monochrome. Menghempaskan tubuh di atas kasurnya. Memejamkan mata dan berniat untuk istirahat sejenak. Namun apalah daya jika pikirannya hanya dipenuhi dengan kalimat demi kalimat manis yang keluar dari bibir Keysha. Semua terputar mulus begitu saja di memori Algan. Susah jika harus menuntut untuk menghilangkan pikirannya yanng satu ini.
Tokkk... Tokkk... Tokkk...
"Den Algan, ada orang yang mau ketemu sama aden. Ditunggu ya den dibawah," suara Bi Iyem dari balik daun pintu kamar Algan, menyadarkan pikiran Algan yang sempat tenggelam dalam kenangan.
"Siapa bi?!" Algan sengaja meninggikan volume suaranya agar bi iyem yang berada di balik daun pintu mendengarnya. Namun nihil. Tak ada jawaban dari Bi Iyem. Mungkin Bi Iyem sudah turun.
"Siapa sih malem juga pake bertamu segala."
Algan menuruni anak tangga yang akan membawanya ke ruang tengah lalu menuju ke ruang tamu. Sampai di pintu, Algan membuka pintu dan tercengang saat mengetahui siapa orang yang disebut oleh Bi Iyem. Papa Andre."Papa?" suara Algan dengan kerutan di dahi nampak jelas begitu saja saat mendapati Papanya yang berada di teras rumahnya.
"Algan. Apa kabar kamu?" ucap Andre seraya memeluk tubuh semampai Algan yang kini sudah setara dengan tingginya. Mendapat pelukan dari Andre, Algan segera melepaskannya dan mulai merasa aneh. Ada apa ini? Mengapa setelah Mama meninggal Papa baru saja menjenguk Algan? Apa peduli Papa dengan Algan?
"Maksud Papa apa?" tanya Algan dengan wajah datar.
"Bagaimana kondismu saat ini nak? Papa sangat merindukanmu. Sudah lama Papa tidak menemuimu," jawab Andre dengan raut wajah yang tak berdosa.
"Setelah Papa cerai, Papa tega ninggalin Algan dengan Mama hanya karena Papa ingin menikah dengan istri baru Papa. Tapi kenapa setelah Mama meninggal, Papa baru sempat punya waktu buat jenguk Algan? Apa peduli Papa sama Algan?!" suara Algan mulai meninggi. Susah baginya untuk menahan emosi saat menghadapi Andre.
"Nak Dengarkan Papa. Maafkan Papa yang dulu. Sekarang Papa menyesal. Papa ingin kamu masih mau menerima Papa." Andre mengutarakan kalimat demi kalimatnya sembari memegang kedua bahu Algan yang tegap.
"Maksud Papa apa?" Algan kembali bertanya. Seolah-olah dia tidak faham dengan apa yang dikatakan oleh Papa nya.
"Papa minta kamu buat tinggal sama Papa. Algan mau kan?" ucap Andre meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSA (Completed)
Teen FictionKonon, sungai dan gunung turut mengubah bentuknya dalam kurun waktu tertentu. Lantas apa kabar dengan puing puing perasaanmu? Hidup ini hanya berisi tentang perubahan. Semuanya berusaha, dan diusahakan untuk berubah ataupun mengubah. Keysha Stefani...